Melampaui Alamiah, Memahami Kekosongan, Welas Asih Menyelamatkan Semua Makhluk, dan Memurnikan Bodhi (Bagian 1)
Terima kasih kepada Guan Shi Yin Pu Sa Yang Maha Welas Asih dan Maha Penyayang. Terima kasih kepada Naga Langit Pelindung Dharma. Cahaya Buddha menyinari Frankfurt. Semoga Guan Shi Yin Pu Sa berwelas asih dan memberkati semua orang, agar semua teman se-Dharma kita di dunia dapat terbebas dari penderitaan dan memperoleh kebahagiaan. Terima kasih kepada seluruh teman-teman media, para tamu dan teman-teman se-Dharma dari berbagai negara Eropa, serta teman-teman se-Dharma Jerman dan relawan yang telah berkontribusi dalam persiapan Seminar Dharma ini. Terima kasih atas pengorbanan kalian, membuat semakin banyak orang terbebas dari ketersesatan dan tersadarkan. Menghargai masa kini, maka akan memiliki masa depan. Berharap semua orang baik-baik menghargainya.
Tahun lalu, ada Malam Keagamaan Berlin di Jerman. Lebih dari 100 kelompok agama membuka ruang ibadah mereka untuk menyambut pengunjung yang datang, menjunjung agama adalah budaya, mencari dunia spiritual. Aspek budaya dari berbagai agama membuat generasi muda dan paruh baya di Jerman memahami bahwa orang harus memiliki etika, harus mempunyai kepercayaan, harus mengupayakan perdamaian, mencapai kerukunan antara agama dan ilmu pengetahuan, harus menemukan tujuan akhir dalam makna hidup. Puluhan ribu orang mengikuti wisata religi dan kegiatan malam keagamaan. Ini adalah keharmonisan yang luar biasa. Agama perlahan-lahan telah menyatu dalam hati setiap orang. Semakin sejahtera agama dalam masyarakat, semakin besar harapan yang ada di hati orang-orang. Berharap semua orang dapat berkontribusi pada ajaran Xin Ling Fa Men dan agama Buddha, sehingga lebih banyak orang dapat memahami dan mempelajari agama Buddha, agar jiwa orang-orang dapat segera terbebas dari kerisauan duniawi.
Seseorang bertanya: “Hal apa yang paling indah di dunia ini?” Setiap orang memiliki penilaian yang berbeda. Ada yang menganggap uang adalah yang terbaik, dan ada yang menganggap ketenaran dan kekayaan adalah yang terbaik. Sebenarnya, keduanya relatif penting saat dalam keadaan sehat. Jika seseorang sudah terbaring di tempat tidur, dalam kondisi sekarat, dan menderita penyakit sepanjang hari, yang dipikirkannya bukanlah uang atau ketenaran dan kekayaan, melainkan kehidupan yang sangat realistis tanpa rasa sakit. Oleh karena itu, sudut pandang setiap orang berbeda-beda, tidak semua orang hidup demi uang, dan tidak semua orang hidup demi ketenaran dan kekayaan.
Kita tidak boleh mengabaikan tubuh fisik kita, juga tidak boleh mengabaikan dunia spiritual kita. Karena dunia yang kita tinggal ini adalah dunia ilusi yang kita pikir bisa kita miliki. Ketenaran dan kekayaan yang kita miliki itu tidak nyata dan tidak bisa didapatkan selamanya, jadi itu adalah dunia yang tidak nyata. Namun ketika suatu saat kita mencapai kesempurnaan spiritual, merasa bahwa jiwa kita telah mengalahkan segalanya, pada saat itu kita akan memasuki suatu ruang lain, yaitu dunia spiritual. Di dunia spiritual, kita akan memiliki lebih banyak kebahagiaan. Ketika seseorang bahagia secara spiritual, maka tubuh fisiknya pasti akan bahagia. Ketika jiwa seseorang tidak bahagia, semua yang dimiliki tubuh fisiknya hanyalah kebahagiaan sementara dan ilusi. Kita tidak boleh hidup dalam nafsu keinginan setiap hari, tidak boleh hidup dalam perjuangan, karena uang, reputasi dan status yang kita tukarkan dengan nyawa kita akan hilang dengan cepat, dan ketika kita kehilangan tubuh kita, maka berakhirlah kita di dunia.
