23. Harus Bisa Menenangkan Pikiran, Melihat Kebenaran Dari Pemikiran
Membina pikiran adalah membenarkan perilaku diri sendiri, yakni membenarkan perilaku psikologis diri sendiri dan perilaku tindak-tanduk yang kamu lakukan. Akan tetapi, perilaku di sini yang terpenting adalah perilaku psikologis, karena segala perilaku ucapan dan perilaku tubuh semuanya terlahir dari perilaku psikologis. Perilaku psikologis bisa mengendalikan perilaku ucapanmu dan perilaku tubuhmu. Apabila otakmu tidak memikirkan hal-hal yang cabul, maka kamu tidak akan bersikap tidak senonoh; jika otakmu tidak memikirkan lelucon-lelucon porno yang rendah itu, maka kamu tidak akan mengatakan candaan yang tidak senonoh. Master peringatkan kalian: semua murid saya sama sekali tidak boleh mengatakan lelucon porno, memikirkannya pun tidak boleh! Terkadang orang lain mengatakan suatu kata atau perkataan yang memiliki bunyi intonasi yang sama, jika kamu segera terpikir akan hal-hal yang porno tersebut, maka sesungguhnya kamu sudah melakukan pelanggaran, kamu sudah melanggar sila. Karena satu perkataan orang lain membuatmu terbayangkan hal-hal yang kotor, maka sesungguhnya jiwamu kotor, kamu sudah melakukan dosa. Oleh karena itu, para praktisi Buddhis di grup muda-mudi, saya juga memperingatkan mereka: jika orang lain salah bicara, lalu kamu memikirkannya dalam-dalam, memikirkannya menjadi hal-hal yang kotor, maka sesungguhnya kamu telah melanggar sila. Saya beritahu kalian, bahkan tertawa pun tidak boleh, memikirkannya pun tidak boleh, ini baru namanya bersih. Membina perilaku adalah memperbaiki kebiasaan buruk diri sendiri. Ada berapa banyak kebiasaan buruk pada diri kita, apakah kita mau membenarkannya? Apa yang disebut sebagai kebiasaan buruk? Misalnya hanya mau makan tetapi malas bekerja. Kalian anak-anak perempuan ini, siapa yang tidak hanya mau makan tetapi malas bekerja? Satu-satu pada malas sekali, terlebih lagi anak perempuan seharusnya lebih bersih, makan di Guan Yin Tang harus berlomba-lomba mencuci piring, rajin menyapu, harus membuat tempat ini menjadi bersih sebersih-bersihnya. Siapa yang menjadi tante pembantu kalian? Siapa yang menjadi budak kalian? Seorang anak perempuan, “malas – rakus – tamak – berubah”, ini sudah pasti adalah sebuah pola yang biasa. Pertama-tama adalah sangat malas; yang kedua, mulut sangat rakus – suka makan, apapun ingin dimakan; yang ketiga, mulai tamak, semuanya diinginkan; terakhir anak perempuan ini pasti akan berubah. Siapa yang mau? Siapa yang mau memperistrikan perempuan seperti ini? Maka, harus memahami bahwa, kebiasaan buruk kalian harus diperbaiki.
Membina diri harus menjalankan sila, bisa bersabar – menahan hinaan. Apakah yang dimaksud dengan menjalankan sila? Yaitu berpegang teguh untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Apa yang dimaksud dengan bersabar? Yaitu, jika orang lain memarahi saya, maka saya tidak balas memarahinya. Sekarang kalian pemuda-pemudi ini ada berapa orang yang mampu melakukannya? Apalagi walaupun yang dikatakan orang lain benar, malah masih tidak mau dengar, masih mencari-cari ribuan bahkan belasan ribu alasan. Tahukah kalian? Semakin kalian menjelaskan, orang-orang di sekitar kalian akan semakin memandang rendah kalian. Seseorang yang benar-benar memiliki pembinaan diri yang baik, saat orang lain mengkritiknya, dia tidak akan menjawab. Misalnya ketika ada dua orang yang sedang bertengkar karena suatu masalah tertentu, salah satunya terus-menerus menjelaskan tanpa henti. Menurut kalian, memangnya penjelasan seperti apa yang diperlukan? Sesungguhnya, kedua orang ini semuanya salah. Karena di dunia ini, kamu tidak bisa melihat siapa yang benar dan siapa yang salah, sebenarnya kedua orang ini sama saja tidak jauh berbeda. Orang yang tidak bertengkar selamanya akan menang, sedangkan orang yang bertengkar selamanya akan gagal. Oleh karena itu, anak-anak di grup muda-mudi ini, kalian harus membina diri baik-baik. Saya beritahu kalian, kalian benar-benar kalah jika dibandingkan dengan wanita-wanita satu generasi lebih tua daripada kalian. Orang-orang yang satu generasi lebih tua, setiap orang di rumah sangat rajin, sedangkan anak muda sekarang ada berapa orang yang bersedia melakukan pekerjaan rumah di rumah? Selimut pun malas dilempit, pantas atau tidak itu?
