13. Menuntaskan Segala Kerisauan, Tiada Gejolak Pikiran
Sesungguhnya, seseorang yang memiliki hati nurani yang baik, tidak perlu bersabar menghadapi kesulitan dan hinaan. Mengapa? Karena orang yang berhati nurani baik tidak memerlukan kesabaran. Jika kamu memang tidak mencelakakan orang lain, lalu pada saat orang lain memarahimu, apakah kamu akan merasa sedih? Sesungguhnya, dengan harus bersabar dan tekun memajukan diri, ini menandakan kamu sudah memiliki kekurangan. Karena kamu bersabar, mungkin karena kamu melakukan kesalahan. “Dia memarahi saya, maka saya berusaha diam dan sabar saja.” Walaupun dalam hal ini kamu boleh memiliki banyak alasan untuk menjelaskannya, namun tetap ada kesalahan yang telah kamu lakukan. Pikiran yang sesungguhnya tidak memerlukan kesabaran, karena saya tulus bersikap baik kepadamu. Hari ini kamu memarahi saya, “Orang ini kenapa begini, saya benar-benar tulus baik kepadanya, sudahlah, sudahlah”. Tidak perlu bersabar, dan kamu pun tidak akan menerima hawa buruk darinya. Apakah yang dimaksud dengan kesabaran? Pasangan suami istri yang bertengkar besar-besaran. Pihak wanita bersuara nyaring, sedangkan yang pria memang tidak bisa menang melawannya, lalu mencari alasan, “Saya bersabar saja”. Karena tidak bisa menang berdebat, maka baru bersabar, jika mampu memenangkan perdebatan itu, apakah dia bisa bersabar? Master memang suka “menggali ke akar”, menggali keluar semua kekurangan orang-orang, dengan begitu pikiranmu baru bisa menjadi semakin bersih. Jika dirimu tidak memiliki pikiran sebersih ini, bagaimana mungkin bisa menempatkan pikiranmu ke dalam alam semesta yang begitu besarnya? Jika yang ada pada dirimu semuanya adalah titik-titik hitam, lalu bagaimana mungkin kamu bisa membuat pikiranmu menjadi seluas alam semesta? Walau tidak diucapkan di mulut, namun apakah pikirannya benar-benar bersih? Mendengarkan ajaran Buddha Dharma, harus bisa memahami kebenarannya.
Menuntaskan segala kerisauan, berarti semua kerisauan ini harus diakhiri. Dengan kata lain, kamu harus bisa sepenuhnya memutuskan dan membersihkan kerisauan-kerisauanmu. Apabila masih meninggalkan sedikit kerisauan, itu berarti kamu belum membina diri dengan baik. Jika muncul masalah di rumah, atau masalah dalam hal lain, membuatmu tidak senang, berarti kerisauanmu belum habis. Bila kamu sudah bersih, maka kamu tidak akan berpendapat bahwa hal-hal ini adalah masalah. Jika ada masalah di rumah, “Aiya, karma kembali datang. Buah karma sudah tiba, bagaimana caranya supaya saya bisa menghilangkannya?” Karma bagaikan bayangan yang selalu menyertai kita, maka kamu selamanya tidak akan bebas dari masalah. “Aiya, Master, masalah ini datang lagi”. Paling bagus kalau bisa mengikat Master di pinggang kalian. Sesungguhnya kerisauan ini, pikiran manusia ini, tidak bertambah juga tidak berkurang, yang sedari awal sepenuhnya setara. Pikiran tidak bertambah, juga tidak berkurang, hati saya tetap begini, hati saya tetap tulus terhadapmu, ini adalah welas asih. Jika memiliki pikiran yang setara, kamu baru bisa menerima hal-hal yang lebih baik. Jika kamu memiliki pikiran yang buruk terhadap orang ini, maka kamu tidak akan bisa memakluminya. Jika kamu tidak beranggapan kalau dia adalah orang baik, maka mana mungkin kamu akan mendengarkan perkataannya? Ada banyak pasangan suami istri yang bertengkar, sudah jelas si istri yang benar, namun suaminya tidak mau mendengarkannya. Pada akhirnya datang kemari Master, lalu Master memarahi mereka, dan keduanya mendengarkan Master. Ini karena ketidakharmonisan jangka panjang, dan pasti menimbulkan pandangan yang menyimpang, ada ketidaksetaraan dalam pikiran yang membuat kamu tidak mau menerima pendapat orang lain. Apabila kamu bisa memandangnya dengan setara, maka kamu baru bisa menerima pendapatnya. Jika selalu mengatakan orang lain tidak jelas, maka sesungguhnya dia sendiri juga tidak jelas; Seseorang yang selalu mengatakan orang lain tidak baik, maka dirinya sendiri pun tidak baik; Selalu mengatakan otak orang lain bermasalah, maka orang ini pun otaknya juga pasti bermasalah. Membina pikiran bertujuan supaya bisa memahami kebenaran.
