Wejangan untuk Murid - Malaysia, 4 Maret 2014
Melepaskan Semua Jodoh, Sifat Diri Terbebaskan, Memurnikan Bodhi
Terima kasih kepada Guan Shi Yin Pu Sa Yang Maha Welas Asih dan Maha Penyayang. Terima kasih kepada Naga Langit Pelindung Dharma. Terima kasih kepada semua murid dan teman-teman se-Dharma atas dukungan mereka dan para biksu welas asih melindungi Dharma, sehingga Malaysia dapat dipenuhi dengan cahaya Buddha dan sukacita Dharma. Satu kali Seminar Dharma satu kali siraman Dharma, menyirami kita para umat Buddhis, merawat bunga teratai kita, membuat bunga teratai mekar satu per satu, dan benih Bodhi tertanam di hati kita, agar kita setelah meninggal nanti bisa memiliki jodoh, mekar dan bertemu di Surga.
Kita hidup di dunia ini, terkadang tidak bisa berpikiran terbuka, merasa banyak hal kenapa seperti ini atau itu. Di dunia ini hanya ada orang yang tidak dapat berpikir jernih, tidak ada jalan yang tidak dapat dilalui. Berharap semua orang dapat memastikan dengan jelas jalan Kebuddhaan dan bergerak maju dengan berani dan tidak pernah mundur. Saat-saat baik dan buruk di dunia adalah jodoh pendukung kita untuk menghilangkan halangan karma buruk dan meningkatkan berkah dan kebijaksanaan. Saat-saat yang baik juga dapat membantu kita mengikis karma buruk. Jika ada kesulitan datang, kita harus lebih mengikis karma buruk dengan baik. Segala ketidaklancaran adalah karena rintangan. Jika tidak bisa berpikir jernih, maka kesehatan akan buruk. Jika hubungan perasaan tidak lancar, semuanya tidak lancar, maka semua jalan akan menghalangimu. Orang yang benar-benar menekuni Dharma akan merasa memiliki karma jika dirinya tidak bisa berpikiran terbuka. Ibarat air di gunung yang pada akhirnya harus mengalir ke laut, namun dalam proses mengalir ke laut akan bertemu banyak batu-batu besar dan rawa-rawa. Terkadang harus mengambil jalan memutar dan menghindarinya, seperti halnya menghindari kerisauan di dunia. Jika hati kita ingin kembali ke jalan Bodhisattva yang benar, kita harus menghindari pikiran jahat di dalam hati kita, menghindari kerisauan kita, dan menghindari semua halangan karma buruk di dunia. Dengan begitu, kita baru bisa menekuni Dharma dengan tekun, baru bisa maju dengan berani dan tidak pernah mundur. Berharap para murid hari ini harus ingat untuk jangan pernah mundur.
Alasan mengapa orang menderita adalah karena mempunyai nafsu keinginan. Tidak mau melepaskan nafsu keinginan, sebenarnya adalah kehilangan keberanian. Seseorang yang tidak memiliki keberanian baru membutuhkan nafsu keinginan. Jika orang ini memiliki keberanian untuk mengatasi kesulitan, dia tidak membutuhkan nafsu keinginan. Apa itu nafsu keinginan? Nafsu keinginan adalah ingin memiliki dan memperoleh sesuatu yang tidak dapat diperoleh. Berharap semua orang dapat mengendalikan nafsu keinginan dan memiliki keberanian. Jika seseorang ingin mengubah takdir hidupnya, satu poin yang sangat penting yaitu harus selalu membersihkan hatinya, baru bisa menghilangkan karma buruk diri sendiri. Ibarat stopwatch, jika ingin menguji kecepatan lari harus diatur ulang ke nol. Mentalitas selalu sangat bersih. Hanya dengan memulai dari nol baru dapat selalu merasa bahwa diri sendiri adalah orang yang murni bersih, adalah orang yang mengerti untuk membina diri. Sifat dasar saya begitu bersih. Kita harus selalu mengubah diri sendiri, mengikis karma buruk diri sendiri, seperti stopwatch untuk mengembalikan diri ke keadaan semula, baru bisa melupakan masa lalu, baru bisa memiliki masa depan.
