41. Menjaga Sila Sebagai Landasan, Membina Diri Dengan Sungguh-Sungguh Itulah Kebenaran 守戒是本,实修是理

41. Menjaga Sila Sebagai Landasan, Membina Diri Dengan Sungguh-Sungguh Itulah Kebenaran

Hari ini, kalian semua murid yang duduk di sini, Master ingin memberi tahu kalian: Jika orang ini tidak menjalankan sila, maka bukanlah pembinaan yang sesungguhnya, yakni tidak memiliki dasar dalam menekuni ajaran Buddha Dharma. Orang seperti ini pasti akan terjatuh ke tiga alam penderitaan. Mengapa? Karena tiga alam penderitaan adalah alam yang paling mudah menerima orang yang tidak benar-benar membina diri. Sekarang kalian sudah mengetahuinya bukan? Betapa bahaya! Tiga alam penderitaan terdiri-dari: Alam Peta – setan kelaparan, Alam Binatang dan Alam Neraka. Ketika kalian sudah terlahir sebagai binatang, maka sudah terlambat. Orang yang membina pikiran, jika tidak sepenuh hati membina diri, akhirnya akan terlahir sebagai binatang, yakni menjadi seekor anjing di sebuah keluarga kaya, orang-orang memelukmu, memandikanmu, memberimu makanan kaleng, namun kamu hanya tahu menggoyangkan ekormu dengan riang – inilah hasil pembinaan dirimu. Karena kamu memiliki kebocoran. Jaring-jaring Surga terlihat longgar namun tidak akan melepaskan satu orang pun yang bersalah, kalian jangan main-main lagi! Master sungguh memohon pada kalian! Kalian setidaknya harus memahami kebenaran ini, jangan memiliki keegoisan diri ketika melakukan jasa kebajikan, hari ini dia baik kepadamu, lalu kamu juga bersikap lebih baik kepadanya, tidak boleh berperilaku begini, seperti ini akan ada kebocoran. Mengerti? Harus memperbaiki diri sendiri, harus menaati sila. Kalian semua murid nantinya harus memberi tahu Master, saya menjaga sila apa saja. Jika kamu tidak menjalankan sila, berarti dirimu tidak memiliki dasar Kebuddhaan, dan akan terjerumus ke dalam tiga alam penderitaan. Coba beri tahu Master, sekarang kalian sudah menjaga sila apa saja? Apakah kalian sudah menjaga sila tidak  berdusta? Sudah menjaga sila tidak mencuri? Sudah menjaga sila tidak melakukan perbuatan asusila? Sudah menjaga sila berhenti minum-minuman keras? Sudah menjaga sila tidak melakukan karma membunuh? Coba pikirkan, menjaga kelima sila ini adalah yang paling dasar.

Menjaga sila sebagai landasan. Seorang praktisi Buddhis harus bisa menjaga sila. Apa itu menjaga sila? Dari mimik muka serta gerak-gerik dapat terlihat, sopan santun dalam bersikap, berbicara, dan mengerjakan segala hal dengan sangat tulus. Wajah biksu sangat tulus, semua berasal dari hatinya, itu hasil dari menjaga sila. Jika bersikap sembarangan, bersenda gurau, melakukan apapun sesuka hati … justru inilah yang menyebabkan banyak orang tua dipandang rendah oleh orang lain — begitu melihat anak gadis kemudian tersenyum. Kurangi tersenyum seperti ini. Karena senyuman seperti ini hanya akan membuat orang lain meremehkanmu. Coba renungkan baik-baik, seumur hidup, sudah melakukan berapa banyak kesalahan? Jika melakukan kesalahan, ada Surga, Akhirat, dan Bodhisattva yang mengatur. Coba pikirkan, kamu sudah melakukan berapa banyak kesalahan? Tidak bisa jika tidak diubah! Sudah hampir tiba “masa menuai”– yakni masa sebelum malapetaka besar datang. Semua orang yang menderita sakit parah memiliki buah karma buruk, sudah tiba masa pembalasan karma bagi mereka. Jika kalian setiap orang bisa meninggal dengan baik, Master akan sangat bangga terhadap kalian. Coba Master lihat bagaimana kalian ketika meninggal? Bisa terlihat. Apakah kamu berani menjamin dirimu tidak akan menderita kanker? Apakah kamu berani menjamin bagaimana dirimu ketika meninggal? Bisakah kamu meninggal begitu saja dalam tidur? Bisakah kamu berdiri di hadapan Master berkata: “Saya berani menjamin, saya akan meninggal begitu saja dalam tidur.” Apakah kamu berani menjamin? Oleh karena itu, harus membina diri dengan sungguh-sungguh. Membina diri dengan sungguh-sungguh itulah kebenaran, harus sungguh-sungguh membina diri. Jika berkata mau diubah maka harus berubah, jangan menunggu hari besok atau lusa. Seperti seseorang yang berhenti merokok, “Hari ini saya mau berubah, maka saya segera berubah.” Master menjaga harga diri kalian, tidak menyebut nama kalian satu per satu, akan tetapi kalian harus mawas diri, baik-baik mengendalikan jiwa kalian. Jangan ketika melihat anak gadis, lalu berbicara sampai tidak tahu di mana jiwa kalian, bicara sampai tidak jelas, lalu bagaimana bisa membabarkan Dharma? Begitu melihat uang langsung gelap mata, bagaimana bisa membabarkan Dharma?

