wenda 20130201 58:32
Membina diri adalah menciptakan sebuah lingkungan yang sangat baik
Pendengar Wanita: Master, kita perlu membina pikiran dan perilaku di dunia fana ini. Setelah membina pikiran dengan baik, baru mempraktikkannya ke dalam kehidupan nyata. Artinya membina pikiran dan perilaku itu ada pada waktu yang bersamaan. Lalu, jika kita pergi ke sebuah lingkungan yang lebih baik, apakah itu berarti bahwa … karena tenang, jadi bisa membina pikiran dengan lebih baik, tetapi pada situasi yang sama, tidak ada faktor lingkungan yang mengganggu Anda, maka pada saat yang sama, pembinaan perilaku diri Anda akan berkurang, benarkah Master?
Master menjawab: Sepenuhnya benar. (Ada lagi, membina diri di atas gunung, adalah membina ajaran Hinayana atau ajaran Roda Dharma kecil. Ajaran Hinayana adalah membina untuk diri sendiri saja, bukan untuk menyelamatkan orang lain. Menyelamatkan orang termasuk ajaran Mahayana atau ajaran Roda Dharma Besar. Master,
Apakah membina sifat diri termasuk ajaran Hinayana?) Sebenarnya begini, ajaran Mahayana bermula dari ajaran Hinayana. Ajaran Hinayana adalah pondasi dalam belajar Buddha Dharma, dan ajaran Mahayana itu sendiri adalah untuk menyelamatkan orang. Saat menyelamatkan orang, Anda harus menyelamatkan diri sendiri baru bisa menyelamatkan orang lain, diri sendiri sudah terselamatkan baru dapat menyelamatkan orang lain, jadi ajaran Hinayana itu sangat diperlukan (Ya, saya mendengar wejangan Master tentang, membina diri di gunung itu bermanfaat untuk diri sendiri, tetapi tingkat pembinaannya hanya bisa mencapai sekitar alam berwujud ” Rupadhatu”, atau alam tidak berwujud “Arupadhatu” atau alam nafsu “kammadhatu”, benarkah?) Ya, begitulah
(Apakah itu berarti bahwa dalam proses membina pikiran dan perilaku, di satu sisi kita harus membina diri dan di sisi lain kita harus melewati cobaan iblis barulah kita bisa melatih pikiran dan ketekunan kita, tetapi pada saat yang sama kita harus membina diri dengan sungguh-sungguh, bukan?) Ya, begitulah, membina pikiran dan perilaku harus secara bersamaan, maka orang ini baru bisa menghasilkan hati yang tulus, perasaan yang sebenarnya, dan kesadaran yang sesungguhnya. Hanya membina pikiran tanpa membina perilaku, maka orang ini tidak bisa keluar dari ini, hanya dengan menyelamatkan orang lain barulah bisa menjadi Bodhisattva. (Ya)
Harus mengendalikan perilaku diri, barulah seorang Bodhisattva, benar tidak? Sebenarnya, melangkah keluar untuk menyelamatkan orang dan mengendalikan diri sendiri itu tidak ada pertentangannya (Ya, apakah itu berarti kita lebih mudah untuk introspeksi dan memeriksa diri dengan membina diri di tengah-tengah dunia fana ini, yaitu penyimpangan dan kesalahan diri dalam membina pikiran. Atau dengan kata lain yaitu dari satu sisi dimana kita lebih sulit untuk membina diri, dan sisi lainnya adalah pembinaan kita akan lebih mudah masuk ke sifat dasar diri, atau lebih mudah untuk merangsang sifat dasar diri?) Dalam membina pikiran dan perilaku diri … emm, maaf, Master sedikit lelah sekarang, Anda ulangi sekali lagi
(Master, maksudnya kita membina diri di dalam dunia fana ini, apakah lebih mudah merangsang sifat dasar kita?) Hal ini bersifat saling melengkapi dan tidak mutlak, karena sangat sederhana. Ada seorang biksu tua yang sengaja mendorong mobil ke pusat perbelanjaan yang ramai untuk membina diri, dia ingin melatih dirinya untuk berada di dunia fana dan tidak terpengaruh oleh dunia luar, tetapi sebenarnya ini mengambil resiko, tentu saja akan lebih baik untuk membina diri di lingkungan yang sudah ditetapkan sendiri.