Terkadang ingatan sangatlah mencelakai orang. Akan sangat menyakitkan jika kita mengingat apapun dan tidak dapat melupakannya. Ingatan itu adalah hal yang sangat menyakitkan. Ingatan itu ibarat dompet, kalau terlalu penuh, maka tidak bisa menutup, dan isinya akan jatuh keluar. Sama seperti pasangan suami istri yang bertengkar, banyak istri yang memiliki ingatan yang terlalu bagus, selalu mengungkit hal-hal kecil untuk bertengkar, satu hal pun dia selamanya tidak akan melupakannya. Setiap kali bertengkar akan selalu di ungkit, akan sangat menyakiti diri sendiri. Membuat diri memasuki ruang spiritual yang sempit. Kita sebagai manusia tidak boleh memasuki kesempitan. Memasuki kesempitan berarti memasuki jalan buntu dan tidak bisa keluar. Menahan kehidupan yang tertekan adalah semacam pembebasan, banyak orang yang mengisi hal-hal buruk yang tidak seharusnya terisi di dalam pikirannya, selamanya tidak melupakan hal-hal masa lalu. Harus ingat, jika selamanya tidak bisa melupakan hal-hal masa lalu, maka kamu tidak selamanya tidak bisa melangkah keluar. Berharap kalian bisa melepaskan, setelah melepaskan, maka segalanya akan menjadi leluasa. Ada orang yang demi mengejar seorang cewek, tidak melepaskan, setiap hari menderia, dia juga melafalkan paritta, Jie Jie Zhou, Zhun Ti Shen Zhou, Li Fo Da Chan Hui Wen… namun tetap tidak bisa melepaskan. Suatu hari tiba-tiba bertemu dengan teman Sekolah Dasar, hubungannya dengan dia sangat baik, dia sangat menyukainya, dan merasa seharusnya mencintai dia, akhirnya pemikirannya berubah secara penuh dalam satu hari, melupakan yang lalu, inilah jodoh. Sebelum jodoh yang baru datang, jangan selalu menggenggam jodoh buruk dan tidak mau melepas. Harus melepaskan jodoh buruk untuk menyongsong jodoh baik.
Hidup ditakdirkan untuk melupakan beberapa hal. Hidup pasti akan melupakan banyak hal. Beberapa hal yang harus dilupakan maka lupakan saja, karena terlalu banyak bernostalgia akan menjadi beban dalam hidup. Banyak orang yang selalu bernostalgia dengan masa lalu. Setiap orang selalu membicarakan masa lalunya sendiri ketika bertemu dengan orang lain, “Dulu saya pernah……”. Dari segi medis, ilmuwan telah membuktikan bahwa ingatan menyakitkan di masa lalu yang tidak boleh diingat orang mencakup 70% dari total memori, sementara hanya 30% dari ingatan yang benar-benar membuatmu bahagia. Sepanjang hidup manusia pada akhirnya akan merasa diri sendiri sangatlah menderita, tidak akan merasa sangat bahagia. Oleh karena itu, kita harus menghilangkan penderitaan, iri hati, dan segala hal lainnya di dunia, harus melepaskannya, baru bisa benar-benar memperoleh pembebasan. Pembebasan terletak pada merelakan. Orang yang bisa merelakan akan memperoleh pembebasan. Orang yang tidak bisa merelakan selamanya akan memikul beban, membuat dirinya tidak bisa terbebaskan selamanya. Orang yang bisa melepaskan dapat memperoleh pembebasan; tidak bisa melepaskan, maka selamanya tidak akan terbebaskan. Kita harus membebaskan diri kita sendiri, mencari solusinya sendiri untuk terbebaskan. Kita tidak boleh mengandalkan orang lain. Bodhisattva menyelamatkan kita juga mengandalkan sifat Kebuddhaan dalam diri kita untuk membebaskan diri kita sendiri.
