wenda20130816 38:11
Cara belajar Buddha Dharma di rumah dengan “tanpa halangan”
Pendengar wanita: Master berkata, “Seseorang yang tidak memiliki kekhawatiran adalah orang yang benar-benar tidak mementingkan dirinya sendiri.” Jadi, sikap tanpa kekhawatiran apakah bisa dipahami sebagai tidak bermasalah terhadap hal apapun, bisa melepaskan terhadap semuanya?
Apabila kita umat awam di rumah jika dikatakan tidak ada kekhawatiran lagi dalam membina diri, apakah kerabat dan orang tua dalam keluarga akan merasa kita tidak berbakti? Karena tampaknya kita seperti tidak peduli atau khawatir dengan mereka.
Master menjawab: Apakah kamu menghormati biksu? Mengapa kamu memanggil mereka Guru? Banyak dari mereka menjadi biksu setelah dewasa. Apakah mereka memiliki keluarga? Apakah mereka memiliki anak? Apakah mereka pernah menikah? Tetapi, apakah kamu menghormati mereka? Apakah kita praktisi Buddhis harus menjadikan mereka sebagai teladan? Jika tidak, mengapa kita memanggil mereka Guru?
Guru menginginkan siswa atau murid untuk belajar darinya. Apakah biksu memiliki kekhawatiran? Bukankah mereka tidak memiliki kekhawatiran lagi? Karena kamu belum mencapai tingkat kesadaran spiritual itu, kalian adalah umat awam, kalian tidak memiliki tingkat kesadaran spiritual seperti mereka, sehingga kalian akan memiliki kekhawatiran. Misalnya, kamu adalah seorang siswa sekolah dasar, kamu baru saja pandai penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Kamu bilang mau belajar akar kuadrat dan rumus matematika. Kamu ingin belajar tingkat di atas perguruan tinggi, apakah kamu mampu mempelajarinya? Jika kamu tidak mampu mempelajarinya, tentu saja kamu akan mengalami banyak hambatan. Orang lain berkata, “Kamu memiliki penyakit mental! Kamu baru saja belajar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, bagaimana kamu bisa belajar Matematika tingkat perguruan tinggi?” Ini adalah tujuan yang ingin kamu capai. Apa itu kekhawatiran?
Kekhawatiran apa yang kamu miliki setelah kamu meninggal? Apakah kamu bisa membawa pergi semua yang ada di dunia ini? Apakah kamu masih akan khawatir jika tidak memilikinya lagi? Misalnya, ketika kamu masih kecil, anak-anak yang ada di tempat penitipan anak memiliki hubungan yang sangat baik denganmu, apakah kamu masih ingat mereka sekarang? Berapa orang yang masih menjalin hubungan baik dengan anak-anak di tempat penitipan? Apakah kamu memiliki kekhawatiran dengan anak-anak di tempat penitipan?
Jika kelak kamu meninggalkan dunia ini dan pergi ke surga, apakah kamu masih akan mengkhawatirkan tentang dunia ini? Itu adalah manusia surgawi. Jika kamu benar-benar sampai ke alam Bodhisattva, maka itu adalah kekhawatiran yang berbeda lagi, yaitu kekhawatiran untuk menyelamatkan orang
Pendengar wanita : Lalu, terkadang kita ada beberapa masalah …
Master menjawab : Jika kamu masih mengkhawatirkanya atau belum bisa melepaskan, maka, kamu jangan memutuskannya, karena kamu sekarang berada di dunia, tidak bisa sepenuhnya meninggalkan keluargamu dan anak-anakmu. Kamu harus mengurus keluargamu. Ada orang yang belajar sampai pada ahirnya mengabaikan keluarganya, itu berarti dia sudah menyimpang.
Karena kamu belum sampai ke tingkat kesadaran spiritual ini, mengapa kamu harus melakukan hal-hal ini? Jika kamu meninggal nanti, kamu ingin menjaga keluargamu, ingin mengkhawatirkan mereka pun tidak memiliki kesempatan lagi. Maka tentu saja kamu harus baik-baik dan sepenuh hati membina diri.
Hanya jika kamu sudah menjadi biksu, meninggalkan keluargamu, tentu saja kamu harus baik-baik membina pikiran dan menekuni Buddha Dharma dengan sepenuh hati, dan jika kamu masih khawatir dengan keluarga, maka kamu adalah salah. Masalahnya adalah kamu bukan biksu, bagaimana mungkin kamu tidak mencintai keluargamu? Tentu saja level kesadaran spritual kamu juga tidak bisa meningkat! Logikanya sama saja
Pendengar wanita : Sebagai seseorang yang tidak memiliki kekhawatiran, apakah maksudnya adalah ketika pada akhirnya meninggal dunia, lalu di dalam hatinya benar-benar tidak ada kekhawatiran lagi?
Master menjawab : Tidak benar, pemahaman yang salah. Kekhawatiran yang saya maksudkan itu adalah meminta kalian harus terlebih dahulu memahami atau sadar bahwa kelak semuanya akan menjadi tidak ada. Tiba saatnya kamu meninggal dunia nanti, maka itu adalah melepaskan yang sesungguhnya. Sekarang kamu harus belajar untuk melepaskan. Jika tidak, untuk apa kamu belajar Buddha Dharma?