Jalan membina Kebuddhaan hanya ada satu, sungguh-sungguh membina diri. Pintu Dharma apapun hanya ada satu jalan ini. Membina diri hingga akhirnya, memasuki nirvana (kebahagiaan tertinggi), yakni terbebas dari penderitaan sudah mencapai tingkat parinirvana. Membina diri tidak pernah berakhir. Meskipun sudah mencapai alam kesadaran Bodhisattva, namun masih harus turun ke dunia ini untuk menolong orang-orang, mereka baru bisa menjadi Buddha. Bodhisattva juga masih harus membina diri, apalagi manusia? Oleh karena itu, Bodhisattva turun ke Alam Manusia harus menghadapi banyak penderitaan, dipergunjingkan orang lain, difitnah orang lain, dijelek-jelekkan orang lain. Apa itu parinirvana? Yaitu keadaan ketiadaan aku, kekosongan secara total. Oleh karena itu, semasa hidup, pikiran kita harus memiliki tingkat kesadaran nirvana. Ini berarti sebelum kamu meninggal, kamu harus sering berpikir bahwa, “Saya adalah kosong, saya datang ke dunia seperti sedang bertamasya di suatu tempat, dan saya pasti akan pulang”, ini adalah keadaan nirvana. Jangan terlalu terpikat dan melekat terhadap dunia ini. Banyak orang yang datang ke dunia ini terlalu melekat terhadap dunia, menyebabkan dia tidak bisa pulang, ketika meninggal, dia akan sangat menderita. Ini seperti kalian bertamasya ke Gold Coast, berbaring di pinggir pantai, ada pasir, matahari, lalu membayangkan alangkah baiknya kalau setiap hari bisa seperti ini. Apakah kamu bisa setiap hari seperti ini? Apakah kamu bisa melekat pada pemandangan ini? Tiba saatnya bukankah kamu tetap akan pergi juga? Kamu tetap harus pulang, melanjutkan kehidupan karirmu.