Kita tidak boleh tersesat dalam dunia fana yang terus berputar ini. Dunia fana yang terus berputar berubah setiap harinya. Hari ini begini, besok begitu. Bahkan WeChat di Hp juga mempunyai informasi yang berbeda muncul setiap hari, teknologi baru yang berbeda akan muncul setiap hari. Seluruh masyarakat sedang berubah, sedang “bergulir”. Dunia fana adalah dunia manusia. Kita tidak boleh kehilangan diri, karena kita hidup dalam rintangan kerisauan. Sang Buddha berkata bahwa dunia ini adalah alam kerisauan. Ingin tidak memiliki kerisauan di alam kerisauan itu adalah tidak mungkin. Bagaimana bisa tidak risau? Memurnikan benih Bodhi di lautan hidup dan mati, semakin sulit dan menderita, semakin harus kuat. Orang sudah sangat susah, saya harus lebih berwelas asih. Saya sendiri sangat sengsara, tetapi saya tetap ingin membantu orang lain. Membantu orang lain berarti terus-menerus memurnikan benih bodhi diri sendiri. Terus memperkenalkan Dharma kepada orang lain berarti membantu orang lain, membina welas asih, dan memurnikan benih bodhi. Penderitaan praktisi Buddhis bersifat sementara, terkadang dalam menekuni Dhamar kita merasa sangat menderita, ini hanya sementara, karena kita telah menemukan jalan pembebasan, kelak kita tidak akan menderita lagi. Kita bisa melalui melepaskan makhluk hidup, berikrar dan melafalkan paritta, menggunakan kekuatan tekad diri yang besar untuk menghapus karma buruk, membuat kita tidak lagi menderita. Sedangkan penderitaan orang yang tidak menekuni Dharma itu adalah selamanya.
Orang yang memikirkan bagaimana hidupnya ketika sudah tua di masa depan adalah orang yang bijaksana. Kita datang ke dunia hari ini, kita harus tahu bahwa hidup tidak membawa datang dan mati tidak membawa pergi. Hidup itu seperti sebuah hotel. Ketika kita selesai bertamasya, kita harus check out lalu pulang, masalahnya adalah kalian pulang ke rumah mana? Kita tidak bisa tinggal di tempat wisata ini dan selamanya tidak pergi, lebih tidak boleh membawa pergi barang-barang hotel. Kita datang ke dunia, kita tidak ingin meninggalkannya dan masih ingin mengambil sesuatu dari dunia ini, bukankah ini logikanya sama? Mengapa? Itu karena tidak bisa berpikiran terbuka, tidak memahaminya. Orang harus memiliki pandangan ke depan. Ketika mendapatkannya harus memikirkan masa depan. Pikirkan bagaimana kita bisa pergi ke Surga di masa depan dan bagaimana dapat membebaskan diri dari Enam Alam. Ini adalah memiliki kebijaksanaan. Meskipun banyak dari kalian yang belum terbebas dari Enam Alam, namun kalian sudah memikirkannya. Hanya mereka yang ingin terbebas dari Enam Alam yang akan memiliki kesempatan untuk terbebas dari Enam Alam di masa depan. Hanya mereka yang ingin menekuni Dharma yang akan memiliki kesempatan untuk menjadi Buddha di masa depan.