Lalu menurut Anda apakah akan lebih baik dengan memiliki lebih banyak kontradiksi agar bisa melatih diri menjadi lebih kuat atau sedikit kontradiksi dalam seumur hidup hingga ajal menjemput, manakah yang lebih mudah untuk bisa membina diri naik ke atas? (Seharusnya yang terakhir) Benar, tentu saja semakin sedikit masalah semakin baik. Banyak masalah pun tidak berdaya, sehingga dikatakan harus kuat, harus ada kemauan keras.
Itu adalah dimana pada awalnya dia sudah menciptakan kondisi yang begitu baik, sama sekali tidak perlu melatih ketetapan hati dirinya, dirinya sendiri sudah berhasil dalam membina diri, oleh karena itu kenapa kuil harus dibangun di atas gunung, untuk membiarkan orang naik ke gunung? Di atas gunung itu tenang, tidak ada orang yang datang mengganggu (ya, mengerti Master. Kita dalam proses membina diri, di satu sisi adalah untuk meningkatkan sifat diri, dan di sisi lain adalah untuk mengurangi pengaruh dari lingkungan luar) Benar
(Menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk membina pikiran, benarkah Master?) Ya, membina diri dan pikiran itu sendiri adalah untuk menciptakan sebuah lingkungan yang baik, banyak orang yang telah membina dirinya dengan sangat baik di kehidupan sebelumnya. Dia telah memiliki lingkungan yang begitu baik untuk membina diri pada kehidupan ini, dia sudah hemat selangkah, dia bisa langsung membina dirinya dengan baik, benarkan? (Ya, Master)
wenda20130201 58:32
修行就是在创造一个很好的环境
女听众:师父,在红尘中需要修心加上修行,把心修好了再到现实当中去实践,就是说修心跟修行是同时存在的,那如果我们到了一个比较好的环境里去,是不是就是说……因为静嘛,就能更好的修心,但是同时的情况下你的环境因素干扰没有了,同时你修行的行为就会减少,对吗师父?
台长答:完全正确(还有,在山上修行,是在修小乘佛法,修小乘佛法就是在修个人,而不是在度人,度人属于大乘佛法,修本性修自己是属小乘佛法吗?师父)嗯,是这样的,因为大乘佛法本身由小乘佛法起的,小乘佛法是学佛的根基,而大乘佛法本身是度人的,度人的话是必须自度度人,自己度好了才能度人家,所以小乘佛法是必不可少的(嗯,我听您有一段开示说,在山上修行,有利于个人修心,但是修心的境界只能达到大概色界天或者无色界天或是欲界天,对吗?)嗯,是这样(那是不是说明我们在修心修行的过程中一方面要修已,另一方面要经过不断魔考才能锻炼自己的心志还有毅力,但同时还要真修对吧?)是这样的,修心修行要一起修,这个人才能修得出真心,真情,真意。单单修心不修行,这个人他跨不出这个口,要救人的话才能成为菩萨(嗯)自己的行为要检点,才是菩萨,对不对?实际上跨出来救人和自己检点,没有矛盾的(嗯,是不是说我们在红尘中间更容易检点自己,更容易检查自己,就是说你修心的偏差跟有误,或者说一方面我们更难修,另一方面我们修的东西更容易进入我们的本性中间,或者说更容易激发我们的本性?)在修行修心当中……嗯,对不起不好意思,师父现在有点累了,你再讲一遍(师父,就是说我们在红尘中修行,是不是更容易把本性激发出来?)这个问题相辅相成并不是绝对的,因为很简单,有的老和尚他有意推一个车跑到人山人海的商场里去修,他想锻炼自己能够在凡尘当中,不被外境所困,但是实际上是冒着一定的风险的,当然是在自己设定的环境当中修比较好了。那你说矛盾多让自己百炼成钢好呢还是还是矛盾少一辈子就这么走掉,哪个更容易修上去呀? (应该是后者)对了,当然事情越少越好了,事情多是没办法,才说要坚强,才要有意志,那个是人家本来就创造那么好的条件,根本用不着锻炼自己的意志,本身已经修成了,所以为什么庙要建在山上呢,为什么让人家到山上去呢?山上清净呀,没人来打扰呀(嗯,明白师父,我们在修行的过程中,一方面提升自己的心性,另一方面是减少外在环境的影响)对(创造一个更好的环境修心对吗师父?)对,修行修心本身就是创造一个很好的环境,很多人前世就修得很好,他这辈子已经有了这么一个好的修心环境,就少掉一步了嘛,他直接可以修好了嘛,对不对呀?(是的师父)