Apa yang nyata? Ketika berada di dunia ini, harus berpikir: Saya hanya melakukan suatu perjalanan di dunia ini, saya harus meminjam kepalsuan untuk membina sesuatu yang nyata, saya harus baik-baik melafalkan paritta. Saya berusaha agar lain kali tidak datang ke dunia ini lagi. Apakah masih akan melekat pada benda-benda ini? Melekat pada anak dan tidak bisa melepas, akhirnya tetap akan meninggal dan malah membuat anakmu menjadi lebih menderita. Coba lihat, ada sebagian ibu yang menjaga anak-anaknya dengan baik sekali, terakhir menjelang ajalnya masih berkata: “Anakku, saya tidak bisa merelakanmu.” Sekarang setiap kali anak tersebut menanyakan keadaan ibunya kepada Master, langsung menangis tersedu-sedu. Pikirkanlah, apakah ibumu tidak bersedih? Setelah kamu pergi masih membuat anak bersedih, apakah ini juga demi kebaikan anak? Yang benar-benar bersikap baik terhadap anak adalah harus melepaskan yang seharusnya dilepaskan, harus merelakan yang seharusnya direlakan. Anak-anak tidak akan tumbuh dewasa jika selalu berada di sisi ibu. Harus merelakan benda-benda yang seharusnya direlakan, harus memiliki peningkatan kesadaran spiritual ini di dunia. Oleh karena itu, pikiran kita harus terbebaskan. Saat pikiran sudah terbebaskan, ini dinamakan juga parinirvana parsial – sebagian. Dengan kata lain ini adalah parinirvana dengan kesadaran, namun tidak berarti kamu sepenuhnya sudah berpikiran terbuka, sudah berpikiran kosong. Karena kamu hanya sementara melepaska, hanya berpikiran terbuka atas suatu masalah tertentu, ini berarti kamu mencapai parinirvana sebagian, dengan kata lain mencapai kekosongan pada bagian tertentu. Sedangkan parinirvana sesungguhnya tercapai setelah meninggal itulah parinirvana yang menyeluruh. Ketika kamu sudah benar-benar meninggal, maka kamu akan terbebaskan dari segalanya, juga tidak merasa bersedih lagi. Selain itu, setelah kamu meninggal, rohmu bisa melihat anak. “Tidak apa-apa, sudah waktunya saya pergi, kalian jaga diri baik-baik”, sudah tidak bersedih lagi. Anak juga tidak akan bersedih, inilah kekosongan.  Ada berapa orang di antara kalian yang bisa mengosongkan diri sekarang? Hari ini memikirkan anak, besok memikirkan ibu, lusa memikirkan suami istri, atau rumah dan lainnya, kapan baru bisa berakhir? Kapan baru bisa tiada masalah lagi?

Ajaran Buddha Tradisi Mahayana dan tradisi Theravada, keduanya bisa mencapai nirvana, perbedaan hanya terletak pada medan pembinaan tingkat kesadaran spiritual. Nirvana ajaran Buddha tradisi Theravada hanya sebagian. Dengan kata lain, karena saya ingin melindungi diri dengan baik, maka saya baru membina pikiran, asalkan saya bisa membina diri dengan baik itu sudah cukup, inilah pencapaian kesadaran sebagian. Bukankah Master sering memberi tahu kalian: Seseorang yang hanya memedulikan pembinaan dirinya, sesungguhnya dia hanya akan mencapai kesadaran spiritual sebagian; sedangkan yang setiap hari memikirkan orang lain, memikirkan penderitaan berbagai macam orang di dunia ini, berpikir ingin membantu orang lain, itu baru disebut menekuni ajaran Buddha tradisi Mahayana, orang seperti ini baru bisa mencapai nirvana yang sesungguhnya. Nirvana berarti sudah mengosongkan diri sendiri, dia sudah tidak memiliki diri sendiri – sudah tidak memiliki keakuan, dia sudah tidak memiliki penderitaan. Master sering memberi tahu kalian, penderitaan seseorang terlahir karena kesadaran dirinya yang terlalu kuat, baru bisa melahirkan penderitaan. “Saya kehilangan harga diri, bagaimana saya bisa bertemu orang lain, saya tidak mau hidup lagi …” Oleh karena itu, kalian harus ingat, membina pikiran bertujuan untuk menghilangkan ketidaktahuan kita. Ketidaktahuan adalah ketidakpahaman. Kita sudah membina diri selama ini namun masih tidak memahami apapun. Karena kita berada di Alam Manusia, mengira sudah sangat memahami, sesungguhnya tidak memahami apapun. Coba pikirkan, Pintu Dharma Master ini baru saja turun ke dunia, ada berapa banyak orang yang berkomentar di media sosial, “Saya sudah menekuni Dharma selama puluhan tahun,  namun saya tidak memahami apapun.” Ini berarti benar-benar tidak paham. Karena kita hidup di dunia, hidup sampai usia lanjut, tidak sanggup mempelajari segalanya. Hal-hal yang harus kita pelajari terlalu banyak. Jika tidak memiliki kesadaran spiritual ini, kamu tidak akan memahami apapun. Oleh karena itu, kita tidak bisa menghilangkan penderitaan atas siklus perputaran kembali diri sendiri – yakni lahir, tua, sakit, dan mati. Karena kamu tidak memahami bahwa datang ke dunia ini pada dasarnya hanyalah sebuah petualangan, setiap orang akan mengalami siklus lahir, tua, sakit, dan mati. Saat dilahirkan sangat menderita, saat tua juga sangat menderita, setelah jatuh sakit juga sangat menderita, ketika meninggal jauh lebih menderita. Sesungguhnya, kita akan menderita mulai dari awal sampai akhir, mana ada kenikmatan yang sesungguhnya? Orang sekaya apapun bisa menikmati apa? Jika tidak bisa mencapai kenikmatan yang abadi, maka itu bukanlah kenikmatan yang sesungguhnya. Kamu setiap hari bekerja di luar, sampai keringatan sekujur tubuh, lalu menyejukkan diri dengan mandi di kamar mandi, apakah kamu merasakan kenikmatan? Setelah kamu nikmati, lalu selanjutnya apa yang terjadi? Selanjutnya, akan kembali berkeringat, sekujur tubuh kembali bau. Apakah ini yang disebut kenikmatan? Jika kamu memang hebat, maka bersihkan tubuhmu sampai bersih kemudian tidak berkeringat lagi, berbaring di ruangan ber-AC, selamanya begitu, itu baru namanya kenikmatan yang abadi. Kenikmatan yang sementara bukanlah kenikmatan yang sesungguhnya. Sedangkan setelah kita mencapai Alam Surga, sudah benar-benar terbebas dari tumimbal lahir enam alam, itulah kenikmatan yang sesungguhnya, karena di saat ini kamu tidak akan turun kembali lagi, sungguh indahnya berada di Alam Surga.