Hidup itu sebenarnya adalah perjalanan tanpa kembali. Setelah memasuki kehidupan, mana bisa kembali. Ini adalah perjalanan satu arah. Dalam kereta hidup dan mati ini, kita sudah sampai ke tempat mana? Kita harus memikirkan setelah kereta sampai ke stasiun akhir, ke mana kita harus pergi? Apakah harus transit pesawat atau turun dari kereta? Ada banyak kesulitan dan lumpur di sepanjang jalan. Terhadap kesepian, kesalahpahaman, dan kekecewaan di dunia, terkadang akan membuat kita merasa sangat takut. Ketika kita menghadapi suatu masalah, kita akan sangat kesepian dan takut, tidak tahu bagaimana perkembangannya di masa depan. Sama seperti banyak orang yang mengidap kanker, mereka meminta Master untuk melihat apakah penyakit tersebut telah menyebar atau belum, berapa lama mereka dapat hidup. Ini adalah ketakutan. Ketakutan ini berasal dari hati, jadi sudah ada bayangan ketakutan di dalam hati. Paritta “Xin Jing” mengatakan bahwa “tidak ada rasa takut.” Jika tidak ada pikiran benar di dalam hati, maka akan ada rasa takut di dalam hati. Jika tidak ada tujuan di dalam hati, maka akan merasa tidak ada kemungkinan untuk mengalahkan hati, sehingga akan menimbulkan ketakutan. Jadi kita harus mengalahkannya dan tidak mengejar hal-hal ilusi palsu, kehidupan yang ada pada hari ini tetapi tiada di hari esok. Memiliki gigi hari ini, tetapi besok gigi rontok semua. Memiliki rambut hari ini, tetapi semua rambut akan rontok saat menjalani kemoterapi… jadi semuanya adalah kehidupan ilusi palsu.
Orang harus mengatasi perasaannya sendiri. Jika merasa malu, harus mengatasinya; merasa kehilangan gengsi, harus mengatasinya. Ada gengsi apa yang kamu miliki di dunia ini? Siapakah dirimu sebelum dilahirkan, dan siapakah kamu setelah meninggal? Betapapun terkenalnya seseorang juga pasti akan terlupakan. Kita harus keluar dari ilusi palsu. Jangan terjerumus ke dalam ilusi palsu. Orang-orang yang hidup di dunia ini tidak selamanya memiliki gengsi. Harus melepaskan ketenaran dan kekayaan baru bisa memiliki diri sendiri dan melampaui diri sendiri. Kita harus menyelaraskan mentalitas diri dengan baik, karena mentalitas menentukan nasib. Pandanglah segala sesuatu dengan sederhana. Ini adalah yang harus terjadi, ini pasti akan terjadi. Masalah ini tidak apa-apa, terjadi ya terjadi saja, harus menyesuaikan jodoh. Dengan demikian baru bisa terlepas dari belenggu.
Di sebelah kota Rajgir di India, hiduplah seorang wanita tua bernama Nanda. Pada hari yang jarang terjadi untuk bertemu Sang Buddha, wanita tua itu ingin mempersembahkan sebuah pelita kecil, tetapi uangnya hanya bisa membeli sedikit minyak lampu. Dia membawa lampu kecil ini dan mengikuti orang kaya lainnya datang ke tempat Sang Buddha, memberi penghormatan dengan tulus. Tiba-tiba terjadi badai dahsyat di kota itu, semua pelita padam, hanya pelita kecil milik nenek Nanda yang masih menyala dan bersinar terang. Sang Buddha sangat senang melihatnya. Karena hati manusia adalah pelitamu. Ketika seseorang memahami di dalam hatinya, pelita di dalam hatinya akan menyala. Ketika seseorang memiliki pikiran serakah, ibarat angin kencang yang meniup pelita di dalam hatinya. Harus selalu menyalakan pelita hati Buddha, selamanya jangan biarkan ia padam, maka akan selalu bisa menemukan jalan pulang. Harus membiarkan pelita hati bersinar selamanya. Memberikan persembahan kepada Buddha tidak bergantung pada besar kecilnya persembahan tersebut, namun bergantung pada apakah kamu tulus atau tidak.
