11. Kesepadanan Jodoh Kebuddhaan, Menyatu dengan Jalan Kebuddhaan 相应佛缘合佛道

11. Kesepadanan Jodoh Kebuddhaan, Menyatu dengan Jalan Kebuddhaan

Jangan merisaukan kesalahan duniawi. Seorang praktisi sejati, tidak akan melihat kesalahan duniawi. Membina pikiran sama dengan memperbaiki kesalahan diri sendiri. Apakah yang disebut dengan membina pikiran? Membina pikiran adalah memperbaiki kesalahan diri sendiri. Saya membina pikiran hari ini, karena dulu saya telah melakukan banyak kesalahan, maka saya ingin memperbaiki masa lalu, kesalahan, perbuatan salah saya sendiri. Kalau tidak, pikiran apa yang dibina? Membina perilaku, adalah saya ingin memperbaiki perilaku diri sendiri, perilaku saya sendiri sangat buruk, saya harus bisa memperbaikinya; dulu saya jadi orang sangat tidak bermoral, meludah sembarangan menyebarkan bakteri kepada orang-orang, saya sekarang harus memperbaiki perilaku ini; dulu saya selalu memikirkan keburukan orang lain, atau perilaku buruk orang lain terhadap diri saya, saya merasa yang saya lakukan ini tidak benar, sesungguhnya ini pun membuktikan bahwa saya telah salah, saya harus bisa memperbaiki konsep pemahaman ini, memperbaiki kesalahan diri sendiri. Seorang praktisi Buddhis seharusnya begini, harus memahami pentingnya mengoreksi diri sendiri, harus bisa memiliki toleransi terhadap orang lain. Kita jadi orang harus memiliki kelapangan hati untuk menoleransi orang lain, jika seorang pembina pikiran tidak memiliki kelapangan hati untuk menoleransi orang lain, lalu bagaimana mungkin ia bisa membina pikirannya dengan baik? Oleh karena itu, kita harus bisa menyerap segala hal-hal positif dan menjadikannya “modal pangan” bagi diri sendiri, kita pun harus bisa mewaspadai hal-hal yang negatif dan menghilangkannya. Hal-hal yang setiap hari dilakukan oleh seorang praktisi Buddhis haruslah perbuatan yang baik. Karena ada berkat dari Guan Shi Yin Pu Sa, maka tidak akan salah dan tidak akan tertimpa bencana, jadi bisa hidup dengan bahagia. Menjalani setiap hari dengan gembira, berhati lapang dan bertubuh sehat, manusia melebur ke dalam jalan pembinaannya menjadi satu Buddha. Dengan kata lain, orang-orang di Alam Manusia dan jalan Kebuddhaan yang dipelajarinya sudah melebur menjadi satu kesatuan, maka disebut sebagai manusia dan jalan pembinaannya melebur menjadi satu, berarti kamu ini sesungguhnya di dunia ini sudah menyatu dengan jalan Kebuddhaan. Menyatu dengan jalan Kebuddhaan, apa maksudnya? Berarti sudah menyatu dan sejalan dengan Buddha dan Bodhisattva. Kita hari ini bisa menyatu dengan jalan Kebuddhaan dalam satu hari, berarti kita sudah menjadi Buddha selama satu hari; jika kita menyatu dengan jalan Kebuddhaan selama dua hari, berarti kita sudah menjadi Buddha selama dua hari. Akan tetapi, kita harus ingat satu hal yang paling penting, karena setelah dirimu menyatu dengan jalan Kebuddhaan, jika kamu satu hari menyatu dengan jalan Kebuddhaan, berarti selama satu hari ini kamu berjalan di satu jalan dengan Buddha dan Bodhisattva, sepenuhnya sama seperti Buddha dan Bodhisattva, maka kamu sudah meninggalkan enam alam selama satu hari. Akan tetapi kalian setiap hari mungkin masih hidup di dalam enam alam, karena ketika kamu marah, atau saat kamu bersedih, atau sewaktu kamu sakit, sesungguhnya itu bagai berada di Alam Akhirat; saat kamu bahagia, kamu bagai berada di Surga. Jika kamu benar-benar sudah menyatu ke dalam jalan Buddha dan Bodhisattva, berarti di Alam Manusia ini, kamu sudah terbebaskan dari tumimbal lahir enam alam; karena jalan Buddha jauh dari enam alam, sudah terbebaskan dari tumimbal lahir enam alam.     