Harus berpikiran terbuka, harus bisa memahami pikiran Bodhisattva. Para murid Master, harus menjaga sila, sama sekali tidak boleh melakukan kesalahan, sama sekali tidak boleh tamak. Pesan Master pada kalian: harus mawas diri, lebih disiplin menjaga sila. Kalian harus menuruti perkataan Master. Sama sekali tidak boleh membentuk kelompok-kelompok sendiri, sama sekali tidak boleh mengutamakan kepentingan pribadi dibanding kepentingan umum. Kalian bisa mengelabui Master, kalian bisa mengelabui diri sendiri, akan tetapi kalian tidak bisa membohongi Bodhisattva dan para Dewa Pelindung Dharma, juga tidak bisa mengelabui hantu. Maka itu, kalian ini semua akan sia-sia. Yang palsu tidak ada gunanya. Hari ini, Master sudah tidak ingin membahas lebih lanjut, terakhir Master berpesan pada kalian, orang-orang biasa mengira “ingin bisa melakukannya, seumur hidup saya ingin bisa lakukan”, ini disebut “akhir dari ketidaktahuan”. Kita harus bisa mengakhiri ketidaktahuan. Dengan kata lain sudah tidak ada lagi ketidaktahuan, kita sudah memahami semuanya, kita tidak lagi memiliki ketidaktahuan, ini dinamakan “akhir dari ketidaktahuan”. “Akhir dari ketiadaan penuaan dan kematian”, dengan kata lain, kita tidak akan lagi mengalami kelahiran dan kematian di masa depan, kita tidak akan menua dan mati. Yakni agar kebijaksanaan diri sendiri selamanya tidak memiliki kerisauan, ini disebut tiada kerisauan. Oleh karena itu, dalam {Sutra Hati} tertulis ”akhir dari ketidaktahuan”, “akhir dari tiada penuaan dan kematian”, ini prinsip kebenarannya. Setelah mencapai penerangan sempurna, kita tidak lagi mengalami penuaan dan kematian. Karena tubuh ini hanya bersifat sementara, sama seperti sebuah mobil. Saat mobil ini rusak, bisa diganti yang baru. Sedangkan rohmu adalah dirimu sendiri bisa masuk ke mobil lain, tetap mengendarai mobilmu. Kehidupan selanjutnya jika terlahir kembali, maka kamu akan ganti raga yang baru, sama seperti sekarang kita mengganti mobil. Karena sudah tidak ada lagi penuaan dan kematian, kita tidak akan mati. Kita tidak akan lagi tidak memahami, inilah akhir dari ketidaktahuan.