Tujuan kita menekuni Dharma adalah untuk menjadi Buddha. Pelita Buddha di dalam hati tidak boleh padam. Master pernah mengatakan kepada kalian bahwa kamu mempunyai obor. Obor ini dapat menyala selama tiga hari tiga malam tanpa padam, tetapi pada akhirnya akan padam juga. Bagaimana agar obor tersebut tidak pernah padam? Gunakan obormu untuk menyalakan obor semua orang di sekitarmu. Ketika obormu padam tiga hari kemudian, kamu masih dapat menggunakan obor orang lain untuk menerangi jalan cahaya Buddha dirimu sendiri. Oleh karena itu, harus menyelamatkan orang, harus menyelamatkan semua makhluk. Menyelamatkan semua makhluk berarti menyelamatkan diri sendiri.
Kita harus menjadikan Buddha sebagai teladan, membina diri di dunia, harus memperolehnya di dunia. Saya menjadi Bodhisattva dan Buddha di dunia hari ini, maka saya adalah Bodhisattva, adalah Buddha di dunia. Mengapa harus menunggu sampai ke Surga nanti? Sekarang platform kita adalah platform untuk menyelamatkan semua makhluk. Berharap kalian harus menyelamatkan lebih banyak orang, karena ada terlalu banyak orang yang menderita dan orang-orang yang belum tersadarkan. Mereka membutuhkan kita para murid dan orang-orang yang memahami dan menekuni Dharma di seluruh dunia untuk menyalakan pelita batin mereka, agar pelita Buddha dapat menerangi seluruh dunia. Membina di dalam hati, akan mendapatkannya di Surga.
Seseorang terkadang merasa risau karena mempunyai waktu untuk risau. Jangan beri dirimu waktu untuk menciptakan kerisauan, harus bijaksana. Seseorang yang risau untuk hal-hal kecil itu karena dia belum memiliki kerisauan yang besar, jadi dia merasa sedih karena kerisauan kecil setiap hari. Jika dia menghadapi kerisauan besar, kerisauan kecil semulanya akan menjadi tidak berguna. Misalnya, seseorang sering menderita sakit maag. Suatu hari dokter memberi tahu dia bahwa dia menderita kanker liver. Pada saat itu, dia tidak akan risau lagi untuk sakit maagnya. Kematian adalah kerisauan terbesar bagi orang-orang di dunia. Kita menekuni Dharma harus mengatasi kerisauan terbesar dalam hidup – kerisauan akan hidup dan mati. Kita harus terbebas dari hidup dan mati, terlepas dari hidup dan mati, setelah kita menyelesaikan kerisauan ini, maka selamanya tidak akan ada kerisauan lagi! Kerisauan yang menyeluruh, kita bergantung pada Buddha untuk membantu kita menyingkirkannya. Karena kita masih hidup di dunia ini, apa yang perlu kita risaukan? Kerisauan kecil tidak masalah. Hari ini kita menggunakan ajaran Buddha Dharma untuk menyelesaikan permasalahan besar hidup dan mati. Kita selamanya tidak akan memiliki kerisauan kecil lagi. Dengan berpikir dalam hati bahwa saya ingin terbebaskan, kita akan menyingkirkan semua kerisauan kecil. Harus ingat perkataan Master – kita tidak punya waktu untuk risau!
Haruskah kita sebagai manusia mencari jalan pembebasan? Kita terus mencarinya dan sekarang telah menemukannya. Karena segala hal ada masanya, sama seperti munculnya komputer sekarang. Seseorang hidup harus terus belajar. Harus belajar dengan baik. Tidak mudah bagi kita untuk menemukan jalan. Lebih tidak mudah lagi untuk menemukan jalan yang terang. Jika kita menemukan jalan Kebuddhaan ini, kita harus terus melangkah maju.