Master pernah memperkenalkan tentang “prinsip kesepadanan” secara sederhana kepada kalian. Dalam melakukan apapun, semuanya memiliki hubungan relatif dan sepadan, sedangkan hubungan yang relatif dan sepadan ini saling melengkapi satu sama lain. Apa yang dimaksud dengan saling melengkapi? Bagaimana pikiran saya dan pikiran Bodhisattva bisa saling melengkapi? Karena prinsip kesepadanan di Alam Manusia ini bisa menghilangkan halangan karma buruk. Sesungguhnya di dunia ini, saya sedang memperbaiki kekurangan diri sendiri, saya sedang menghilangkan dosa karma buruk diri sendiri, ini adalah prinsip kesepadanan. Kalian harus mengubah kekurangan pada diri sendiri, harus mengikis dosa karma buruk. Karena di dunia ini, jika ada dosa karma buruk dan arwah asing, maka kita harus bisa menguraikannya, harus bisa menghilangkannya, ini adalah hubungan kesepadanan – penyesuaian. Misalnya, ada satu tumor di tubuhmu, dokter mengatakan kalau ini tidak baik, nantinya bisa berubah menjadi ganas. Lalu apa prinsip kesepadanan di sini? Saya memotongnya, setelah dihilangkan tumornya, maka secara otomatis penyesuaian yang terjadi adalah tubuh saya akan menjadi baik, saya bisa menyesuaikan diri dan bertahan hidup di dalam masyarakat ini, saya tidak membiarkan tumor ini berubah menjadi suatu penyakit kronis. Prinsip kesepadanan adalah memperbaiki kekurangan pada diri sendiri, menghilangkannya.

Selain itu, bermimpi sesungguhnya juga merupakan prinsip kesepadanan. Karena hal yang tidak bisa kamu lakukan di siang hari, maka kamu memimpikannya di malam hari. Ada orang yang di pagi harinya sangat ingin melakukan suatu hal, namun tidak berhasil, akan tetapi itu terwujud dalam mimpinya, ini juga merupakan prinsip kesepadanan. Masih ada satu lagi, prinsip kesepadanan dalam perasaan kita. Yakni hal ini sudah jelas saya tidak bisa melakukannya, akan tetapi saya merasa bisa melakukannya, ini juga merupakan suatu prinsip kesepadanan. Yang bisa menyesuaikannya, lalu kembali mengubahnya, itu adalah prinsip kesepadanan. Begitu juga dengan bermimpi, sudah jelas saya tidak bisa melakukan hal ini, namun setelah bermimpi, pelan-pelan saya bisa mencocokkan dan menyesuaikannya, meskipun hanya bisa menyelesaikannya dalam mimpi, namun sesungguhnya ini juga merupakan Prinsip kesepadanan. Selain itu, dalam aspek perasaan, sudah jelas orang ini selama ini terus bersikap buruk terhadap saya, maka saya menggunakan prinsip kesepadanan untuk mengubah diri sendiri. Kamu bisa berpikir dalam hati: “Orang ini tidak akan bersikap buruk terhadap saya, mungkin saja saya yang bersikap buruk padanya, muka saya kaku dan tidak bersahabat, dalam perasaan, mengapa dia bisa baik terhadap saya?” Karena apa yang kamu pikirkan di pikiranmu, maka wajahmu akan menunjukkannya dan membuat orang lain bisa merasakannya. Sebenarnya, orang lain tidak memiliki kritikan terhadapmu, namun karena kamu tidak memahami prinsip kesepadanan, misalnya begitu muncul suatu perasaan di pikiranmu, maka kamu merasa orang ini mungkin akan tidak suka pada saya, lalu wajahmu saat melihatnya segera menjadi tidak sama. Sesungguhnya, karena kamu menunjukkan wajah yang buruk terhadap orang lain, maka selanjutnya orang lain pun menunjukkan wajah yang masam terhadapmu, ini saling berhubungan dan sepadan. Jika kamu tersenyum kepadanya, lalu dia melihat kamu tersenyum, tidak lama kemudian, dia pun akan tersenyum padamu.