Menekuni Dharma dan membina pikiran sungguh tidaklah mudah. Ketika membahas penderitaan seseorang, dia jadi gelisah dan bersedih;  ketika sudah bisa membujuk dia untuk mulai membina pikiran, ingin memperpanjang umur, ingin memperbaiki keadaannya, namun dalam hati masih ada gengsi yang tidak bisa dilepaskan. Tidak ada gengsi dalam menekuni Dharma, semuaya sama baik yang tua maupun yang muda. Anak-anak muda di keluarga kalian saat ini mungkin saja nenek moyang kaliaan, di hadapan nenek moyang, kamu masih memerlukan gengsi seperti apa? Mengapa anak-anak muda sekarang semakin cerdas? Karena mereka berasal dari Alam Surga yang turun untuk membantu jodoh ini. Sudah mengetahui ini periode akhir Dharma, akan ada banyak Bodhisattva dari Surga turun untuk menolong orang-orang, yakni menolong orang-orang yang di kehidupan lalunya yang berjodoh dengannya. Banyak anak-anak yang datang untuk menolong orang tuanya. Kalian lihat, ada berapa banyak praktisi Buddhis yang berawal dari anak yang mulai melafalkan paritta, kemudian baru menarik ayah dan ibunya, bukankah berarti anak ini sedang menolong orang tuanya? Oleh karena itu, kalian harus membina diri baik-baik.

Master sering membantu kalian “mencuci tubuh”. Kalian terlalu kotor, sungguh. Otak kalian terlalu kotor. Sekarang orang-orang“kotor” terlalu banyak, karena semua orang itu kotor, maka siapapun terlihat menjadi tidak kotor lagi. Contoh: (di sini Master tidak bermaksud merendahkan para penambang batu bara) orang-orang yang bekerja menjadi penambang batu bara, wajah dan tangannya hitam setiap hari. 50 orang pun sama, semuanya saling memandang satu sama lain, mereka tidak akan merasa hitam. Ada begitu banyak benda-benda “hitam” di tubuh kalian, maka saat orang ini melakukan kejahatan, orang itu juga melakukan kejahatan, kalian semua merasa bahwa ini bukanlah sesuatu yang aneh. Oleh karena itu, kekurangan diri seseorang harus diatasi oleh diri sendiri, jangan membohongi diri sendiri. Menekuni Dharma harus sepenuh hati, menggunakan sifat dasar diri sendiri yang sesungguhnya untuk mengawasi hati nurani sendiri, agar bisa benar-benar menyucikan tubuh dan jiwa diri sendiri. Memiliki tubuh yang bersih hanyalah satu bagian, yang terpenting adalah memiliki jiwa yang bersih. Ada sebagian orang yang memandikan tubuh dengan bersih, menyeka wajahnya sampai putih bersih, akan tetapi seluruh otaknya dipenuhi dengan pikiran-pikiran kotor, maka orang ini tidak bersih. Sedangkan ada banyak orang yang memiliki pikiran yang sangat bersih, tidak pernah memikirkan hal-hal buruk, namun tubuh mereka kotor, ini juga termasuk tidak bersih. Inilah mengapa membina pikiran harus disertai dengan membina perilaku. Kita harus memiliki perilaku yang bersih, pemikiran yang bersih, dengan demikian baru bisa mencapai kesucian yang sesungguhnya.

Master lihat ada banyak orang jika tidak bertekun maka nantinya tidak akan bisa menjadi murid Master. Master beri tahu kalian, kalian harus dengan sepenuhnya berubah. Jika tidak berubah sepenuhnya, bukan masalah Master mau atau tidak, melainkan apakah Bodhisattva mengizinkan kalian menjadi murid Master atau tidak. Banyak orang yang tidak mengerti, mengira Master yang tidak mengizinkan. Namun sesungguhnya, dia tidak memiliki jodoh ini. Benda-benda bermutu diinginkan oleh semua orang, namun dia tidak menginginkan, maka sesungguhnya dia tidak memiliki kualifikasi ini. Oleh karena itu, di masa periode akhir Dharma, membina pikiran dan menekuni Dharma sangatlah penting. Jika orang ini sudah kehilangannya, mungkin akan kehilangan untuk selamanya; jika sudah diperoleh, maka mungkin benar-benar memperoleh. Master hanyalah sebuah media, melalui Master, Guan Shi Yin Pu Sa memberikan informasi kepada kalian. Jika kalian tidak menerima, bukan berarti kalian tidak menerima media Master, melainkan tidak menerima budi baik  Guan Shi Yin Pu Sa untuk kalian, tidak memiliki perasaan bersyukur. Harus hati-hati.