28. Belajar Menjadi Bodhisattva, Tidak Meninggalkan Jalan Pembinaan untuk Menjadi Bodhisattva

28. Belajar Menjadi Bodhisattva, Tidak Meninggalkan Jalan Pembinaan untuk Menjadi Bodhisattva

Seorang praktisi Buddhis meskipun senang namun sudah menjauh. Walaupun merasa sangat senang, akan tetapi kamu sudah menjauh dari perilaku Buddha dan Bodhisattva. Meskipun kamu sangat bahagia, ini yang disebut “meskipun senang”, akan tetapi kamu sudah meninggalkan pikiran Buddha dan Bodhisattva. Seperti banyak orang yang minum arak atau menari di bar, dia senang bukan? Dia sepertinya sangat senang, namun sesungguhnya, dia sudah meninggalkan sifat Kebuddhaan, bukannya menjalaninya sepenuh jiwa dan raga. Karena kamu tidak mencapai sifat dasar jiwa dan ragamu sampai yang paling akhir, yakni mencapai sukacita yang sesungguhnya. Hari ini baik kamu minum minuman keras, maupun kamu pergi bersenang-senang, itu hanya sementara. Sedangkan kita sekarang para praktisi Buddhis ini ingin memperoleh kebahagiaan, itu bukan hanya di satu kehidupan, namun untuk selamanya. Hari ini kamu bisa memiliki sedikit uang, merasa senang sekali, bisa membeli barang-barang yang kamu sukai, makan yang diinginkan, akan tetapi ini hanya sementara, pemikiranmu ini sama seperti ombak di lautan, begitu berpaling sudah hilang, dengan cepat akan sirna. Master meminta kalian belajar ajaran Buddha Dharma, supaya hati kalian dipenuhi dengan sukacita dalam Dharma, selamanya berbahagia. Sedangkan orang yang selamanya berbahagia, adalah Bodhisattva. Mengapa Bodhisattva bisa selamanya berbahagia? Karena Bodhisattva selamanya hidup di tengah semua makhluk hidup, seseorang yang selamanya berada di tengah makhluk hidup akan selamanya mendapatkan kebahagiaan. Mengapa? Karena membantu orang lain adalah yang paling membahagiakan. Banyak orang yang sudah pensiun, di rumah menganggur, setiap hari membaca koran, jalan-jalan berkeliling, otaknya semakin lama semakin menua, semakin tidak bagus, sampai pada akhirnya kesehatan tubuhnya pun memburuk. Banyak orang tua pensiun namun tidak menganggur, mereka pergi melakukan jasa kebajikan, setiap hari gembira di tengah kesibukan, dia hidup dengan sangat baik, sama sekali tidak merasa kalau dirinya sudah pensiun, sesungguhnya secara psikologis, jiwanya merasa sangat puas. Seseorang menekuni Dharma harus bisa belajar sampai memperoleh kebahagiaan batin, itu barulah kebahagiaan yang sesungguhnya.

Apa yang harus kita lakukan baru bisa termasuk sebagai perbuatan Bodhisattva? Yaitu kita tidak boleh meninggalkan semua makhluk, jika menggunakan perkataan masa kini, yakni kita tidak boleh meninggalkan semua orang. Jika kamu sendirian di rumah, kamu tidak akan merasa senang. Sebesar apapun rumahmu, jika kamu setiap hari sendirian di rumah, apakah kamu merasa senang? Ada seorang pelaut yang menceritakan sebuah kisah, dia memberitahu saya, sebuah kapal tanker dengan kapasitas puluhan ribu ton, mereka melaut selama tiga bulan. Kapal ini besar atau tidak? Kita biasanya begitu masuk ke kapal, bahkan kamar pun tidak ketemu. Kamar yang ini, yang itu, ruang makan, dan ruang bioskop dan lain-lainnya, selama tiga bulan pastinya tidak akan kesepian. Namun tahukah kalian, mereka selama tiga bulan, merasa kesepian, merasa sedih, benar-benar tidak ada kegiatan yang dilakukan. Hanya berada di tempat yang sekecil itu, selama tiga bulan mondar-mandir, bahkan setiap sudut pun sudah mereka ingat dengan sangat jelas, sudah tidak ada apapun yang bisa dilakukan. Kamu jangan mengira rumahmu besar, kamu akan merasa kesepian. Sampai pada akhirnya, sudah kehabisan ide, para pelaut memutar film-film itu terbalik, kepala di bawah, kaki di atas. Mereka merasa kesepian, merasa kosong. Begitu merasa kesepian, maka seseorang akan mulai merasa kosong. Kita hari ini mengapa begitu sampai di Guan Yin Tang, atau begitu tiba di Dong Fang Tai, kita merasa senang? Jika tidak ada orang, kalian juga tidak akan merasa senang. Kalian merasa senang karena di sini ada begitu banyak orang. Karena setiap orang yang datang membawa sukacita bagimu, karena semua orang yang datang adalah makhluk hidup. Maka nilaimu akan meningkat, kamu adalah Bodhisattva.