Prinsip kesepadanan disebut juga sebagai relativitas. Jika kamu memiliki prinsip kesepadanan Buddha, dengan kata lain kamu membuat tubuh dan pikiranmu sepenuhnya sama seperti Buddha dan Bodhisattva, kemudian kamu kembali merasakan segala hal di dunia ini, maka yang kamu terima adalah respon spiritual Buddha. Dengan kata lain, kamu sedang menggunakan pikiran Buddha untuk merasakan semua orang, maka respon yang kamu terima adalah pikiran Buddha. Karena kamu sudah mendanakan hati Buddha, maka yang kamu terima pasti adalah hati Buddha. Pahamilah, saat kita menggunakan prinsip kesepadanan, maka pemikiranmu adalah perasaan Buddha. Karena pada saat itu, kamu menggunakan pemikiran Buddha untuk memikirkan semua masalah, maka yang keluar pasti pemikiran yang memikirkan orang lain, pemikiranmu pasti adalah pemikiran Buddha, gerak-gerik tindakanmu adalah sikap Buddha. Karena di dalam pikiranmu, di dalam pemikiranmu, di dalam konsep pemahamanmu semuanya adalah menekuni Dharma, yang semuanya adalah bagaimana cara menyelamatkan kesadaran spiritual orang-orang, maka tindakan yang kamu lakukan juga adalah melayani orang lain, membantu orang lain, menghibur orang lain, perilaku yang kamu lakukan pastinya sangat mulia, yang juga merupakan perilaku Buddha, ini yang disebut dengan kesepadanan. Jika dalam mimpimu ingin mendapatkan kesepadanan, maka kamu bisa mengendalikan mimpi. Misalnya di dalam mimpi, kamu bisa terpikir: Saya harus segera melafalkan paritta, ada arwah asing yang datang. Pada saat ini, jika kamu segera teringat akan Bodhisattva, maka kamu bisa segera terbangun, arwah asing juga akan meninggalkanmu. Kalian semua pernah bermimpi seperti ini, jika bisa mengendalikan mimpimu sendiri di dalam mimpi, sesungguhnya ini disebut sebagai prinsip kesepadanan. Dalam melakukan segala hal, kita harus memiliki respon spiritual, harus bisa menyesuaikan medan aura, kita harus memahami apakah medan aura ini baik atau tidak, rasanya baik atau tidak, sesungguhnya ini adalah suatu respon. Master mengawalinya dari “sepadan”, karena ingin pelan-pelan menguraikannya kepada kalian. Jika seseorang memiliki peruntungan yang baik, maka dia tidak akan kelelahan, ini juga merupakan suatu prinsip kesepadanan. Karena saat terjadi hal-hal yang baik, suasana hatinya akan menjadi ceria, senang, dan bersemangat, maka dia tidak akan merasa lelah, ini juga merupakan prinsip kesepadanan.

