40. Mengembangkan Bodhicitta, Mengembangkan Tiga Hati atau Pikiran Secara Menyeluruh 发菩提心,圆发三心

40. Mengembangkan Bodhicitta, Mengembangkan Tiga Hati atau Pikiran Secara Menyeluruh

Selanjutnya, saya akan membahas, bagaimana mengembangkan Bodhicitta? Banyak orang hanya tahu, saya harus mengembangkan Bodhicitta, lalu bagaimana untuk mengembangkannya?

Pertama, belajar untuk memedulikan semua makhluk, harus belajar memedulikan setiap orang, seperti “orang lain tenggelam, saya pun tenggelam”, dengan kata lain, sewaktu melihat orang lain terjatuh ke dalam air, harus merasa bagaikan diri sendiri yang jatuh ke dalam air; “orang lain kelaparan, saya pun kelaparan”, saat orang lain merasa kehausan dan kelaparan, harus merasa sama seperti diri sendiri yang kelaparan; “menguntungkan diri sendiri dan orang lain”, “memahami diri sendiri dan orang lain”, dengan kata lain, dalam melakukan hal apapun selalu bisa memahami kebenaran dan bersikap rasional, bisa membantu orang lain, membantu diri sendiri sama dengan membantu orang lain, membantu orang lain sama dengan membantu diri sendiri.

Yang kedua, bertoleransi terhadap semua makhluk, dengan kata lain, jika orang lain melakukan kesalahan, kamu bisa mentolerir dan memaafkannya, jangan membenci orang lain; “gunakan pikiran menyalahkan orang lain untuk menyalahkan diri sendiri”, berarti ketika ingin mengkritik orang lain, maka pertama-tama gunakan pikiran yang sama seperti ini untuk menyalahkan diri sendiri terlebih dahulu, seperti pepatah, “sebelum menyalahkan orang lain, salahkan dulu diri sendiri”; “gunakan pikiran memaafkan diri sendiri untuk memaafkan orang lain”, berarti dengan pikiran memaafkan diri sendiri, maafkanlah orang lain, jika dalam istilah masa kini, dikenal juga dengan berpikir dari sudut pandang lain. Kita harus bisa memaafkan orang lain, jika tidak bisa memaafkan orang lain berarti tidak memiliki kebijaksanaan, harus bisa memaafkan dan mentolerir orang lain, setiap orang bisa melakukan kesalahan, jika kamu mau mentolerir orang lain, maka orang lain baru bisa mentolerirmu, ini namanya balasan. (balasan karma)

Yang ketiga, belajar untuk mengendalikan diri sendiri, sering merenungkan kesalahan diri sendiri, belajar melupakan diri sendiri, belajar mengontrol diri sendiri, dengan sering memikirkan kesalahan yang dilakukan sendiri, maka kamu tidak akan bersedih, belajar melupakan diriku, berarti belajar melupakan diri sendiri, sering berpikir bahwa diri sendiri sesungguhnya tidak memiliki kemampuan apapun, “Saya sangat lemah, ini semua berkat kalian semua, jika tidak ada kalian, saya juga tidak akan bisa melakukannya dengan baik,”; “tidak mengingat kesalahan orang lain”, jangan mengingat kesalahan orang lain yang dulu pernah dilakukannya; “jangan berprasangka, tiada yang harus”, dengan kata lain, jangan memaksakan diri sendiri harus melakukan sesuatu hal, juga jangan menggunakan pemikiran ini, jangan memiliki pemikiran yang tidak seharusnya ada; “jangan keras kepala, tiada keakuan”, dengan kata lain, jangan keras kepala, juga jangan memiliki keakuan.

Yang keempat, sebagai seorang pembina pikiran, sebagai orang yang mengembangkan Bodhicitta, kita seharusnya memberikan kepercayaan diri dan sukacita kepada orang lain. Jika kamu bisa membawa sukacita kepada orang lain, membangkitkan rasa percaya diri orang lain, maka dirimu adalah Bodhisattva. Berdana melalui ucapan bisa memberikan kepercayaan diri kepada orang lain, membuat orang lain dipenuhi dengan sukacita Dharma, ini berarti meneladani Bodhisattva, lebih sering mengucapkan perkataan baik (memuji), kurangi mengucapkan perkataan buruk (menjelek-jelekkan/mengkritik), apabila bisa mengucapkan satu pujian, maka bisa mengurangi satu kritikan. Bersikap tulus terhadap orang lain, membawa kebaikan bagi orang lain, bersemangat membantu orang lain, membantu orang lain mencapai tujuannya, harus selalu membantu orang lain dengan ketulusan hati dan mewujudkan harapannya.