Tidak ada gejolak dalam pikiran. Dengan kata lain, tidak pernah ada lagi pemikiran apapun yang muncul dalam pikiranmu, maka seluruh jodohmu sudah lenyap. Karena tidak ada pemikiran apapun yang muncul dalam pikiranmu, maka dari mana datangnya jodohmu? Bagaimana jodoh bisa datang? Darimana karma berasal? Semuanya diciptakan oleh pikiranmu. “Saya membenci dia”, ya sudah, kamu sudah menciptakan bibit karma ini, lalu orang itu pun membencimu – berarti buah karmanya tiba. Contohnya, saya suka makan permen, telah menciptakan bibit karma ini, lalu gula darah naik, berarti muncul buah karmanya. Jika tidak ada pemikiran dalam pikiranmu, mana mungkin karma akan mendatangimu! Kehidupan ini hanyalah suatu fenomena, jodoh sepenuhnya lenyap. Tidak ada karma, semuanya tercipta dari pikiranmu. Apakah kebenaran dari karma? Apakah kebenaran dari tumimbal lahir? Mengapa manusia setelah meninggal bisa terlahir sebagai binatang? Mengapa bisa dikurung di Alam Neraka? Banyak orang yang memarahi orang lain dengan mengatakan, dia akan turun ke Neraka tingkat 18. Master beri tahu kalian, karena kalian tidak pernah menyaksikan siksaan tersebut, sangat mengerikan sekali. Dengan satu tebasan pisau, bisa membuat kepala terbelah menjadi dua, atau membuat tangan terpotong, orang-orang dilemparkan ke bawah gunung pisau, apa yang dirasakan benar-benar sangat nyata, akan tetapi roh ini tetap tidak akan mati, sebentar saja, ia akan bangun kembali. Di bawah sana, waktu sadarnya ada saatnya. Setelah pingsan, tidak sampai 2 jam kemudian, mereka akan sadar kembali. Kalian jangan mengira melakukan kejahatan tidak diketahui orang lain, jangan mengira melakukan kejahatan tidak akan menerima balasan karmanya, oleh karena itu cara terbaik untuk memahami karma adalah jangan melakukan kejahatan.
Kebenaran dari karma yang menyebabkan tumimbal lahir adalah – semuanya diciptakan oleh pikiranmu. Mengapa karma bisa menyebabkan tumimbal lahir? Karena pikiranmu memikirkan pemikiran buruk, atau pemikiran baik, baru bisa menyebabkan pergerakkan karma. Pikiranmu memikirkan hal-hal yang baik, dan sedang melakukan jasa kebajikan, maka karmamu akan bergerak, dan naik ke Surga; Pikiranmu sedang melakukan hal-hal jahat, memikirkan banyak hal-hal buruk, maka buah karmamu akan muncul, dan kamu akan bertumimbal lahir ke alam bawah. Oleh karena itu, pikiranmu bisa naik ke Surga, juga bisa turun ke Akhirat. Pikiran sangat penting. Oleh karena itu begitu hati nurani seseorang menjadi jahat, maka orang ini tidak akan bisa tertolong lagi. Ditambah dengan pemikiran tidak boleh bergerak sembarangan, tidak boleh sering muncul pemikiran-pemikiran liar. Memikirkan hal-hal yang tidak bisa dilakukan, itulah pemikiran liar – khayalan. Jika kamu bisa melakukannya hari ini, itu namanya pemikiran yang benar – positif; Jika hal yang tidak bisa kamu lakukan hari ini, itu namanya pemikiran liar. Mengapa Master tidak menyuruh kalian membeli lotere? Karena kalian tidak akan bisa memenangkan lotere. Begitu pemikiran liar muncul, maka ketamakan akan datang, dan selanjutnya masalah akan tiba, semuanya berkebalikan dengan kebenaran, pemikiran liar kembali datang, kemelekatan juga datang, kemudian kerisauan pun datang, lalu semuanya menjadi hilang. Karena dia bersedia melakukan segalanya demi uang, maka pada saat itu, dia sudah tidak bisa melihat pemikiran yang benar.