Satu poin yang sangat penting, adalah bagaimana kita bisa menguasai prinsip kesepadanan ini dengan baik. Semua orang mengatakan bahwa kita sangat menyukai prinsip kesepadanan ini, mengapa? Saat saya bisa menggunakan hati Buddha untuk menyinari orang-orang, maka mereka juga akan segera menggunakan hati Buddha untuk membalas saya. Wah, ini benar-benar prinsip yang bagus sekali. Jika saya berhati baik, pasti akan mendapatkan balasan baik. Namun jika tidak terdapat kesepadanan, maka kebaikan hatimu mungkin akan dibalas dengan kejahatan oleh orang lain, yang membuatmu menjadi tidak senang. Tetapi tahukah kalian, bagaimana cara mempertahankan prinsip kesepadanan ini? Satu hal yang sangat penting adalah kekuatan berkat, jika tidak memiliki kekuatan berkat (diberkati), maka kalian tidak akan bisa mendapatkan kesepadanan ini. Contohnya, saya ingin bersikap baik kepada orang lain, tetapi jika dirimu sendiri tidak memiliki niat yang teguh dan berkat dari Boddhisattva, maka berapa hari kalian bisa bertahan untuk bersikap baik terhadap orang itu? Walaupun hari ini saya sudah membahas hal ini, dan ada banyak orang di antara kalian yang tadinya tidak tertawa, sekarang bisa tersenyum, akan tetapi setelah kalian keluar dari sini, berapa lama senyuman ini bisa bertahan? Coba beri tahu saya, apakah kalian sudah saling merespon? Ketika kalian semua berjalan keluar, semuanya adalah Bodhisattva, namun setelah 5 menit berlalu, kalian kembali menjadi diri kalian sendiri. Kekuatan berkat itu sangat penting. Yang pertama mengandalkan kekuatan berkat. Yang kedua mengandalkan sifat dasar. Yang ketika mengandalkan perlindungan dari diri sendiri. Apa maksud dari “berkat”? Yaitu Bodhisattva memberkatimu, lalu kamu meneguhkan keyakinan ini. Apakah kekuatan pelindung? Dengan kata lain memperkuat kekuatan diri sendiri. Di antara kalian hari ini yang menjadi pedagang, maupun demi berkembang menjadi pribadi yang baik, bukankah semuanya mengandalkan tiga kekuatan ini? Yang pertama adalah kekuatan sifat dasar, kekuatan sifat dasar seperti, “Saya orang yang baik hati, saya mau bersikap baik terhadapmu.” Yang kedua adalah kekuatan berkat, saya tahu karena saya baik padamu, makanya kamu baru baik pada saya, setelah memiliki kedua kekuatan ini, masih ada satu lagi yakni kekuatan pelindung, atau kekuatan untuk melindungi ini seperti yang sering Master katakan, contohnya dalam sebuah negara, mudah untuk merebut kekuasaan politik, namun sulit untuk mengukuhkan kekuatan politik ini. Kekuatan untuk melindungi, contohnya hari ini kamu memiliki sebuah tekad: Guan Shi Yin Pu Sa, saya sekarang mulai membina pikiran, besok saya akan mulai bervegetarian dan melepaskan makhluk hidup. Banyak orang memiliki kekurangan seperti ini, begitu muncul masalah, lalu berkata, “Saya pasti begini, saya pasti begitu”, sampai sendirinya terharu dan menangis tersedu-sedu. Tetapi setelah beberapa hari, orang ini menghilang, begitu juga tekad yang diikrarkannya. Ini karena dia tidak memiliki suatu kekuatan untuk melindungi dan mendukung (tekadnya ini), dia tidak memahami akar dari kekuatan ini, dia tidak benar-benar mengerti kebenaran dasar yang sesungguhnya dari hal ini, dengan kata lain, dia tidak tahu apa-apa.

