12. Membina Kebijaksanaan Bodhisattva 修菩萨界的智慧

12. Membina Kebijaksanaan Bodhisattva

Hari ini Master akan membahas tentang Alam Bodhisattva secara mendetail, Master akan menjelaskan tentang kesadaran spiritual tingkat Bodhisattva satu per satu kepada kalian. Bodhisattva sudah mencapai pembinaan konsentrasi spiritual Zen yang sangat mendalam, dengan kata lain, ketika Bodhisattva sudah memasuki tingkat kesadaran spiritual yang tinggi, berarti sudah bisa sepenuhnya memusatkan konsentrasi pikiran dan mencapai ketenangan, sudah membina konsentrasi Zen sampai pada suatu tingkatan tertentu, juga merupakan praktik pembinaan Zen yang sangat mendalam, tingkat kesadaran spiritual yang sangat tinggi, yang sudah melampaui kesadaran spiritual Bodhisattva tingkat awal. Konsentrasi Zen bukanlah suatu pembinaan yang biasa, ini adalah konsentrasi pikiran yang mengandung kebijaksanaan. Konsentrasi Zen memiliki kebijaksanaan. Melatih berarti harus memahami bagaimana cara membina, serta harus memahami bagaimana cara mengendalikan.

Harus menjadikan pengenalan, perenungan, pembinaan, kebijaksanaan dalam ajaran Buddha Dharma sebagai dasar, dan harus meneladani tingkat kesadaran spiritual Buddha yang paling tinggi, menggunakan Ajaran Buddha Dharma yang tertinggi untuk mengendalikan pembinaan diri sendiri. “Pengenalan, perenungan, pembinaan, kebijaksanaan”, adalah menggunakan pengenalan dan perenungan diri untuk membina akar kebijaksanaan diri, menjadikan prinsip paling dasar dari Ajaran Buddha Dharma sebagai landasan pembinaan pikiran. Memperluas bekal pahala kebajikan yang membawa kebaikan bagi semua makhluk. Jika sudah mencapai kesadaran spiritual Bodhisattva, mengapa masih harus memperluas bekal kebaikan bagi semua makhluk? Dengan kata lain, kamu sudah menjadi Bodhisattva, maka kamu boleh tidak turun menyelamatkan para makhluk, namun jika mencapai tingkat kesadaran spiritual Bodhisattva yang tinggi, maka Bodhisattva tidak lagi berada dalam tingkat pemikiran ini, tidak hanya mementingkan tingkat Bodhisattva diri sendiri, namun harus turun untuk menyelamatkan semua makhluk, seperti kita mempersiapkan bekal bawaan bagi diri sendiri. Ini yang dimaksud dengan memperluas bekal kebaikan bagi semua makhluk.

Master dari Alam Buddha dan Bodhisattva turun ke dunia menyelamatkan semua makhluk, maka Master harus memiliki persiapan mental: “Setelah saya datang ke dunia ini, pembinaan diri seperti apa yang harus saya jalani, saya harus bersabar dan bertahan menghadapi kesulitan, mengatasi kesusahan, berwelas asih dan mengasihi semua makhluk.” Master sudah mengalami banyak penderitaan sejak datang ke dunia ini, sedari kecil sudah membuat saya merasakan bahwa kehidupan ini tidak kekal. Datang ke dunia ini, harus mempersiapkan mental dan mempersiapkan bekal. Bekal ini adalah sebuah sumber, yakni suatu kekuatan, bagaikan bahan makanan yang disantap di dunia ini. Memperluas pahala kebajikan bagi semua makhluk, berarti menghantarkan hadiah dari Bodhisattva kepada semua makhluk. Hadiah seperti apakah itu? Itu adalah pahala kebajikan, kita membawa pahala kebajikan kepada semua makhluk. Yang Master bawa adalah supaya bisa membuat setiap orang memiliki tubuh yang sehat, keluarga harmonis, yang sakit keras bisa sehat kembali, dan lain sebagainya, ini adalah memperluas pahala kebajikan bagi semua makhluk.  Sebagai Bodhisattva yang terlahir kembali ke dunia, harus membawa berkah pahala dan kebajikan Buddha dan Bodhisattva untuk membawa kebaikan bagi semua makhluk, memberikan kekuatan berkah dan kebajikan kepada semua makhluk, kemudian baru bisa memasuki dan mencapai tingkat kesadaran yang sesungguhnya tanpa halangan apapun. Karena dirimu sudah memiliki persiapan mental, karena kamu adalah Bodhisattva, kamu bahkan membina diri pun tidak akan terjatuh ke dalam enam alam tumimbal lahir, selain itu yang kamu pikirkan adalah kebaikan semua makhluk, kesadaran spiritualmu sudah menuju ke kesadaran spiritual tingkat Buddha, oleh karena itu kamu sudah mempersiapkan bekal, sudah mempersiapkan bekal pahala kebajikan untuk kebaikan semua insan di dunia ini, demi menyelamatkan semua makhluk. Bodhisattva dengan tingkat kesadaran spiritual yang tinggi sudah memiliki pemikiran seperti ini, mereka sepenuhnya turun demi menyelamatkan semua makhluk, maka kesadaran spiritual baru bisa meningkat.