Mengembangkan tiga hati atau pikiran secara menyeluruh, seorang praktisi Buddhis harus memiliki tiga macam hati atau pikiran dari dalam lubuk hatinya:

  1. Ketulusan hati, 2. Maha welas asih, 3. Melimpahkan kebulatan hati. Ketulusan hati adalah benar-benar nyata dan tidak palsu, yaitu hati atau pikiran yang nyata tanpa kepalsuan apapun, berbicara hal-hal yang nyata, tidak ada kepura-puraan apapun. Kita harus menyikapi semua makhluk dengan ketulusan hati. Maha welas asih yaitu harus menggunakan segenap perasaan welas asih tanpa memandang jodoh untuk memedulikan semua makhluk, dengan hati yang maha welas asih membantu orang lain. Melimpahkan kebulatan hati, ini adalah hati atau pikiran yang menekuni dan mempraktikkan Dharma, adalah hati yang mulia. Untuk melimpahkan kebulatan hati, harus mengingat dua hal: yang pertama, “puluhan ribu kebaikan akan kembali menjadi satu”, segala perbuatan baik yang dilakukan, pada akhirnya akan kembali ke tempat yang sama. Yang dimaksud Master di sini adalah kembali menjadi jasa kebajikan, membuat semua perbuatan baik yang dilakukan menjadi jasa kebajikan. Yang satu lagi adalah bertekad menyelamatkan semua makhluk yang berperasaan, berarti diri sendiri bertekad untuk menyelamatkan kesadaran spiritual semua makhluk yang berperasaan, sedangkan makhluk-makhluk yang berperasaan di sini adalah makhluk-makhluk yang memiliki kasih sayang.

Apakah yang dimaksud dengan keberuntungan di dunia ini? Segala hal yang memang seharusnya didapatkan di dunia ini adalah keberuntungan; di mana hal-hal yang sesungguhnya tidak seharusnya kamu dapatkan, namun setelah dirimu berusaha keras dan kemudian mendapatkannya, ini bukan keberuntungan. Di dunia ini, segala hal yang memang sepantasnya kamu miliki dan kamu dapatkan, disebut sebagai keberuntungan, sedangkan segala hal yang tidak seharusnya kamu dapatkan, namun diperoleh setelah kamu memohon, maka ini bukanlah keberuntungan. Contoh, lotere, setiap hari kamu memohon, setiap hari kamu mengeluarkan uang untuk membelinya, setelah puluhan tahun sudah tak terhitung berapa banyak uang yang kamu habiskan, meskipun pada akhirnya kamu memenangkan hadiahnya, mungkin kamu malah diburu untuk dibunuh oleh orang lain, atau diculik orang lain, semua ini terjadi karena kamu mendapatkan apa yang tidak seharusnya diperoleh, maka ini bukanlah keberuntungan, ini adalah suatu kaidah pemahaman, juga sebuah konsep pemikiran, merupakan kebijaksanaan Bodhisattva. Kalian harus ingat, jangan pernah mengejar segala hal yang tidak seharusnya kamu dapatkan.

Lalu apakah yang disebut sebagai keberuntungan besar?  Seluruh benda-benda dan hal-hal yang bisa dinikmati disebut sebagai keberuntungan besar. Yang bisa dinikmati berarti benda-benda yang bisa kamu gunakan, yang bisa kamu miliki, yang disebut sebagai keberuntungan besar. Misalnya, uang yang sudah jelas tidak seharusnya kamu dapatkan, namun kamu merampasnya, menipu, dan mencuri untuk mendapatkannya, maka selanjutnya akan ditangkap oleh polisi, lalu menurut kalian, apakah ini adalah keberuntungan atau kemalangan?

Sekian pembahasan kita pada hari ini, akan dilanjutkan di pertemuan selanjutnya.