Menekuni Dharma adalah mengerti bagaimana untuk menghargai masa kini, masa depan, dan jiwa kebijaksanaan diri sendiri. Menua lebih mudah dari pada awet muda. Coba pikirkan saat kalian masih muda di masa lalu, apakah kalian masih bisa memilikinya saat ini? Sudah berakhir, tidak ada lagi. Yang kalian miliki adalah menjadi semakin tua. Ketika seseorang tidak dapat memahami hal ini, dia akan terus menyelesaikan karir penuaannya. Ketika seseorang dapat memahami bahwa saya tidak boleh lagi hidup di dunia ini untuk diri saya sendiri dan berjuang setiap hari dalam mengejar hal-hal yang ilusi dan tidak dapat diperoleh, saya harus belajar yang dikatakan oleh Sang Buddha, “Segera melepaskan”, tidak boleh melekat lagi. Ada pepatah yang mengatakan “mengetahui yang sulit dan memperoleh yang mudah.” Ketika kamu tahu hal-hal apa yang sulit, maka kamu akan tahu apa yang harus dan tidak harus kamu lakukan. Berharap semua orang dapat memiliki hati yang baik untuk membantu orang lain dan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi dunia. Jangan melakukan hal-hal yang dibenci oleh generasi mendatang. Ketika kita dapat membantu semua makhluk, bisa membantu semua orang, kita akan memiliki hati yang baik dan pikiran Buddha. Ini adalah welas asih yang harus dimiliki oleh para praktisi Buddhis.
Sang Buddha berkata, “Nafsu keinginan tidak terbatas.” Pengejaran seseorang selamanya tidak ada batasnya. Sudah baik masih ingin lebih baik. Sudah memiliki ini masih menginginkan itu, selamanya tidak ada akhirnya. Oleh karena itu, ketika melakukan hal apapun di dunia ini, kita harus memahami bahwa “segala hal ada batasnya”. Dalam melakukan hal apapun harus menetapkan satu batasan. Sejauh mana yang bisa saya capai hari ini? Bagaimana saya harus berhenti jika hal ini tidak berhasil? Sebenarnya ini artinya menyesuaikan jodoh. Ketika seseorang mengejar sesuatu yang tidak dapat diperolehnya, jelas-jelas tidak dapat diperolehnya tetapi masih mati-matian ingin mendapatkannya, ini akan membawakan penderitaan. Berharap semua orang bisa melakukan segala hal dengan tidak berlebihan. Tidak berlebihan adalah moderasi. Tidak peduli kapanpun tetap harus sepantasnya saja.
Jika kamu merasa benci, iri, dan risau di dalam hatimu, itu berarti hatimu sudah sakit. Jika seseorang iri terhadap orang lain, mencurigai orang lain, dan membenci orang lain setiap hari, maka orang tersebut sudah ada penyakit di dalam hatinya. Penyakit hati akan membuatmu menderita, membuatmu tidak bisa terbebaskan. Harus selalu berpikir bahwa dirimu adalah seorang Bodhisattva, berpikir bahwa dirimu akan melahirkan kebijaksanaan, maka kamu akan melepaskan dan terbebaskan. Seseorang harus melepaskan. Setiap orang akan menderita ketika kehilangan sesuatu, tetapi ketika mereka ingin memilikinya, mereka tidak berpikir akan kehilangannya. Menekuni Dharma harus memahami bahwa, jangan mengejar kepemilikan yang terlalu banyak, maka tidak akan merasakan penderitaan kehilangannya. Jika kita tidak memiliki terlalu banyak hal materi dan spiritual yang tidak dapat kita pertahankan selamanya, maka kita selamanya tidak akan merasakan penderitaan dari perpisahan dan kepergian. Ada orang bertanya: “Master, mengapa biksu tidak boleh menikah? Mereka sangat menderita.” Para biksu sangat bahagia, karena perpisahan antara hidup dan mati adalah hal yang paling menyakitkan bagi manusia. Ketika seseorang memiliki cinta, maka cinta ini akan mempengaruhi kehidupannya. Maka itu, ketika ibu meninggalkan anaknya, anak akan sangat menderita sekali. Ketika salah satu pasangan meninggal, terpisah antara hidup dan mati, pihak lain akan sangat menderita. Para biksu tidak memiliki penderitaan seperti itu, karena mereka tidak memiliki, sehingga mereka tidak akan merasakan sakitnya kehilangan ketika meninggal. Jadi jika tidak memiliki banyak hal, maka tidak akan kehilangannya, tidak akan merasakan sakitnya kehilangan. Hati praktisi Buddhis harus tenang, pikiran harus jernih. Seseorang harus tahu bagaimana hidup dalam masyarakat dan bagaimana membebaskan pikirannya dari lebih banyak kerisauan dan kesulitan. Melepaskan dan terbebaskan adalah obat terbaik di periode akhir Dharma.