Jika terpikir untuk membantu semua makhluk di alam bawah (enam alam), dan apabila semakin banyak yang dipikirkan maka akan semakin besar welas asih, maka kekuatan juga semakin besar, buah kesadaran juga semakin tinggi, bisa segera mencapai konsentrasi Zen tanpa halangan apapun. Pencapaian Tingkat kesadaran – zheng jing adalah kesadaran spiritual. Ketika kesadaran spiritual seseorang sudah tinggi, maka dia tidak akan memiliki halangan apapun. Contoh, sepasang suami istri, yang satu melafalkan paritta sedangkan yang satunya lagi tidak, orang yang melafalkan paritta memiliki kesadaran spiritual yang tinggi, dia sering melakukan perbuatan baik dan jasa kebajikan; sedangkan orang yang tidak melafalkan paritta akan menciptakan banyak halangan untuk mencegah orang lain melakukan perbuatan baik dan jasa kebajikan. Ketika kesadaran spiritual Bodhisattva sudah mencapai kesadaran dalam pembinaan – zheng xiu, maka bisa langsung menghilangkan halangan dan mencapai kesadaran dalam pembinaan. Bagaimana cara menghilangkan halangan? Jika kamu berdiri di atas sebuah rumah yang kecil, lalu rumah di depanmu lebih tinggi maka akan membuatmu tidak bisa melihat apapun yang ada di depan, ini yang dinamakan halangan, tidak bisa melihat merupakan suatu halangan. Ketika kamu mendaki sebuah puncak gunung yang sangat tinggi, maka tidak ada lagi halangan di depanmu. Dengan kata lain, kesadaran spiritualmu sudah mencapai tingkat yang sangat tinggi, maka yang berada di hadapanmu semua adalah dataran yang rata, seluruh halangan sudah tidak ada lagi. Apabila mampu melepaskan segalanya, maka semua kerisauan akan hilang, kesadaran spiritualmu dengan sendirinya akan meningkat, halangan sudah tidak ada lagi. Menghilangkan halangan, apabila bisa berdiri di tempat yang semakin tinggi, maka halangan akan semakin sedikit, dan kesadaran spiritual akan semakin tinggi, maka halangan di dalam kehidupan juga akan menjadi semakin sedikit, bisa berpikiran terbuka terhadap apapun, bisa melihat kebenaran terhadap apapun – “Oh, ternyata manusia begitu kecilnya”. Dari atas pesawat, jika kalian melihat rumah-rumah, mobil dan benda-benda lain yang berada di bawah, bukankah terlihat sekecil kecoak dan semut? Bukankah rumah-rumah terlihat seperti kotak korek api? Begitu kecilnya manusia. Karena kamu berada di langit yang tinggi, maka kamu baru bisa melihat betapa kecilnya manusia. Namun jika kamu berada di rumah, maka kamu masih mengira rumahmu sangat besar, merasa sangat bangga, namun dari langit yang tinggi terlihat sangat kecil seperti sekotak korek api, tidak ada apa-apanya. Kita harus berpikir dan berpandangan seperti ini, mengerti?