Hari ini saya hanya bisa membahas sampai di sini. Semoga kalian semua bisa memahami, bahwa hari ini kita hidup di dalam masyarakat ini, di dunia ini, ruang kehidupan kita sesungguhnya semakin lama semakin kecil. Contoh sederhana: Kita sering mengatakan satu kalimat: “Aduh, mengapa dunia ini begitu kecil? Saya di Tiongkok tidak pernah mengenal kamu, sampai ke Australia baru tiba-tiba mengenal kamu.” Kalian setiap orang pasti memiliki perasaan seperti ini. Sesungguhnya, ini karena masa perputaran jodoh yang semakin lama semakin cepat. Dengan kata lain, di kehidupan sebelumnya, kamu baik kepadanya, maka dengan cepat, dia akan membalas budimu; jika di kehidupan sebelumnya kamu jahat kepadanya, maka dengan cepat balasan karmanya juga akan kamu terima. Saya sudah bertemu dengan beberapa orang, salau satu di antaranya memang dulunya adalah teman baik, setelah bertemu di Australia, “Aduh, kita dulu di Tiongkok tidak menjalin relasi dengan baik.” Hubungan keduanya baik sekali, kedua orang ini bagaikan karya seni yang indah, bersama-sama berinvestasi membuka perusahaan, namun pada akhirnya semua uangnya ditipu dan dibawa pergi olehnya. Begitu Master menerawangnya, memang orang ini datang untuk menagih hutang. Dengan kata lain, pada masa periode akhir Dharma, masa pembalasan karma semakin lama akan semakin cepat. Sampai secepat apa? Sampai secepat mungkin di kehidupan sebelumnya kamu terlahir di Tiongkok dan berhutang kepadanya, lalu di kehidupan ini kamu datang ke Australia, dia pun juga turut datang ke Australia untuk menagih hutang karmanya kepadamu. Banyak anak-anak yang terlahir lebih hebat lagi. Ada yang berasal dari Surga, ada yang berasal dari Akhirat, semuanya menyerang dari semua aspek, begitu kamu hamil, tidak peduli ke mana pun kamu berimigrasi, dia tetap akan mengikutimu, begitu lahir datang untuk menagih hutang karma. Seperti ada orang tua, di Tiongkok ditagih hutang karmanya oleh anaknya, sekarang orang tuanya pindah ke Australia, dengan begitu jauhnya, anaknya pun tetap ribut mau ikut berimigrasi, sampai mengejar mereka ke Australia dan terus menagih hutang karmanya.  Pembalasan karma semakin lama semakin cepat, tiada yang bisa menghindarinya. Oleh karena itu, saya beritahu kalian, pembalasan semakin cepat, segeralah menekuni Dharma, membina pikiran dan perilaku, jangan lagi hidup dalam kebodohan di dunia ini, merasa “Saya punya waktu, saya punya uang, saya terkenal, saya kaya raya.” Saya beritahu kalian, semuanya itu palsu dan tidak nyata. Coba pikirkan, apa yang kalian miliki? Kalian tidak memiliki apa-apa, pada saat kalian meninggal juga tidak memiliki apapun. Yang tidak kalian miliki sekarang, dulu tidak ada, selamanya juga tidak akan ada. Kalian hidup di dunia ini, di Alam Dharma rupa yang kosong ini, jika ingin mencari sesuatu yang nyata, itu tidak mungkin. Semuanya adalah palsu, adalah kosong. Bagaikan sebuah gelembung sabun, yang begitu ditiup menggembung dan di bawah sorotan sinar lampu berkilau warna-warni, namun tidak alam kemudian, “plop”, sudah tidak ada lagi. Mencari sesuatu yang nyata di tengah kepalsuan, apakah mungkin? Jika kalian diberi setumpuk batu giok, mutiara, dan batu akik, lalu memberitahu kalian kalau semuanya adalah palsu, apakah kamu masih bersikeras mencari sebuah mutiara asli di dalamnya, apakah mungkin? Segala hal yang ada di dunia ini adalah ilusi, semuanya palsu, selamanya tidak akan bisa dibawa pergi. Oleh karena itu, hanya dengan “meminjam kepalsuan untuk membina yang nyata” adalah satu-satunya jalan keluar.