Kita tidak boleh menganggap kebahagiaan di dunia sebagai kebahagiaan yang selamanya, dan juga jangan menganggap penderitaan di dunia sebagai penderitaan yang selamanya, karena semua ini hanya bersifat sementara. Harus melepaskan diri dari perilaku orang-orang awam, tingkat kesadaran spiritual praktisi Buddhis tidak ada yang mutlak berpikiran terbuka. Ketika seseorang menghadapi suatu masalah, tidak ada yang mutlak berpikiran terbuka atau tidak berpikiran terbuka, karena semuanya adalah sebab dan akibat. Berharap kalian jangan tidak berpikiran terbuka. Tidak dapat berpikiran terbuka itu hanya bersifat sementara, bisa berpikiran terbuka juga bersifat sementara. Itu hanya perbedaan dalam satu pemikiran. Bisa berpikiran terbuka adalah dalam satu niat pemikiran, tidak bisa berpikiran terbuka juga dalam satu niat pikiran. Bersikaplah baik terhadap kehidupan. Menghargai kehidupan maka akan memperoleh kehidupan. Menghargai seseorang, maka akan memilikinya, jika tidak menghargainya, maka akan segera kehilangannya. Sebuah cincin yang dipakai di tangan, kita tidak merasakan keberadaannya, mungkin suatu saat akan kehilangannya. Oleh karena itu, kita harus menghargai kehidupan, menghargai ajaran Buddha Dharma. Apapun yang kita hargai, itulah yang akan kita miliki. Jika kita menghargai kehidupan, maka kita akan memiliki kehidupan. Jika kita menghargai ajaran Buddha Dharma, maka akan memiliki ajaran Buddha Dharma.
Di dunia ini, kita mempunyai rintangan ketenaran dan kekayaan, rintangan hidup dan mati, rintangan hubungan asmara… Rintangan ini sangat menyakitkan bagi kita. Terhadap orang yang tidak ingin kita ketemu, justru bertemu dengannya. Terhadap orang yang tidak ingin kita tinggalkan, justru pergi meninggalkan, ini adalah rintangan hubungan asmara kita. Oleh karena itu, harus belajar melupakan diri. Melupakan diri sendiri, maka akan perlahan-lahan mendapatkan pembebasan. Banyak orang tidak bisa melepaskan, maka mereka tidak bisa terbebaskan dari penderitaan. Berharap semua orang mengerti untuk melepaskan yang harus dilepaskan. Jika kamu membenci seseorang hari ini, kamu telah menanamkan benih kebencian dalam hatimu. Hari ini membenci dia, besok saya iri padanya, itu setara dengan virus di komputer. Jika virus itu disimpan di dalam hati setiap hari, itu akan membuat hatimu sangat sedih. Komputer akan rusak, dan jantung akan mucul kegagalan. Ketika seseorang setiap hari selalu mengejar sesuatu tetapi tidak bisa mendapatkannya, membenci orang lain setiap hari, jantungnya akan bekerja berlebihan. Berharap semua orang bisa melupakan semua pikiran khayalan yang tidak seharusnya disimpan di dalam hati. Yang terbaik adalah tidak memiliki diri sendiri. Orang yang tidak memiliki diri sendiri adalah orang yang paling bahagia. Mengapa ibu dihormati oleh orang lain? Karena ibu hanya memikirkan anak-anaknya dan tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Ini adalah melupakan diri. Suka, marah, sedih, dan gembira seorang ibu naik turun berdasarkan suka, marah, duka, dan gembira anak-anaknya. Berharap semua orang bisa benar-benar melupakan diri. Melupakan dirinya sendiri, hatinya akan memiliki semua makhluk. Hanya mereka yang memiliki semua makhluk hidup di dalam hatinya yang merupakan orang yang paling bahagia. Orang ini hidup di dunia barulah orang yang paling berarti.