Kesadaran spiritual Bodhisattva tingkat tinggi adalah Prabhākarī-bhūmi atau“ming di – yang cemerlang”, “ming di – yang cemerlang” adalah terang cahaya, bersinar. Tingkat kesadaran spiritual Bodhisattva sangat tinggi, mata-Nya sangat jelas, sangat terang, semua bisa terlihat dengan sangat jelas, tidak peduli apapun yang kalian katakan, namun di dalam hati-Nya sangat terang, juga sangat jelas. Ketika sedang mendengarkan dan mengenal ajaran yang benar, mengenal atau “wen” di sini adalah wen dari “sheng wen yuan jue” Sravaka dan Pratyekabuddha. Mengenal dan mendengar adalah dua kaidah yang berbeda. Mengenal adalah membuka seluruh kebijaksanaanmu, dari mata yang melihat, telinga yang mendengar, dan lain-lain. Yakni membuka ketujuh lubang – qi qiao di muka (dua mata, dua telinga, dua lubang hidung dan mulut) yang ada pada dirimu, maka bisa mengeluarkan seluruh kebijaksanaanmu. Mengenal mengandung kebijaksanaan. Sudah bisa memahami prinsip kebenaran yang kamu katakan, ini dinamakan mengenal. Hari ini Master mengajarkan Dharma kepada kalian, jika kalian masih belum mengerti, maka ini dinamakan “mendengar”; jika memahami Dharma yang Master ajarkan, maka ini dinamakan “mengenal”, ini adalah dua pemahaman yang berbeda. Para Bodhisattva di tingkat Sravaka dan Pratyekabuddha seperti ini. Mengenal berarti pada dasarnya sudah memahami prinsip kebenaran, baru dikatakan mengenal.

“Merenungkan kebenaran Dharma” adalah pemikiran Bodhisattva yang memikirkan Alam Dharma. Alam Dharma adalah Alam Manusia yang sekarang kita katakan, kita sekarang berada di Alam Manusia, maka Dharma yang Bodhisattva maksud di sini merujuk pada dunia ini, disebut sebagai Alam Dharma. Sedangkan kita menyebutnya dunia. Apa yang dimaksud dengan“fa yi – kebenaran Dharma? Makna di sini sesungguhnya adalah tingkat kesadaran spiritual. Benda-benda yang kamu pikirkan, segala hal yang ada dalam pemikiranmu itulah kebenaran Dharma. Dengan kata lain sudah melampaui hal-hal pemikiran di Alam Dharma ini untuk membimbing pemikiran duniawi yang kamu miliki.

“Mengurai dan menyadari kebenaran”, berarti menyadari sesuatu yang dirimu anggap sebagai prinsip kebenaran. Yang ingin Bodhisattva urai adalah: adalah: sesuatu yang kamu anggap sebagai prinsip kebenaran, namun belum tentu adalah kebenaran yang sesungguhnya. Bodhisattva memiliki kewajiban untuk mengurai dan menyadari. Contoh ada sebagian pembina diri yang sangat keras kepala, walaupun kalian mengatakan sebagus apapun Pintu Dharma Master kepadanya, namun dia merasa dirinya sekarang sudah membina Pintu Dharma ini, saya sudah melafalkan paritta ini, saya bagaimana dan bagaimana, jika dia mengatakan yang ini sebagaimana bagusnya, berarti dia sudah berada di dalam, dia sudah merasa kalau ini yang benar, bahwa ini adalah kebenarannya, oleh karena itu dia akan bersikeras untuk mengejarnya. Seseorang bisa melakukan suatu kesalahan karena dia menganggap dirinya benar, maka dia baru berani melakukan. Walaupaun hari ini merasa tidak senang, memiliki prasangka terhadap orang ini, itu juga karena kamu merasa diri sendiri benar. Benar tidak? Dia merasa ini adalah prinsip kebenaran, namun Bodhisattva ingin membantumu menguraikan, membantumu menyadari, membantumu memahami bahwa apa yang kamu lakukan itu bukan prinsip kebenaran. Mengapa ada orang yang menekuni dan mempraktikkan Dharma, namun pada akhirnya malah menyimpang? Karena mereka mengira dirinya benar, mengira yang dipelajarinya sendiri adalah prinsip kebenaran, justru karena mengira diri sendiri benar, tentu saja jika memang benar, itu ada jasa kebajikan, namun jika menyimpang, maka akan menciptakan karma buruk yang baru. Inilah yang Master bahas di sini, bahwa kesadaran spiritual tingkat Bodhisattva adalah untuk mengurai dan menyadari kehidupan ini, membantu mengurai supaya kesadaranmu bisa terbuka.