“Pikiran tanpa pemikiran liar, dengan sendirinya tidak memiliki sifat apapun”. Karena dalam pikiran saya sudah tidak ada lagi pemikiran liar, pikiran saya memang sudah tidak memikirkan apapun. “Memiliki ketidaktahuan, maka tidak akan bisa terbebaskan”. Kalau kamu tidak jelas tetang apapun, kamu tidak memahami prinsip-prinsip kebenaran ini, itu adalah ketidaktahuan. Jika kamu tidak bisa terbebaskan, maka itu adalah bencana besar bertumimbal lahir kembali. Bagaimana kamu bisa bertumimbal lahir? Karena pikiranmu sepanjang hari memikirkan hal-hal jahat; lalu bagaimana kamu bisa pergi ke Surga? Karena pikiranmu sepanjang waktu berpikir untuk membantu orang lain, oleh karena itu pemikiran seseorang adalah yang paling penting. “Memahami masalah diri sendiri, dengan sendirinya terbebaskan”, dengan kata lain, diri sendiri harus memahami hal-hal yang dilakukan diri sendiri, maka dengan sendirinya kamu akan terbebaskan. Dalam kehidupan nyata, banyak orang yang bahkan tidak mengetahui hal-hal yang dilakukannya sendiri, selain itu dia pun tidak tahu apakah hal yang dilakukannya itu baik atau buruk. Saat bosnya bertanya: “Apakah kamu yang melakukan hal ini?” “Aiya, saya sudah tidak ingat lagi.” Apakah kalian mengira kalian memahami segala hal yang kalian lakukan setiap hari dengan jelas? Kamu pun tidak tahu perkataan yang kamu ucapkan akan memiliki efek seperti apa? Diri sendiri tidak ingat apa yang sudah dirimu katakan. Maka ingatlah, dalam berbicara maupun berperilaku, sebelum mengeluarkan ucapan atau tindakan, cobalah dipikirkan dulu baik-baik dalam pikiranmu, jika belum dipikirkan, maka jangan dilakukan. Terhadap hal-hal yang kotor, harus disaring terlebih dahulu. Perkataan yang baik boleh diucapkan kapanpun, namun jika berlebihan juga tidak baik, jika terlalu berlebihan, maka orang lain akan merasa kalau dirimu terlalu “palsu”. Baik buruknya seseorang, merujuk pada baik atau tidaknya hati maupun pikirannya. “Segala dharma (fenomena) yang terlahir, jika tidak terlahir dari pikiran, maka dharma ini pun tidak akan pernah muncul, juga tidak akan bernama”. Segala hal dalam kehidupan ini, jika kamu tidak memikirkannya dengan sepenuh hati, maka bagai dharma yang tidak pernah muncul, seperti nama orang pun tidak akan ada, ini namanya melupakan “Aku”, membina pikiran membina jalan Kebuddhaan sampai melupakan diri sendiri. Bahkan Aku pun sudah tidak ada lagi, kalau begitu, apa lagi yang Anda miliki?