Orang harus mengerti untuk melupakan diri. Memiliki orang lain di dalam hati akan menjadi semakin kuat dan gigih. Ketika seseorang memiliki kegigihan dan perilaku, maka dia akan menemukan jalan menuju kesuksesan. Kita sekarang berada di dunia, semua orang terjerumus dalam nafsu keinginan duniawi, ingin mobil, rumah, anak-anak, dan lebih banyak lagi. Kita harus membuat nafsu keinginan kita murni, harus memahami bagaimana menemukan jalan diri sendiri, bagaimana mengatasi halangan iblis dan kerisauan di dalam hati. Kita tidak boleh risau. Semakin risau, kesulitan akan semakin banyak. Kita harus melompat keluar. Ajaran Buddha Dharma mengatakan bahwa kita “tidak dalam lima elemen.” Kita harus melompat keluar dari enam alam reinkarnasi. Berharap semua orang memiliki tingkat kesadaran spiritual yang tinggi, harus melampaui keterbatasan diri sendiri. Hal yang tidak bisa dilakukan, harus berusaha keras untuk melakukannya, namun bukan demi diri sendiri tetapi untuk semua makhluk. Ketika seseorang memberikan segalanya untuk semua makhluk, dia bukan lagi manusia biasa, melainkan seorang Bodhisattva, karena dia bisa mengeluarkan energi terbesar dari seseorang. Berharap semua orang mengerti untuk menghargai jiwa kebijaksanaan diri sendiri, bagaimana menggunakan hidup sendiri yang terbatas untuk membantu lebih banyak makhluk hidup, membuat dunia lebih damai.
Seseorang merasa risau itu karena dia mempunyai waktu untuk risau. Banyak orang yang begitu sibuk sehingga mereka bahkan tidak punya waktu untuk merasa risau. Seseorang risau terhadap hal-hal kecil itu karena dia belum mempunyai kerisauan yang besar. Orang yang merasa risau terhadap hal-hal kecil setiap hari, begitu menghadapi kerisauan besar, kerisauan yang kecil tadi akan segera hilang. Misalnya, seseorang sering kali merasa sedih karena sakit maagnya. Ketika suatu hari nanti dia mengetahui bahwa dirinya mengidap kanker liver, dia tidak akan lagi merasa risau dengan sakit maagnya. Kematian adalah kerisauan terbesar bagi manusia di dunia. Jika kita demi kerisauan kecil di dunia dan melupakan kerisauan terbesar di dunia – kematian, berarti kita telah menyimpangkan prioritas. Manusia harus mengejar kehidupan kekal abadi. Jangan bersedih karena hal-hal yang singkat dan tidak praktis di dunia, menambah lebih banyak kerisauan pada hati kita yang sudah terluka. Coba pikirkan, apakah kamu masih memiliki kerisauan yang dirimu alami saat masih muda? Apakah hal-hal yang kamu risaukan saat ini masih ada ketika kamu meninggalkan dunia ini? Begitulah deritanya dunia. Ketika kamu lahir, orang-orang di sekitarmu tertawa, tetapi kamu menangis. Ketika kamu mengakhiri perjalanan hidupmu, orang-orang di sekitarmu menangis, tetapi kamu tertawa. Di dunia ini, lahir tidak membawa datang apa-apa dan mati tidak membawa pergi apa-apa. Semua yang dikejar adalah kosong, mimpi ilusi. Oleh karena itu, berharap para praktisi Buddhis tidak mengejar hal-hal ini. Orang tua yang seumur hidupnya berkorban demi kebaikan anak, mereka tidak membawa pergi apa-apa, perabotan, uang maupun segalanya pun tidak dibawa, lalu meninggalkan kita. Bukankah kita yang sekarang ini sama dengan orang tua kita? Demi anak-anak kita, mengakhiri hidup yang singkat ini. Setelah memahami kebenaran ini, maka kita harus berani memajukan diri, seharusnya memanfaatkan hidup kita yang terbatas ini untuk dipergunakan dalam membantu jiwa para makhluk hidup. Ketika seseorang bisa berpikiran terbuka, maka segala hal akan lancar, jika berpikiran buntu, maka segala hal akan terhambat. Oleh karena ini, orang yang dapat berpikiran terbuka dan mengerti, maka dia akan dapat menyadari kebenaran dalam hidup ini yakni kekosongan. Maka orang yang dapat berpikiran terbuka adalah kosong. Sun Wukong dalam “Perjalanan menuju ke barat”, adalah menyadari sifat kekosongan, menyadari kebenaran dalam hidup ini.