Melihat orang lain merapatkan telapak tangan itu sangatlah mulia, orang barat pun tahu. Merapatkan kedua telapak tangan itu ada alasannya. Orang yang menyatukan tangan adalah harmoni, yaitu kedamaian. Menyatukan dua tangan berarti bersatu, mengepalkan tangan berarti berkelahi. Menyatukan kedua tangan berarti tidak akan berkelahi. Kalau suami mau berkelahi, kamu beranjali, dia akan berhenti berkelahi. Mengangkat kedua telapak tangan berarti tidak ada niat untuk berkelahi. Meletakkan sepuluh jari di dada melambangkan ketulusan. Sepuluh jari terhubung ke hati, beranjali berarti tulus. Menyatukan sepuluh jari berarti pikiran tidak terganggu atau berantakan, pikiran akan menyatu. Sang Buddha berkata, jika hati dan pikiran tidak kacau, maka tiada hal yanng tak terselesaikan. Kita dalam melakukan segala hal, asalkan dilakukan dengan sepenuh hati, maka segala hal bisa terselesaikan. Tangan kanan mewakili yang bergerah, tangan kiri yang diam mewakili sadar, ketika disatukan, maka adalah menyadari diri sendiri akan manyadari orang lain. Yakni menyelamatkan diri sendiri terlebih dahulu baru bisa menyelamatkan orang lain.
Kesuksesan beberapa orang bukanlah suatu kebetulan. Suatu malam yang sangat dingin di Amerika Serikat. Sepasang suami istri lanjut usia masuk ke sebuah hotel dan meminta kamar. Resepsionis di meja depan mengatakan bahwa hotel sudah penuh dan tidak ada kamar kosong, tetapi melihat wajah lelah orang tua itu, dia tidak tega, karena tidak ada hotel di daerah itu. Resepsionis itu membawa orang tua ke sebuah kamar, bukan kamar mewah, dan berkata, “Meskipun kamar ini bukan yang terbaik, tetapi bisa nginap.” Orang tua melihat kamar itu bersih dan rapi, jadi mereka pun menginap. Saat check out keesokan harinya, pelayan berkata: “Tidak perlu membayar uang karena kamu menginap di kamar saya.” Pasangan lansia itu berpikir, pantasan dia tidur di konter sepanjang malam. Orang tua itu sangat senang dan terharu: “Kamu adalah pengelola hotel yang terbaik yang pernah kami temu.” Beberapa minggu kemudian, pelayan tersebut menerima surat dengan tiket sekali jalan ke New York dan mempekerjakannya untuk melakukan pekerjaan lain. Pelayan itu pergi ke New York dan menemukan bahwa itu adalah hotel bintang lima yang indah. Ternyata orang tua yang diterimanya beberapa minggu lalu adalah seorang miliarder Amerika. Mereka melihat pemuda itu begitu baik dan tahu cara mengelola, mereka lalu membeli hotel bintang lima ini dan memintanya untuk mengelolanya. Dia adalah manajer pertama legendaris di Hotel Hilton yang terkenal di dunia. Orang harus mulai dari diri sendiri dan harus benar-benar memikirkan untuk orang lain.
Orang bijak harus melihat segala hal di dunia ini dengan jelas dan menyeluruh, sehingga ia tidak berebut; Orang yang murah hati berpikir terbuka, sehingga ia tidak bersaing, selamanya tidak akan berdebat dengan orang lain. Orang yang memperoleh pencapaian tahu rencana Surga, maka ia tidak terburu-buru, karena saya tahu rencana Surga ada. Akan ada saatnya untuk saya untuk berbicara, akan ada saatnya bagi saya untuk menyesuaikan jodoh. Saya tidak akan bertengkar dengan orang lain. Orang yang memahami kebenaran bisa melepaskan, sehingga dia tidak bodoh. Orang yang memahami kebenaran selamanya tidak akan melakukan hal-hal bodoh; Praktisi Buddhis tidak mementingkan ketenaran dan kekayaan, sehingga dia tidak kesepian. Karena saya telah melepaskan semua ketenaran dan kekayaan, saya selamanya tidak akan menjadi orang yang kesepian, karena di mana-mana ada teman se-Dharma saya, di mana-mana semuanya adalah orang tua saya, dan di mana-mana adalah anak-anak saya, saya barulah hidup dalam kebahagiaan sejati. Orang yang merasa puas selalu bahagia, sehingga tidak tua. Orang yang tidak ingin tua harus bahagia, selalu bahagia, harus selalu melupakan kerisauan.