Harus tekun memajukan diri, harus belajar untuk berdana. Apakah yang dimaksud dengan berdana? Yakni terus-menerus memberikan barang kepada orang lain, punya barang apa, maka berikan barang apa. Hari ini kamu masih bisa memberi keluar, berarti kamu adalah orang yang kaya. Hari ini sekaya apapun dirimu, namun kamu tidak mau memberi kepada orang lain, maka kamu adalah orang yang miskin. Hari ini kamu bersedia mendanakan apapun, maka kamu selamanya adalah orang kaya. Inilah logikanya. Seseorang yang hanya bisa mengambil namun tidak mau memberi, dia selamanya adalah orang miskin. Barang apapun tidak mau diberikan, barang apapun semuanya mau dibawa pulang ke rumah, apel di Guan Yin Tang juga memilih yang bagus untuk dibawa pulang ke rumah, mengapa tidak berpikir untuk membiarkan orang lain memakan apel yang baik? Dulu apel-apel persembahan yang diturunkan di Guan Yin Tang, yang bagus semuanya habis diambil, sedangkan apel-apel yang sudah “berumur” semuanya ditinggalkan di sana. Mengapa tidak berpikir untuk membiarkan orang lain bisa makan yang lebih baik, dan dirimu makan yang kurang baik? Coba kalian renungkan baik-baik, apakah kalian pantas menjadi pengikut Master? Apakah pantas menjadi murid Master? Coba kalian lihat Master, teh yang begitu bagusnya, Master tidak rela untuk meminumnya, teh Gao Shan, teh Long Jing, dan lain-lain, bungkus besar kecil semuanya saya berikan untuk orang lain. Orang lain akan berterima kasih kepadamu. Tunggu saat kamu punya masalah dan memerlukan bantuan orang lain, maka orang lain akan bersedia membantumu dengan antusias. Sesungguhnya saat saya memberinya, saya tidak pernah mengharapkan balasan apapun. Misalnya hari ini kalau kamu tidak membina diri baik-baik, kali ini lembaga lingkungan akan mendendamu sebesar satu juta dolar, bagaimana cara Master membantumu? Bukankah semuanya kembali lagi dari keseharian kamu? Jika kamu meminta bantuan orang lain di saat terdesak, siapa yang akan peduli padamu? Maka kalian harus belajar baik-baik.