Berdana dengan memiliki rupa dan berdana tanpa rupa, jasa kebajikan yang diperoleh akan sangat jauh berkurang. Jika di hadapan banyak orang mengatakan: “Saya memberikan atau mendanakannya kepada kamu”. Dalam ajaran Buddha Dharma dikatakan, siapapun yang berdana namun berdiri pada sudut pandang yang lebih tinggi daripada orang yang menerima dananya, sesungguhnya pikiranmu ini sudah tidak benar, kamu sudah tidak memiliki jasa kebajikan. Yang kamu lakukan ini adalah memberi sedekah, bukan berdana. Memberi sedekah berarti memandang orang lain layaknya seorang pengemis. Oleh karena itu, dalam berdana, hilangkan nama sendiri, bahkan tidak tahu diri sendiri adalah siapa, itu adalah berdana tanpa Aku, berwelas asih tanpa Aku, bekerja tanpa Aku, maka jasa kebajikan tanpa Aku pun akan datang. Jika dalam segala hal selalu menempatkan diri sendiri terlebih dahulu, seperti “Saya hebat sekali, segalanya tidak akan bisa berjalan tanpa saya”, maka jasa kebajikanmu akan berkurang jauh.
Karma dilakukan sendiri, akibatnya diterima sendiri. Segala hal yang kamu tanggung pada hari ini, semuanya adalah dirimu sendiri yang menyebabkannya, jangan menyalahkan orang lain. Hari ini kamu menekuk wajah, terlihat sangat menyebalkan, ini adalah bibit karma yang kamu lakukan sendiri; Hari ini kamu gembira, juga karena bibit karma baik yang kamu ciptakan sendiri; Hari ini segala pekerjaanmu lancar, itu juga karena kamu menciptakan bibit karma yang baik. Hari ini kamu membelikan sebuah hadiah untuk istrimu, membuat dia bersikap sangat baik kepadamu, bukankah ini adalah karma? Hidup di dunia ini, jika di siang hari kamu makan makanan yang tidak seharusnya dimakan, maka kamu akan sakit perut di malam hari; Bibit karma yang kamu tanam di siang hari, bukankah buah karmanya akan muncul di malam hari?
Perilaku, ucapan, dan pemikiran, semuanya adalah kekuatan karma baik dan buruk. Kebaikan dan keburukan pada perilaku, ucapan, dan pemikiranmu, semuanya adalah kekuatan karmamu. Jika tubuh melakukan hal buruk, mulut berkata-kata jahat, muncul pemikiran-pemikiran jahat, maka sesungguhnya ini akan menyebabkan kekuatan karma baik dan buruk pada dirimu. Ada pendengar yang bertanya kepada Master: halangan buah karma buruk dan halangan karma buruk, serta kekuatan buah karma buruk dan kekuatan karma, apakah perbedaannya? “Jahat – buruk”, berarti sudah membentuk sesuatu yang tidak baik. Kekuatan buah karma buruk adalah kosa kata yang bersifat negatif. “Karma”, ada karma bersama, ada karma baik, dan karma buruk. Saat pemikiran baik dan pemikiran buruk muncul dalam pikiranmu, ini akan menciptakan kekuatan karmamu, membentuk sumber karma untuk bertumimbal lahir, yang kemudian akan dibalaskan di kehidupan selanjutnya. Karena perilaku, ucapan, dan pemikiranmu sudah menciptakan kekuatan karma bagimu untuk bertumimbal lahir di enam alam, maka di kehidupan mendatang, kamu masih harus menerimanya. Ini juga dirimu sendiri yang melakukannya. Manusia memiliki karma dari 3 kehidupan, karena kita tetap berada di tengah 12 nidana, tidak meninggalkannya. Dulu Master pernah membahas tentang 12 nidana. Ingatlah, karena manusia tidak terbebas dari 12 nidana, maka kamu masih berputar-putar di dalamnya dan tidak bisa keluar.