“Demi Dharma melupakan raga”, demi membabarkan Ajaran Buddha Dharma lalu melupakan tubuh raga diri sendiri, berarti mengorbankan diri sendiri untuk menolong orang lain. Kemudian membina diri berdasarkan Dharma, harus mengikuti Ajaran Buddha Dharma untuk membina diri, kemudian memperluas pahala kebajikan. Mengapa Bodhisattva juga perlu memperluas membina pahala kebajikan? Bukankah pahala kebajikan termasuk benda duniawi? Mengapa sudah tiba di Alam Surga tetap harus membina pahala kebajikan? Karena pahala kebajikan ini berasal dari dunia manusia, jika kamu membina kesadaran spiritual Bodhisattva di Alam Manusia, ini seperti kita mau belajar sarjana tingkat yang mana, semua ada tingkatannya. Di dunia ini, kamu tetap bisa membina kesadaran spiritual tingkat Bodhisattva, namun masalahnya, apakah dirimu sanggup mencapainya? Apakah bisa membina diri dengan baik? Apabila tidak bisa membina kesadaran spiritual Bodhisattva dengan baik, mungkin saja di kehidupan selanjutnya akan terlahir kembali sebagai manusia. Karena tingkat kesadaran spiritual tidak sama, tingkat kesadaran spiritual yang kamu kejar terlalu tinggi, jika tidak berhasil maka kamu akan terjatuh ke bawah, bahkan kehilangan “gelar” yang paling dasar sekalipun. Ada banyak orang yang melafalkan “Amitabha” dan ingin pergi ke Alam Sukkhavati, melafalkan sampai akhirnya mengira dirinya sudah bisa pergi ke Alam Sukkhavati, mengira sebelum meninggal bisa menyebut nama Buddha Amitabha, maka Buddha Amitabha akan datang menjemput. Namun apabila sebelum meninggal, roh sudah meninggalkan tubuh, lalu tidak bisa berbicara, bahkan tidak memiliki pemikiran apapun, sudah kehilangan kesadaran, apakah masih bisa menyebut “Amitabha”? Ini karena halangan karma burukmu yang menghalangimu menyebut nama Buddha Amitabha. Halangan karma buruk ini adalah halangan dari masa lalu yang menghalangimu pergi ke Alam Sukkhavati. Karena kamu tidak menghapuskan seluruh halangan karma buruk ini ketika berada di dunia ini, oleh karena itu, kamu tidak bisa menyebut nama suci Buddha Amitabha saat menjelang ajal, supaya Buddha dan Bodhisattva bisa menjemputmu.

Yang dikatakan Buddha dan Bodhisattva bahwa melafalkan “Amitabha” menjelang ajal, itu ada syaratnya. Jika menjelang ajal, kamu berbahagia, tidak ada hutang karma juga tidak sakit, maka pada saat itu jika kamu menyebut nama Buddha Amitabha, kamu baru bisa pergi ke Alam Sukkhavati. Jika kamu melakukan banyak kejahatan, memiliki halangan karma buruk yang sangat berat, coba pikirkan saja, dengan menyebut nama Buddha Amitabha menjelang ajal lalu bisa pergi ke Alam Surga, itu mustahil. Jika demikian maka tidak ada yang namanya Hukum Karma. Jika halangan karma buruk sangat berat, hutang karma masih belum terlunasi, mana mungkin bisa naik ke atas? Ibarat, kamu di Sydney berhutang kepada orang lain lebih dari jutaan dolar, kemudian kamu melarikan diri, namun tidak peduli ke manapun kamu pergi, sulit untuk lepas dari jerat hukum. Master sekarang mengajarkan Xin Ling Fa Men kepada kalian supaya kalian bisa menghapuskan halangan karma buruk diri sendiri, melunasi seluruh hutang karma, baru bisa pulang kembali ke“rumah” (rumah di sini adalah Tanah Suci Buddha). Oleh karena itu, di dalam Sutra Amitabha tertulis: “Untuk terlahir di Tanah Suci Buddha, maka akar kebajikan, pahala kebajikan, dan jodoh nidana, satu pun tidak boleh ada yang kurang.”