Harus bisa berdana, harus memiliki kebijaksanaan, harus bisa menenangkan pikiran. Apakah yang dimaksud dengan “menenangkan pikiran”? Yakni harus bisa menghentikan pikiranmu, jangan berpikir sembarangan, hilangkan semua khayalan-khayalan palsu. Menenangkan pikiran adalah menghentikan semua pikiranmu. Jika hari ini pikiranmu tidak bisa berhenti, maka matamu akan melirik ke kanan-kiri; jika pikiranmu bisa ditenangkan, maka matamu bisa menatap orang lain secara lurus. Saat kalian sedang membual, atau memikirkan akal jahat, kalian kira Master tidak bisa melihatnya, itu kalian hanya membohongi diri sendiri, kalian hanya bisa saling membohongi di antara diri kalian sendiri. Pandangan mata seseorang berubah-ubah dengan cepat, Master tanpa menerawang totem pun bisa melihatnya. Ketika seseorang memiliki kebencian di hatinya, maka cahaya yang keluar dari matanya tidak akan sama. Tahukah kalian? Mata memiliki 48 jenis cahaya. Jangan mengira bisa membohongi orang lain, memangnya bisa membohonginya? Pada akhirnya yang dibohongi adalah diri kalian sendiri. Seseorang yang menganggap orang lain bodoh, maka dirinya sendiri selamanya adalah orang yang paling bodoh. Harus bisa bersabar, orang-orang yang tidak bisa bersabar, tidak bisa membantu orang lain dari belakang, berarti kalian bukanlah Bodhisattva. Coba pikirkan baik-baik, kalian masih jauh sekali. Yang kalian teladani setiap hari sepertinya adalah Bodhisattva, namun apa saja yang kalian lakukan? Apakah niat kalian juga sama seperti Bodhisattva?
Kita harus bisa menjaga pikiran kita sendiri. Harus menenangkan pikiran terlebih dahulu, ini dinamakan menetapkan pikiran. Jika pikiranmu tidak bisa ditenangkan atau dikonsentrasikan, berarti kamu tidak bisa menetapkan pikiran. Dengan kata lain, pikiranmu akan terus-menerus memikirkan berbagai macam hal, pikiranmu tidak bisa ditetapkan. Menjalankan sila, menjaga kebijaksanaan, membersihkan pikiran, dan mengurangi keinginan. Apakah maksud dari membersihkan pikiran? Artinya kita harus memiliki pikiran yang bersih. Apa maksud dari mengurangi keinginan? Mengurangi berarti sedikit. Apa itu keinginan? Nafsu keinginan. Dengan kata lain berusaha membuat nafsu keinginan sendiri menjadi semakin sedikit. Coba para hadirin yang duduk di sini, saya beri kalian waktu setengah menit, sekarang masih ada berapa hal di dalam pikiranmu? Masih ada berapa banyak nafsu keinginan yang kalian miliki? Contohnya, alangkah baiknya jika putra saya bisa masuk ke sana, alangkah baiknya jika saya punya baju baru, alangkah baiknya jika saya bisa menjual rumah ini, alangkah baiknya jika suami saya bisa begini, alangkah baiknya jika putri saya mau menurut, alangkah baiknya jika tubuh saya tidak bermasalah, dan lain-lain, semua ini termasuk nafsu keinginan. Sekarang jika kalian berpikir dalam waktu setengah menit ini, setidaknya kalian memiliki lebih dari lima macam pemikiran. Nafsu keinginan kalian terlalu banyak! Oleh karena itu, harus mengurangi keinginan. Apa yang dinamakan mengurangi keinginan? Berarti memiliki nafsu keinginan yang lebih sedikit, atau tidak memiliki nafsu keinginan. Moto Master adalah “Tanpa keinginan, pikiran kita akan setenang air.” Master akan memberitahu kalian kesimpulan yang Master rasakan: Ketika seseorang memiliki nafsu keinginan, atau memiliki suatu ide tertentu, atau ketika dirinya merasa tidak senang, maka ia harus segera teringat perkataan ini, maka dia tidak akan memiliki keinginan apapun lagi. Karena ketika terpikir, “Tanpa keinginan, pikiran kita akan setenang air”, pikiran kita bagaikan air yang tenang, nafsu keinginan apalagi yang masih ada? Jangan memiliki nafsu keinginan, maka kamu tidak akan memiliki apapun. Bukankah kerisauanmu berasal dari nafsu keinginan? Jika nafsu keinginanmu sudah hilang, maka dari mana lagi datangnya kerisauan? Oleh karena itu, ketika pikiran kita terpusat, maka kita akan memiliki kesadaran yang jernih. Ketika pikiran sudah tenang dan terpusat, maka dia akan sepenuhnya sadar (berpikiran jernih). Apabila pikiran seseorang tidak bisa tenang, maka raut wajahnya akan menjadi aneh. Coba saja kalian lihat, orang lain mengatakan: “Aduh, sibuk kanan kiri, aduh, begini begitu …” Kamu akan melihat wajahnya menjadi aneh. Jika seseorang memiliki rupa yang anggun berwibawa, maka dia pasti memiliki pikiran yang tenang. “Oh, begitukah? Oh, tidak apa-apa”, dia sangat tenang dan stabil. Wajahnya juga sangat bersih dan cerah, pikirannya sangat jernih. Oleh karena itu, ingatlah: ketika seseorang memiliki pandangan yang benar, maka dia baru bisa memiliki dunia ini. Misalnya, saya bisa memahami hal ini dengan benar, saya mengetahui pandangan yang benar ini, maka saya baru bisa mendapatkan dan memilikinya. Jika memang hal ini bukan seharusnya kamu yang mendapatkannya, kemudian kamu menggunakan pandangan sesat untuk memikirkannya, maka pada akhirnya kamu tidak akan mendapatkannya. Oleh karena itu, dengan memiliki pandangan yang benar, seseorang baru bisa mendapatkan dan memiliki.