Kita harus memahami pembebasan. Kita hidup di dunia ini, mengapa harus melukai diri sendiri demi hal-hal yang kecil dan mengkhawatirkannya? Sebenarnya, setiap orang memiliki takdirnya. Master berharap semua orang memahami bahwa ini adalah jalan yang harus dilalui dalam hidup ini. Berharap semua orang tidak kehilangan dirinya dalam dunia fana ini. Kita sering melupakan diri, merasa bahwa diri kita sangat hebat dan mulia. Terkadang semua orang merasa bahwa pengalamannya dapat ditulis menjadi sebuah buku. Sebenarnya, orang-orang sedang memurnikan benih-benih Bodhi di tengah rintangan kerisauan dan lautan penderitaan antara hidup dan mati. Hanya ketika seseorang dalam penderitaan barulah dia dapat mengetahui apa itu kebahagiaan. Jika seseorang tidak mengetahui penderitaan, dia selamanya tidak akan bahagia. Hanya ketika seseorang dapat memahami penderitaan barulah dia akan benar-benar menekuni Dharma. Semua orang harus memahami satu kebenaran bahwa menanggung penderitaan adalah mengikis karma. Suami dan istri, hari ini saya memperlakukanmu dengan baik dan kamu memperlakukan saya dengan buruk, ini adalah sedang mengikis halangan karma buruk. Setelah beberapa waktu kemudian, kamu tahu bahwa dia benar-benar sangat baik kepadamu, kamu akan memperlakukannya dengan lebih baik, itu juga berarti mengikis karma. Penderitaan praktisi Buddhis adalah sementara. Meskipun beberapa penderitaan harus diatasi melalui pelafalan paritta dan tidaklah mudah, namun penderitaan mereka yang tidak menekuni Dharma adalah seumur hidup, sedangkan penderitaan jangka pendek bagi mereka yang menekuni Dharma akan segera berlalu, karena kita memahami kebenaran, kita tidak akan menderita lagi. Sedangkan orang yang tidak menekuni Dharma selamanya tidak akan memahami penyebab penderitaan, sehingga dia akan selamanya menanam buah akibat yang pahit.
Harus memikirkan masa depan ketika kita sudah tua, harus tahu bagaimana untuk hidup, bagaimana menjadi orang yang bijaksana. Master sering mengatakan bahwa hidup adalah perjalanan yang tidak bisa kembali. Ketika kamu memasuki kehidupan, kamu hanya bisa bergerak maju, tidak ada kesempatan untuk kembali. Oleh karena itu, melewati satu hari, hilang satu hari. Hilang satu hari berarti mendekati kematian satu hari. Semua ini nyata, bukan berarti kita bisa menghindarinya karena tidak mau membicarakannya. Kita harus tahu bagaimana mengatasi rintangan berlumpur yang tak terhitung jumlahnya dalam perjalanan. Terhadap kesepian, kesalahpahaman dan kekecewaan di dunia akan menimbulkan ketakutan dan fobia di dalam hatimu. Ketika seseorang sangat kecewa dalam hidup, maka akan muncul rasa ketakutan. Mengapa sekarang banyak anak yang menderita autisme, fobia, dan depresi? Ada dua sandaran di hati seorang anak. Ibu adalah penopang seumur hidupku, dan ayah adalah penopang seumur hidupku. Ketika kedua penopang ini bertengkar setiap hari, anak akan kehilangan dukungan di hatinya, dan kemudian dia akan menimbulkan ketakutan, merasa bahwa duniaku tidak ada lagi yang bisa membantuku. Praktisi Buddhis tidak boleh membiarkan dirinya merasa takut, jangan biarkan dirimu kecewa atau kesepian. Bagaimana mencegah diri dari kesepian? Yaitu baik-baik hidup di antara semua makhluk. Jika seseorang dapat hidup di antara semua makhluk, maka ia akan memperoleh hidup yang kekal.
Kamu menyalakan sebuah obor, jalan di depan akan terang, namun pada suatu hari ia akan padam. Ketika kamu menyalakan obor kepada semua orang di sekitarmu, meskipun suatu hari obormu padam, kamu masih tetap dapat menggunakan obor orang lain untuk menyinari jalan hidupmu. Oleh karena itu, orang yang menyelamatkan semua makhluk adalah menyelamatkan dirinya sendiri. Orang yang membantu orang lain adalah bmembantu dirinya sendiri. Orang yang memberikan kasih sayang kepada orang lain adalah membuat orang lain untuk menyayangi dirinya sendiri.