Dalam kehidupan nyata, kita sering berpikir bahwa kita adalah benar dan segalanya adalah yang terbaik, namun semuanya bertolak belakang dengan yang diinginkan. Jangan merasa dirugikan, jangan berpikiran buntu, dalam kenyataan, baik atau buruk itu tidak mutlak. Seringkali setelah beberapa waktu, ketika kamu melihat ke belakang dan memikirkannya, kamu akan menyadari bahwa pengaturan awal tidaklah sempurna. Beberapa gadis bersikeras untuk menikahi seseorang, tetapi orang tua mereka berkata, “Kamu tidak punya pengalaman, orang ini berbohong kepadamu.” Dia tidak mempercayainya. Beberapa tahun kemudian, membawa anak pulang dan berkata, “Bu, Ayah, kalian benar, saya buta…”. Terkadang pemikiran kita terhadap banyak hal pada saat itu berbeda dengan pemikiran satu atau dua bulan kemudian. Setelah hal itu berlalu, maka tidak lagi memiliki pemikiran apa pun. Ada banyak hal menyedihkan yang terjadi ketika kita masih kecil. Apakah kita masih memikirkannya sekarang? Apakah kamu masih memiliki banyak pemikiran masa lalu? Tidak ada lagi pemikiran apapun. Waktu adalah kunci terbaik untuk menguraikan pemikiran.
Dalam menghadapi suatu hal, harus tenang terlebih dahulu, dan jangan dijawab dulu. Kekurangan manusia adalah terlalu tergesa-gesa. Ketika seseorang memberi tahu kamu sesuatu, segera berkata, “Ya, ya, ya, benar, benar, benar”, membuat malu diri sendiri. Pengaturan awal untuk banyak hal mungkin tidak memuaskan setelahnya, bahkan pengaturan terbaik pun bisa menjadi hasil akhir yang terburuk. Ada laporan di Tiongkok bahwa sepasang pengantin pria dan wanita menikah, keluarga gadis itu meminta ini dan itu, dan semuanya sudah disiapkan. Pada akhirnya, pengantin pria melarikan diri. Dikatakan bahwa ibu pengantin perempuan mencari adik sepupunya untuk menggantikan pengantin pria. Perhitungan manusia tidak sebaik perhitungan Surga, tidak bisa menandingi Surga. Perbanyak menanam benih kebaikan baru bisa memiliki buah karma baik. Praktisi Buddhis harus memahami bahwa segala sesuatu yang dimiliki hari ini, tidak peduli saat baik atau buruk, semuanya adalah jodoh, jangan membenci. Ketika jodoh datang, kita harus menyesuaikan jodoh baik pahit maupun buruk. Ketika jodoh baik datang, kita harus mengikuti jodoh dan menyesuaikannya untuk meningkatkan diri. Jodoh baik atau buruk adalah pengaturan yang terbaik bagi kita, karena ketika jodoh buruk datang, ini membuat kita dapat menemukan ajaran Buddha Dharma; ketika jodoh baik datang, membuat kita bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi, jadi semuanya adalah jodoh baik. Kita harus menghargai hidup. Jika ingin mengetahui hasilnya di masa depan, seringlah melihat benih sebab yang sedang kamu tanam sekarang. Jika ingin mengetahui hasilnya maka lihatlah benih sebab yang dirimu tanam sekarang.