Kita harus bisa mengendalikan pikiran yang tercerai-berai, harus bisa mengontrol tekad awal yang melonggar. Apakah yang dinamakan melonggar? Dengan kata lain terlena, sangat santai dan bebas. Mengapa kita harus mengontrol tekad awal yang melonggar? Karena setiap orang memiliki sifat malas, setiap orang berharap bisa tidur lebih lama sedikit, benar tidak? Contohnya, kemarin malam kamu tidur jam 3 pagi, kemudian tidur sampai jam 11 siang di hari kedua, seharusnya tidur 8 jam sudah cukup. Maksud Master di sini adalah, karena kamu memiliki pemikiran, “Aduh, malam hari sudah sangat lelah, pagi harinya saya harus tidur lebih lama”, ini adalah kelonggaranmu, ingin membuat dirimu merasa lebih nyaman, ingin membuat dirimu lebih sedikit menderita. Tahukah kamu? Ini juga tidak baik. Apakah yang disebut dengan menekuni Dharma? Apakah yang dinamakan pembinaan keras? Jika kalian tinggal di dalam kuil, akan ada bunyi lonceng di pagi dan sore hari. Di pagi hari bangun bersama-sama mulai bekerja sampai malam hari, melafalkan paritta, membina pikiran, menyapu lantai, memotong kayu, menimba air, dan lain-lain, dan ini biasanya dilakukan dengan sangat disiplin. Apakah kalian bisa melakukannya? Tidak bisa. Kalian begitu menyentuh selimut langsung tidak mau bangun, makanan yang begitu menyentuh mulut tidak bisa berhenti, begitu melihat hal-hal yang bagus mata kalian langsung tidak bisa berhenti. Coba saja kalian lihat, orang yang matanya melirik ke sana kemari pasti ingin mengambil barang milik orang lain. Mata seorang praktisi Buddhis tidak boleh melirik, tidak boleh memiliki pemikiran buruk, tidak boleh melakukan tindakan yang jahat. Apakah kalian bisa melakukannya? Misalnya hari ini ada seseorang yang berdandan sedikit lebih cantik, jika yang masuk adalah wanita, maka para pria segera melihatnya; jika yang masuk adalah pria, maka para wanita segera melihatnya. Itu tidak akan bisa membina diri dengan baik. Selain itu, para wanita tidak boleh tertawa sebelum berbicara, dengan kata lain tertawa atau tersenyum lebih dahulu sebelum mulai berbicara. Yang saya maksud di sini adalah dengan orang yang tidak dikenal. Wanita yang tersenyum lebih dulu sebelum berbicara termasuk melakukan pelanggaran asusila. Apakah kalian pernah mendengarnya? Jika bertemu dengan pria yang tidak dikenal, kemudian kamu tertawa “hehe…”, baru berbicara, ini yang disebut dengan tertawa sebelum berbicara. Oleh karena itu, kita harus mengendalikan semua kebiasaan buruk yang menumpuk dari berkali-kali reinkarnasi ini. Karena ada sebagian sifat dan kebiasaan orang-orang yang datang dari kehidupan ini, sedangkan ada pula sifat dan kebiasaan orang yang dibawa dari kehidupan sebelumnya. Contohnya, seorang anak kecil yang begitu dilahirkan memiliki tabiat yang sangat pemarah, begitu tidak sesuai dengan keinginannya, tidak bisa minum susu, segera menangis “Huwe.. huwee” tanpa berhenti; ada juga anak-anak kecil yang ketika tidak bisa mendapatkan benda yang diinginkannya segera menendang kursi dan membanting-banting barang, menangis sambil menjerit-jerit, berbaring di lantai, benar-benar bertabiat buruk sekali, inilah hal-hal yang terkumpul dari berkali-kali reinkarnasinya, maka harus diperbaiki. Menekuni dan mempraktikkan Dharma serta membina pikiran, bertujuan untuk mengubah kebiasaan buruk yang sebelumnya kamu miliki.