Dengan kata lain, kamu harus bisa melihat melampaui terhadap hal-hal yang ada di dunia ini. Sebagai contoh sederhana: kamu melahirkan anak, sampai level mana kasih sayang kamu itu? Semakin beranjak dewasa, setelah anak berumur 20-an, dia akan menikah. Umur 30-an dia akan punya anak dan tidak lagi tinggal bersamamu, bukankah kekhawatiranmu akan berkurang?
Apakah kamu masih bisa memiliki kekhawatiran seperti saat dia baru lahir dan dalam pelukanmu? Sebenarnya, ini adalah proses peningkatan yang terus-menerus. Kita harus bisa melihat melampaui inti dari hal-hal di dunia ini: Kamu harus mengerti bahwa ada kelahiran pasti ada kematian, sehingga kamu tidak akan begitu melekat lagi terhadap hal-hal di dunia ini
Pendengar wanita : Bolehkah saya memahami seperti begini : dalam kesadaran spiritual kita harus memahami bahwa intinya kita harus melepaskan, tidak boleh khawatir, tetapi perilaku kita jangan membuat orang lain merasa kita tidak mempedulikan mereka
Master menjawab : Benar, perilaku sebenarnya hanyalah untuk melakukan tanggung jawab kamu di dunia ini: dia adalah ibu saya, ayah saya, dan anak-anak saya, saya harus memberi perhatian kepada mereka. Tetapi perhatian tidak berarti kamu harus terus mengkhawatirkan mereka, tidak berarti kamu harus terus menggenggam di dalam tangan dan tidak mau melepaskannya. Banyak anak yang pada akhirnya, orang tuanya mau tak mau juga harus melepaskannya, karena dia sudah pergi jauh dari kamu
Pendengar wanita : Sudah mengerti
wenda20130816 38:11
在家学佛如何做到“没有罣碍”
女听众:师父说“一个没有牵挂的人才是真正无私的人”,那么无牵无挂的心态是不是可以理解成对什么都无所谓,对什么都能放下?我们在家居士修行如果说无牵无挂了,家里的亲人啊、长辈啊会不会觉得不孝顺?因为看上去好像不牵挂他们。
台长答:法师你尊敬不尊敬啊?你为什么叫他们师父啊?他们很多是半路出家的,他们有没有家?他们有没有孩子啊?他们结过婚吗?但是你尊敬不尊敬他们啊?学佛人应不应该以他们为榜样啊?否则为什么叫他们师父啊?师父就是要学生、徒弟跟他学的。人家法师有没有牵挂啊?不是没牵挂了吗?因为你的境界不到,你们是居士,你们没有人家的境界,所以你们会有牵挂。比方说你是小学生,刚刚学会加减乘除,你说要学开根、数学的方程式,你想要学大学以上的水平,你学得到吗?你学不到当然会受到很多阻碍了。人家说“你有神精病啊!刚刚学会加减乘除,怎么会读到大学的数学啊”,这是你奋斗的目标。什么叫牵挂啊?你走了之后有什么牵挂?在人间的一切你还带得走吗?没有了你还有牵挂吗?比方说小时候托儿所那些小孩子跟你关系都很好的,现在你还记得他们吗?有几个人跟托儿所的小孩子到现在关系还很好的?你对托儿所的孩子有牵挂吗?你以后如果离开人间到天上去还会牵挂人间吗?那是天人。如果你真的到了菩萨界,又是一种不一样的牵挂了,那是救人的牵挂(那我们平时有些事情……)你还罣碍着就不要去断掉,因为你现在是在人间,不能把家庭完全抛弃,你的孩子、你的家庭就必须顾。有些人学到后来不顾家庭本身就是偏差,因为你没到这个境界为什么做这些事情啊?你走了,你想照顾家里、你想牵挂都没有机会了,那你当然一心一意好好修了。索性你出家了,离开自己的家了,你当然一心一意地好好修心、学佛了,你再挂着自己家里就错了。问题是你没有出家呀,你怎么能不爱这个家呢?那你的境界当然也没上去啊!道理都是一样的(做一个没有牵挂的人,指的是最后走的时候,真正的心里没有牵挂,是吗?)不对,理解错误。我说的没有牵挂,是叫你们精神上先要懂得以后什么事情都会没有的,等到走的时候那是真正的放下了,现在就要学会放下。否则学什么佛啊?就是说现在在人间就要把很多事情看得穿。举个简单例子:你生小孩出来,你爱护到什么程度啊?越来越大,二十几岁了他要结婚了;三十几岁要生孩子了,不跟你住在一起了,你是不是牵挂少一点了?你还能像生出来时抱在身上那样牵挂吗?实际上就是一个不断地在提升的过程,在人间要看穿事物的本质:要知道生出来就有一天会死的,就不会在人间这么执着了(我能不能理解成:我们精神上要明白本质是要放下的,不能牵挂,但是我们实际上的行为也不能让人家觉得我们不牵挂他们)对了,实际上的行为只不过是在人间履行职责:是我妈妈、是我爸爸、是我孩子,我应该对他们关心,但是关心并不代表一直要牵挂,并不代表要完全抓在手上放不下。很多孩子到了最后,爸爸妈妈不放也得放下啊,因为离你而去了啊(明白)