Semua makhluk tidak meninggalkan Buddha, sedangkan Buddha tidak meninggalkan semua makhluk. Apabila hari ini saat kamu datang, tidak ada seorang pun, coba lihat, apakah kamu bisa merasa senang? Kamu sudah berusia lanjut begini, apakah merasa senang di sini? Merasa senang, merasa diri sendiri masih berharga. Setiap orang datang berbicara denganmu, semuanya memperlakukanmu dengan baik, kamu masih bisa membantu yang ini, membantu yang itu, di masa tuamu, kamu masih bisa begitu bahagia, siapa yang membawanya untukmu? Bodhisattva yang membawanya untukmu. Mengapa semua orang bisa menghormat dan bersikap anjali kepadamu? Hari ini kamu – Tante Zhou datang, semua orang menghormat kepadamu, apakah kamu memiliki perasaan kalau kamu adalah Bodhisattva? Senang rasanya. Ini berarti kamu sendiri sudah melebur ke tengah semua makhluk, kamu baru bisa menjadi Bodhisattva. Jika hari ini tidak ada begitu banyak orang, bagaimana bisa terlihat kalau kamu adalah Bodhisattva? Selain itu, sekarang kamu berada bersama-sama kita, banyak orang dengan sangat sopan menyebut kamu adalah “Bodhisattva tua”, melihat yang masih kecil, menyebutnya sebagai “Bodhisattva kecil”. Karena semua makhluk hidup, karena semua makhluk membesarkan dan mendidik saya. Mengapa Tuhan Yesus pada saat terakhir mengatakan, saya dipaku di atas salib, semua orang yang berdosa, maka semua dosa mereka akan melimpah ke tubuh saya. Sesungguhnya Dia adalah Bodhisattva. Beliau menanggung dosa semua orang, adalah orang yang menderita demi semua orang, Beliau adalah Bodhisattva. Ada berapa orang di antara kalian yang bersedia melakukannya? Memberikan sedikit barang saja tidak mau, dikritik sedikit saja tidak senang, bagaimana bisa menekuni Dharma dengan baik?

Saat mempraktikkan pembinaan Bodhisattva, kita harus menjaga semua makhluk dengan pikiran yang setara. Tidak peduli siapapun kalian hari ini, asalkan sudah datang ke sini, asalkan datang ke Guan Yin Tang, semuanya harus memiliki kesetaraan pikiran. Kalian semua adalah semua makhluk, kalian adalah orang yang menekuni Dharma, kalian adalah Bodhisattva, ini adalah “kesetaraan pikiran”. Asalkan kamu memperlakukan orang lain dengan kesetaraan pikiran, maka orang lain pasti akan memandangmu sebagai Bodhisattva. Jika menggunakan istilah masa kini, kamu sangat adil, orang-orang pasti akan mendukungmu; jika kamu orangnya tidak adil, maka orang-orang tidak akan mendukung dan melindungimu. Kalian setiap orang harus merenungkannya baik-baik. Seperti saat kalian menyebarkan ajaran Buddha Dharma, kalian juga harus bersikap lebih adil. Dalam melakukan segala hal harus adil, harus bisa mengatasi godaan, dalam hati harus memiliki sebuah timbangan, harus bisa mempertanggungjawabkan diri pada Bodhisattva. Mata kalian melihat Bodhisattva, kalian adalah semua makhluk yang melihat Bodhisattva, apakah kalian melihat dengan tepat? Baru meminta kalian mengerjakan sedikit hal, ketamakan mulai muncul, kebencian mencuat keluar. Hanya satu pekerjaan kecil pun, kalian harus adil. Jangan karena, saya menyukainya, maka saya akan memberikannya pekerjaan lebih banyak. Jangan karena saya benci kepadanya, maka saya tidak membiarkannya bekerja. Kalau begitu kamu tidak akan bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik, ini namanya ada kebocoran, jasa kebajikannya akan sia-sia dilakukan. Kalian adalah murid pengikut, dalam mengerjakan apapun, kalian yang sebagai penanggungjawab harus berhati-hati, jangan main-main. Sudah sibuk sepanjang hari, kalian kira Bodhisattva di Surga tidak mengetahuinya? Ini namanya ada kebocoran pada jasa kebajikannya.