Master tadi baru saja mengatakan tentang “pramāda” – ketidakpedulian atau keteledoran. Yakni jangan merasa, saya sangat lelah jadi saya tidak bisa bangun, ini namanya keteledoran. Misalnya, malam hari terlalu dingin, sudah jelas ingin buang air kecil, namun dia tidak mau bangun, ya sudah, akhirnya menderita penyakit uremia; jelas-jelas sudah tiba waktunya pergi kerja, seharusnya bangun dari tidur, “Aduh, tidak ingin bangun, tidur sebentar lagi”, ya sudah, ini namanya keteledoran. Sudah saatnya melafalkan paritta, “Aduh, nanti sajalah baru mulai baca paritta”, sudah teledor. Master saat melakukan acara penerawangan totem, dua jam lamanya, saya lelah atau tidak? Terkadang saya merasa lelah sekali, maka saya sendiri mencubit diri saya, memukul diri sendiri, mencubit leher saya. Tahukah kalian? Malam tidur terlalu larut, terlalu lelah, akan tetapi saat melakukan siaran, saya tidak boleh tidur, selama dua jam ini, saya tidak boleh tidur. Hanya dengan bertahan menghadapi kesulitan, kita baru bisa mencapai Kebuddhaan. Bodhisattva siapa yang melonggarkan kedisiplinannya sendiri lalu bisa mencapai Kebuddhaan? Jangan berpikir, harus bisa menenangkan pikiran ke satu tempat, terhadap masalah apapun, jangan terlalu banyak dipikirkan. Apa maksud dari menenangkan pikiran ke satu tempat? Yakni kita harus bisa menempatkan pikiran kita di satu tempat, orang yang menekuni Dharma dan ingin menjadi orang baik harus bisa menenangkan pikiran ke satu tempat.
Harus bisa melihat kebenaran dari pemikiran. Kalimat ini sangat penting. Apa yang dimaksud dengan melihat kebenaran dari pemikiran? Yakni begitu satu pemikiran muncul pada dirimu, maka itu belum tentu adalah hal baik. Misalnya, saya ingin membunuh orang, orang ini sangat jahat sekali, saya benci sekali padanya, saya ingin balas dendam padanya … ini berarti pemikiran yang muncul. Lalu bagaimana cara melihat kebenaran dari pemikiran ini? Melihat kebenaran dengan kata lain, adalah “Aduh, dia sekarang menjahati saya, jika saya menulis surat melaporkannya, kalau dia tahu malah akan mencelakakan saya. Menjadi balas dendam yang tidak ada habisnya.” Kamu sudah bisa melihat kebenaran dari hal ini, sudah bisa melihat kebenaran dari pemikiran ini, maka kamu tidak akan melakukannya. Harus bisa melihat kebenaran dari pemikiran. Hari ini pemikiran ini muncul, tidak tahu baik atau buruk, maka lebih baik terlebih dahulu melihat kebenarannya. Misalnya, ada satu pemikiran muncul: “Tubuh saya ini sakit sekali, lebih baik saya mati saja.” Kalau dipikirkan sekali lagi, “Saya tidak boleh begitu egois, saya belajar Pintu Dharma Guan Shi Yin Pu Sa, maka Guan Shi Yin Pu Sa pasti akan menolong saya, jadi saya harus belajar baik-baik.” Sudah melihat kebenarannya bukan? Maka selanjutnya kamu tidak akan mati, tidak akan tertimpa kesulitan, tidak akan tertimpa musibah. Misalnya, hari ini dia baik sekali terhadap saya, lalu tiba-tiba bersikap buruk terhadap saya. Kalau saya melihat kebenaran dari pemikiran sendiri: “Aih, pada dasarnya adalah sebuah jodoh, jika ada ya sudah, kalau tidak ada ya sudah.” Untuk apa bersedih? Apa kerugianmu? Orang itu berteman denganmu ya rasanya cukup senang, kalau dia tidak mau lagi berteman denganmu, maka kamu pun mendapatkan ketenangan. Dengan begitu, bukankah pikiranmu akan terbuka?