Harus bisa memutuskan ketersesatan dan membuktikan kebenaran. Dengan kata lain, harus bisa menghilangkan ketersesatan atau keraguan untuk membuktikan kebenaran yang nyata. Harus bisa menghilangkan hal-hal yang tidak kamu pahami dengan jelas, harus bisa membuktikan hal yang nyata. “Membina pikiran” adalah pusaka yang tak ternilai harganya, adalah harta berharga yang tidak bisa diukur dengan apapun. Asalkan kamu sudah membina pikiran, maka harganya ini tidak akan bisa diukur dengan harta kekayaan apapun. Oleh karena itu, ketika kamu sedang membina pikiran, maka sesungguhnya kamu sudah menemukan sebuah harta yang tak ternilai harganya. Sedangkan orang yang tidak membina pikiran, berarti tidak memiliki pusaka yang tak ternilai harganya. Jika pikiranmu adalah harta karun, itu karena kamu menganggap pikiranmu sebagai sebuah harta karun, yang bisa menyimpan banyak hal-hal baik, maka kamu telah memiliki segalanya, tidak akan berhutang apapun kepada orang lain, dengan kata lain tidak ada hutang. Misalnya, kamu memiliki sebuah gudang, yang tersimpan di dalamnya adalah harta berharga. Hatimu begitu baik, sudah melakukan begitu banyak kebajikan, lalu menurutmu, apakah kamu masih akan berhutang kepada orang lain? Kemudian, bisa digunakan dengan bebas. Kamu pun bisa menggunakan secara bebas. Saat tidak punya uang, maka bisa mengeluarkan sedikit harta berharga. Seperti banyak orang yang begitu arwah asing muncul, maka segera membakarkan Xiao Fang Zi. Karena pada biasanya kamu selalu melakukan jasa kebajikan, maka kamu sanggup mengeluarkannya. Setiap orang bisa melakukan jasa kebajikan. Jika ditilik dari angka, memang ada bedanya, akan tetapi dari kualitasnya, ini adalah masalah perubahan jumlah dan perubahan kualitas. Dalam segi kualitas, semuanya adalah sama. Master bertanya kepada kalian, apakah jasa kebajikan kalian besar atau jasa kebajikan Master besar? Jasa kebajikan adalah sama. Apabila jasa kebajikan dilakukan dengan tulus hati, maka adalah sama. Contohnya, kamu sudah kenyang, saya pun sudah kenyang, bukankah pemahamannya sama? Masalahnya kamu makan lebih banyak daripada saya, kamu makan 5 mangkuk, saya makan 2 mangkuk. Bukankah logikanya sama saja? Orang yang pikirannya dilanda keraguan, jika kamu tidak menggunakan hati nurani untuk melakukan perbuatan baik, maka bereinkarnasi seribu kali pun akan melakukan kesalahan seribu kali pula. Dengan kata lain, jika kamu tidak mengetahui menggunakan pikiran sendiri untuk membina pikiran dan perilaku, maka kamu akan terus-menerus bertumimbal lahir. Mengapa dikatakan seribu kali? Dengan kata lain, jika kamu tidak memandang penting kesalahan yang kamu lakukan dulu, maka meskipun kamu terlahir seribu kali, kamu tetap tidak akan memahaminya selama seribu kali, lalu kamu akan menghadapi seribu kali kegagalan hidup.
Hari ini pembahasan Master luar biasa bukan? Memang untuk membantu menggalinya dari dalam diri kalian. Kelebihan Bai Hua Fo Fa adalah mudah dipahami, membuat pikiran jernih dan menemukan kembali sifat dasar, setelah didengarkan bisa segera diterapkan. Setelah didengar, segera berkata pada diri sendiri: “Pikiran saya jangan sembarangan muncul pemikiran, jangan melakukan kejahatan.” Baru saja pemikiran muncul, “Tidak boleh, tidak boleh memiliki pemikiran ini.” Begitu lenyap, sudah, segera tidak ada masalah. Yang terburuk adalah mengikuti pemikiran ini dan terjerumus ke dalamnya, lalu membangkitkan suatu pemikiran yang tidak baik, yang semakin lama semakin dalam dan semakin hitam. Ada satu pribahasa yang berbunyi, “Bergelut di jalan buntu bagai masuk ke ujung tanduk kerbau – buang waktu untuk masalah yang tidak terpecahkan atau tidak penting”. Apakah ujung tanduk kerbau bisa ditembus? Jika dimasuki memangnya tidak sakit? Jika masuk terus ke dalam, maka semakin masuk semakin gelap, semakin masuk semakin sempit. Ingatlah, jangan “bergelut masuk ke ujung tanduk”, dalam segala hal kita harus bisa berpikiran terbuka, setelah bangun tidur, maka semuanya sudah tidak ada lagi. Di dunia ini, hidup berada di antara tarikan nafas, lalu masih ada hal apalagi yang lebih penting daripada nyawa kita?