Master memperingatkan kalian, harus bisa membangkitkan jiwa kebijaksanaan semua makhluk. Dengan kata lain, setiap orang memiliki akar kebijaksanaan, kamu harus mengatakan kebaikannya, lebih sering menyemangatinya. Misalnya, dulu Nyonya Zhou memiliki temperamen yang kurang baik, maka kamu harus terus berkata padanya: “Nyonya Zhou, sesungguhnya kamu memiliki hati nurani yang baik, kamu sangat baik hati. Nyonya Zhou, tahukah kamu, dirimu sudah membantu berapa banyak orang. Temperamen kamu buruk karena banyak orang yang tidak memahamimu. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat baik, kita semua sangat menyukaimu. Akan tetapi, jika wajahmu lebih sering tersenyum, temperamen kamu lebih baik, mungkin saja semua orang bersikap lebih baik padamu.” Ini namanya membangkitkan akar kebijaksanaannya. Begitu dia mendengarnya, “Benar ya, saya adalah orang baik. Seumur hidup, saya tidak pernah mencelakakan orang lain”, kamu membangkitkan jiwa kebijaksanaan dan akar kebijaksanaannya. Membantu orang lain harus seperti ini. Ini baru disebut sebagai Bodhisattva.

Setiap orang yang ingin membantu membangkitkan kesadaran spiritual orang lain, harus memiliki perasaan welas asih. Jika kamu ingin membantu orang lain, kamu ingin menolong jiwa spiritualnya, maka kamu sendiri harus berwelas asih. Master akan menambahkan tiga hal lainnya, selain berwelas asih, kalian juga harus memiliki kerelaan untuk berdana, perasaan sukacita, memiliki hati yang mau memberi. “Aduh, saya tidak punya waktu, saya sendiri harus begini begitu, saya tidak rela. Jika ingin memperkenalkan Dharma padanya, selain memberinya buku, saya masih harus membeli tiket kendaraan, juga harus makan siang di luar, padahal saya sendiri bisa makan sendiri di rumah…”, semua ini harus bisa kamu relakan, harus kamu relakan dengan sukacita, memberikannya dengan gembira. Jika setelah memberi, namun masih tidak senang, malah menunjukkan raut wajah yang tidak senang pada orang lain juga tidak boleh. Hari ini memasak untuk semua orang, jika hari ini ada ibunya siapa yang memasak untuk semua orang, setelah sibuk seharian, kemudian mengeluh: “Aduh, saya capek setengah mati, ini demi kalian, demi memasak makanan untuk kalian…”, coba kalian pikir, siapa yang berani makan? Memangnya masih bisa makan? Seharusnya ia memanggil semua orang dengan riang gembira untuk makan, ini namanya memberi dengan sukacita. Kalian harus memahami hubungan antara bersukacita dalam berdana (memberi) ini.

Kalian harus memiliki bodhicitta, membantu semua makhluk, dengan membabarkan prinsip Dharma kepada semua makhluk. Jika kamu terus memberitahukan teori Dharma kepada semua makhluk, maka kamu adalah Bodhisattva di dunia. Apakah Bodhisattva di dunia? Adalah seseorang yang selamanya membabarkan prinsip Ajaran Buddha Dharma kepada orang-orang. Bodhisattva di dunia adalah seseorang yang memiliki welas asih Bodhisattva, akan tetapi Bodhisattva di dunia juga belum bisa memutuskan perasaan cinta dan benci, dan bukan karena dia adalah Bodhisattva di dunia lalu mampu menghilangkan perasaan cinta dan benci, karena raganya di dunia ini, maka dia akan sulit memutuskan perasaan cinta dan benci secara tuntas. Mengapa Bodhisattva bersedia turun ke dunia untuk menyelamatkan orang-orang? Agar nantinya dia bisa menjadi Buddha. Orang-orang mengatakan, seorang mahasiswa mengapa masih terus belajar? Karena dia ingin terus kuliah S2. Lalu mengapa dokter umum masih mau lanjut kuliah spesialis? Karena dia ingin menjadi dokter spesialis. Meningkatkan diri, bukan suatu keserakahan. Bodhisattva ingin menjadi Buddha, itu adalah suatu bentuk kemajuan. Oleh karena itu, banyak orang mengatakan, saya memohon banyak hal, kamu sendiri seharusnya bisa melihat, apakah yang kamu mohon itu permintaan pribadi atau untuk kepentingan banyak orang. Jika kamu mengatakan, saya memohon Bodhisattva membuka kebijaksanaan saya, agar saya bisa membabarkan Dharma kepada orang-orang dengan lebih baik, apakah pemikiran seperti ini tergolong serakah? Jika kamu memohon, Bodhisattva, tolong berkati agar saya naik gaji, menurutmu, apakah ini adalah pemikiran yang tamak?