Bisa melihat kebenarannya baru bisa melepaskan. Mampu melihat kebenaran dari pemikiran baru bisa melepas, ini namanya hasil pembinaan setelah tersadarkan. Yakni setelah kesadaranmu terbuka, setelah kamu paham, kamu baru bisa memperoleh hasil pembinaan yang sesungguhnya, kamu baru bisa mendapatkan perilaku dari hasil pembinaan yang sesungguhnya. Karena kamu sudah mengerti, ini baru pembinaan yang sesungguhnya; kalau kamu masih belum memahaminya, itu namanya pembinaan palsu, tidak akan memperoleh perilaku sejati. Seperti kita dulu di tempat kerja, pimpinan memintanya melakukan suatu hal, tetapi dia tidak bersedia melakukannya. Saat melakukannya, dia masih belum tersadarkan, dalam hatinya masih belum paham. Maka dia sambil melakukannya sambil bersedih, sembari bekerja, sembari tidak mau bekerja baik-baik, maka dengan cepat akan diketahui oleh pimpinan, maka selanjutnya akan mendapatkan sanksi, kamu sendiri yang dirugikan. Jika pimpinan ini berbicara dengan sangat jelas kepadamu, “Hal ini hanya sementara, kamu kerjakan dulu, kemudian nantinya kita akan ada pengaturan lain”. Kamu tetap saja bisa melakukannya dengan baik. Ini namanya setelah tersadarkan. Yakni setelah tersadarkan, kamu baru bisa mendapatkan perilaku baik yang sesungguhnya.
Kita harus memiliki kesadaran spiritual yang tersadarkan. Karena kamu sudah memahaminya, maka kamu akan memiliki tingkat kesadaran spiritual ini. Misalnya kamu – Tuan Hong, jika kamu tidak membina pikiran, maka setiap hari di rumah juga hanya akan merawat cucu, menonton televisi, waktu juga akan berlalu dengan begitu saja. Akan tetapi, kalau menekuni Dharma dan melafalkan paritta, akan menjadi tidak sama, kamu memiliki begitu banyak teman. Hari ini tidak peduli ke mana pun kamu pergi, orang-orang tahu kalau kamu adalah general manajer dari perbelanjaan Dong Fang, di mana pun, orang-orang akan menyapamu, kamu pergi ke konferensi pers pun, orang-orang akan bersikap baik terhadapmu. Memiliki lingkungan hidup seperti ini, kamu harus memiliki rasa syukur. Karena kalian beragama Buddha, maka kalian akan dihormati orang lain. Kalian adalah murid Buddha, kalian sedang menyelamatkan semua makhluk, makanya orang lain baru menghormati kalian. Kalau tidak, orang lain mana mungkin memedulikanmu? Oleh karena itu, harus diingat: harus memiliki kesadaran spiritual yang tersadarkan. Apa yang dimaksud dengan kesadaran spiritual yang tersadarkan? Yakni kesadaran spiritual yang sudah sadar dan terealisasi. Master membahas hal-hal ini dengan kalian, kalian sendiri harus memahaminya, maka kalian akan membina diri menjadi semakin baik. Jika kalian tidak memahaminya, masih mengira diri sendiri dirugikan, masih mengira diri sendiri begini begitu. Maka saya beritahumu, ini berarti kamu tidak memiliki kesadaran spiritual yang tersadarkan, berarti kamu tidak membina diri dengan baik.