Terkadang hal-hal di dunia tidak dapat dilihat secara permukaan. Memang seperti ini di permukaan, tetapi kenyataannya tidak. Merasa pasti bisa mendapatkannya, tetapi tidak tentu bisa mendapatkannya. Tidak bisa mendapatkan bukanlah hal yang buruk. Ada orang yang bersikeras untuk berteman dengan orang ini. Pada akhirnya, tidak bisa berteman karena sesuatu hal terjadi pada orang itu. Apakah ini hal yang baik atau buruk? Segalanya harus mendengarkan pengaturan Bodhisattva, harus menekuni Dharma dengan baik, karena kita tidak mengetahuinya. Kita hanya mengetahui apa yang disebut kebenaran di dunia. Kebenaran yang sesungguhnya hanya Bodhisattva yang mengetahuinya. Setelah menekuni Dharma, kita baru mengerti kebenaran yang sebenarnya di dunia.
Terkadang kita memiliki kemelekatan seumur hidup, tidak bisa melepaskan anak-anak adalah suatu jodoh. Ada jodoh baik dan jodoh buruk. Ketenaran, kekayaan dan status yang dikejar orang sepanjang hidup adalah kesadaran diri, saya sudah mendapatkannya, saya merasa nyaman, sebenarnya ini hanya kesadaran yang merasa nyaman. Kesadaran adalah ilusi, tidak bertahan lama. Bahagia atau tidak, itu semua adalah kesadaran.
Selalu beri kesempatan pada diri sendiri untuk terbebaskan, selalu berikan jodoh pada diri sendiri. Tidak peduli apapun jodoh yang ditemui, beri ruang pada diri sendiri, beri jodoh baik pada diri sendiri. Tidak peduli apapun yang terjadi, semuanya tidak masalah, menyelaraskan diri sendiri. Di kala Buddha Hidup Jigong memandang kehidupan dengan senyuman, “Pakaianku kotor adalah menertawakan jiwa kalian. Kalianlah yang paling kotor!” Ini baru disebut semangat. Kita harus memahami kesadaran yang ilusi. Terkadang ketika kamu bangun, kamu baru benar-benar menyadari bahwa seluruh dunia ini bukan milikku. Ketika kamu ingin melakukan sesuatu, kamu masuk angin dan demam, berbaring lemas di tempat tidur. Pada saat itu, kamu baru merasa bahwa dunia ini bukanlah milikmu. Saat kamu tertidur setiap malam, siapakah kamu? Orang hidup di dunia ini, terkadang dalam keadaan sadar, terkadang dalam keadaan bingung. Terkadang bingung sampai salah memberikan uang. Tidak menghormati orang tua, memukuli dan memarahi anak-anak. Terkadang tidak memahami kebenaran dan masih ingin memperjuangkan kebenaran. Bukankah itu seperti hidup dalam setengah mimpi dan setengah sadar? Hidup di dunia ilusi dan tidak nyata ini, kita harus sadar. Master meminta kalian untuk bangun setiap hari, kalian harus bangun!
Keluarga adalah jodoh pertemuan sementara, yaitu pertemuan yang bersifat sementara. Semua orang dipertemukan oleh jodoh. Kita datang ke dunia untuk melunasi hutang kita dan berpisah. Kamu menempuh jalanmu yang sempit dan berkelok-kelok dan saya menempuh jalan Kebuddhaanku. Orang yang tidak berjodoh, bahkan Bodhisattva pun tidak bisa menyelamatkannya. Jadi kita menyelamatkan diri kita sendiri terlebih dahulu baru menyelamatkan orang lain. Kita harus menyelamatkan diri kita sendiri dan orang lain, menyelamatkan yang berjodoh. Semua teman se-Dharma yang datang untuk mendengarkan ajaran Dharma memiliki jodoh dengan Guan Shi Yin Pu Sa, berjodoh dengan Buddha. Memiliki jodoh dengan Buddha adalah jodoh yang paling penting. Hanya dengan memiliki jodoh, kita baru bisa berkumpul bersama.