Pahamilah, jika Bodhisattva di dunia ini memiliki sedikit saja ketamakan dan kebencian, disebut sebagai “Ai Jian Pu Sa” – Bodhisattva dengan kemelekatan perasaan, yakni melihat banyak permasalahan didasari dengan perasaan. Dia memandang banyak permasalahan secara emosional, maka Bodhisattva ini harus membina dirinya dengan lebih baik lagi. Dengan kata lain, dia tidak bisa sepenuhnya melaksanakan misi Bodhisattva menyelamatkan semua makhluk secara setara, oleh karena itu, Bodhisattva seperti ini di Alam Manusia masih akan memiliki kerisauan. Saya sekarang menyebut kalian semua sebagai Bodhisattva, kalian saat membabarkan Dharma kepada semua makhluk masih memiliki kerisauan. Kalian sekarang hanya melihat Master sebagai Bodhisattva, namun kalian tidak melihat diri sendiri, ini berarti tingkat kesadaran spiritual kalian masih sangat rendah. Kalian belum memandang diri sendiri sebagai Bodhisattva, lalu Bodhisattva apa yang kalian sembah? Bodhisattva apa yang kalian teladani? Kalian setiap orang sekarang masih belum memandang diri sendiri sebagai Bodhisattva, makanya kalian masih memiliki perasaan cinta dan benci. Oleh sebab itu, kalian harus membina diri dengan lebih baik, harus menghilangkan perasaan cinta dan benci. Kalian harus membangkitkan kesadaran spiritual orang-orang dengan setara, jika tidak, dalam hati kalian masih akan kesal. Karena kebiasaan kalian di dunia ini dan banyak kekurangan pada diri kalian masih belum “dicuci” dengan bersih. Mengapa? Seorang Bodhisattva (Master mengatakan bahwa kalian adalah Bodhisattva), dari semenjak dilahirkan, sampai berusia 70-80 tahun, coba pikirkan, apakah kamu ternodai di dunia ini? Meskipun sifat dasarmu adalah Bodhisattva, apakah kamu akan ternodai di dunia ini?

Banyak orang yang ketika berbicara dengannya, “Ah, saya adalah Bodhisattva”. Benar, kamu adalah Bodhisattva, tetapi kamu ternodai tidak? Jika belum dibersihkan secara total, maka kamu akan membawa “noda” ini dalam menyelamatkan semua makhluk, dan kamu pun tidak bisa menolong semua makhluk dengan baik. Hari ini kamu memiliki setumpuk ketamakan, kebencian, kebodohan dalam diri sendiri, lalu menurutmu, bagaimana mungkin kamu bisa menyelamatkan orang lain dengan baik? Hari ini kamu memiliki tujuan dalam memperkenalkan Dharma kepadanya, kamu ingin mendapatkan keuntungan darinya, dia bekerja di perusahaan XXX, nantinya dia bisa begini dan begitu terhadap saya. Lalu menurutmu, apakah orang seperti ini bisa menolong kesadaran spiritual orang-orang dengan baik? Ini namanya tidak memiliki kesetaraan pikiran Buddha dan Bodhisattva. Coba lihat, hari ini Master menerima begitu banyak pengikut dan murid, saat menerima kalian semua, apa yang dikatakan orang lain? Orang-orang mengatakan, murid-murid yang Master terima ini adalah orang-orang tua, lemah, penyakitan, dan cacat, mengapa mau diterima? Karena kesetaraan, yang tua tetap diterima, yang lemah juga diterima, yang sakit pun diterima, yang cacat juga diterima, itu baru namanya Bodhisattva. Orang-orang tersebut mengkritik Master, lebih membuktikan kalau Master sedang menjalankan misi Bodhisattva. Orang-orang yang tua, lemah, sakit, dan cacat, memangnya seperti Tante Zhou, lalu kita tidak menolongnya? Yang seperti Xiao Huang, tidak kita selamatkan? Oleh karena itu, dalam menyelamatkan semua makhluk, jika kita tidak membawa halangan kerisauan (yakni, tidak memiliki kerisauan), maka kita menolong orang lain sampai mencapai suatu tahap tertentu, kamu tidak akan memiliki perasaan sedang menolong semua makhluk, maka kamu bisa mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, seseorang yang menekuni Dharma dan meneladani Bodhisattva, jangan didasari dengan kesukaan pribadi, jangan menyelamatkan orang-orang didasari dengan nidana – jodoh diri sendiri.