35. Meningkatkan Kesadaran Spiritual Diri, Membina Cahaya Bodhisattva
Pada hari ini, saya akan membahas tentang, bagaimana tingkat kesadaran spiritual seseorang bisa memasuki tingkat Rupaloka, ini sangat penting. Sesungguhnya, semua ini bisa dilakukan setelah seseorang membina diri sampai mencapai kesadaran spiritual tertentu, maka akan tercipta beberapa perubahan secara materiil, jika menggunakan bahasa masa kini, dikenal juga sebagai perubahan organik. Banyak orang mengetahui bahwa pembinaan diri adalah melatih medan aura kita. Contohnya, bermeditasi, melafalkan paritta, dan lain sebagainya, sesungguhnya semuanya adalah membina suatu qi atau energi, apabila benar-benar sudah membina diri sampai mencapai suatu tingkat kesadaran spiritual tertentu, maka bahkan energi qi ini, sudah tidak diperlukan lagi. Seperti, dalam kehidupan kita, jika dikatakan orang ini sudah tidak punya qi, qi di sini tidak merujuk pada qi atau nafasmu, melainkan suatu hawa qi dari Alam Kamaloka yang memang ada pada diri kita, yakni luapan energi atau hawa qi karena emosi dan marah-marah. Jika orang ini tidak marah, bukankah menurutmu, dia akan menjadi sama seperti Bodhisattva. Kekurangan terbesar seseorang adalah, karena dia tidak memiliki tempat untuk menyalurkan hawa qi ini, maka ketika merasa tidak senang, dia pasti ingin mengeluarkannya. Maka ketika sudah mampu melatih hawa qi ini, nantinya seiring dengan meningkatnya kesadaran spiritual seseorang, hawa qi ini sudah tidak akan ada lagi.
Ketika membina diri sampai suatu tingkatan tertentu, maka akan muncul suatu api energi – “kundalini”, energi ini bisa melancarkan peredaran titik energi di seluruh tubuh kita, banyak orang yang membina diri sampai pada akhirnya memiliki energi yin yang terlalu besar, itu karena mereka kekurangan energi kundalini ini. Ketika seseorang memiliki energi yin yang terlalu besar, maka dia akan mudah sakit, merasa tidak enak badan. Apabila dia sering berhubungan dengan dunia roh, maka dia akan melihat banyak hal-hal dalam dunia roh, dan semakin lama yang terlihat akan menjadi semakin banyak.
Master beritahu kalian, tubuh kita harus memiliki semacam energi kundalini, yakni sekumpulan cahaya. Cahaya ini sangat penting, ke mana pun cahaya ini pergi, dia bisa melancarkan peredaran energimu, karena dia adalah sekumpulan cahaya, yang bisa berubah menjadi sekumpulan api energi yang bisa melancarkan peredaran energi (dari titik akupuntur pada tubuh kamu). Sedangkan hawa qi kamu tidak bisa menembus nadi kamu, dengan kata lain tidak bisa melancarkan nadi kamu, maka peredaran nadi dan darahmu akan tersumbat oleh hawa qi kamu, ini seperti yang sering dikatakan orang-orang, “peredaran hawa qi yang tidak lancar.” Ketika peredaran energimu tidak lancar, maka sesungguhnya ini berarti hawa qi tersumbat di daerah jantung kamu, hawa qi bisa sering menyumbat banyak bagian pada tubuhmu, termasuk darahmu, pembuluh darah dan lainnya. Inilah mengapa, ketika seseorang marah, maka tubuhnya akan menjadi tidak sehat dan terasa tidak nyaman, jika hawa qi kamu tidak digunakan dengan baik, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Contoh, banyak orang yang melatih energi qi, jika tidak berlatih dengan baik, maka seketika itu juga dia bisa meninggal, ada juga orang yang berlatih energi qi dengan tidak benar, maka malah terjadi penyimpangan. Oleh karena itu, orang-orang yang berlatih energi qi jika tidak hati-hati, bisa tiba-tiba kakinya bermasalah, atau tiba-tiba tidak bisa berpikir dengan jernih, atau stroke di bagian otak, atau melatih diri sampai pada akhirnya malah tumbuh banyak benda-benda asing di tubuhnya.
Saya beritahu kalian, hawa qi bisa menyumbat peredaran energi kalian, oleh karena itu jangan melatih energi qi, sedangkan untuk melancarkan peredaran energi, kita harus melatih suatu cahaya, yang sesungguhnya adalah cahaya dan panas. Kekuatan ini diperoleh dalam menekuni dan mempraktikkan Dharma, yakni melatih suatu medan aura sesuai arahan Master, yakni energi kundalini. Energi kundalini bisa membuat pembuluh darahmu berubah menjadi merah, karena setelah sekumpulan energi ini melancarkan peredaran nadi kamu, maka nadi kamu akan berubah menjadi merah. Ini sangat simpel, ketika Master memimpin kalian untuk memberi hormat kepada Buddha dan Bodhisattva, apakah tubuh kalian terasa sangat panas? Ini berarti peredaran energi kalian menjadi lancar, yang Master gunakan bukanlah suatu hawa qi, melainkan adalah suatu cahaya. Pada masa yang sebelumnya, kita akan menyebutnya sebagai energi atom, sedangkan sekarang disebut sebagai kecepatan cahaya, terdiri dari susunan molekul, dengan kata lain, atom sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sekarang. Ini seperti orang barat mengobati penyakit, hanya bisa mengobati hal-hal yang terlihat kemudian menyembuhkannya melalui operasi, sedangkan orang Tiongkok mengutamakan titik akupuntur, apakah bisa terlihat? Akan tetapi titik-titik ini benar-benar ada, oleh karena itu, orang Tiongkok mengobati penyakit seseorang, dengan menyembuhkan yang terlihat di permukaan sekaligus sampai ke akar penyakitnya.
Ketika kalian sudah membina diri sampai mencapai suatu tingkat kesadaran tertentu, sesungguhnya akan muncul suatu energi panas pada tubuhnya, sedangkan energi panas ini bisa membuat nadi pembuluh darah dan energimu berubah menjadi merah, kemudian membuat kamu menjadi tenang, kekuatan energi panas ini bisa menenangkan dirimu. Contoh sederhana, kalian menyembah Buddha dan Bodhisattva bersama Master, Ac tetap menyala, namun seluruh tubuh kalian terasa panas. Biasanya ketika seseorang merasa panas, dia akan sangat mudah marah, mudah merasa tidak senang, akan tetapi mengapa saat kita sedang menyembah Buddha dan Bodhisattva, kalian berdiri di sana malah menjadi sangat tenang? Karena energi yang sebenarnya ada pada diri kalian muncul keluar, kekuatan energi ini bisa menjalar ke seluruh tubuhmu, ini adalah kekuatan cahaya yang kita perlukan setelah mempraktikkan Dharma dan melafalkan paritta. Misalnya, di dalam tempat yang sangat gelap, begitu kamu menyalakan api, bukankah akan menjadi terang, bukankah api merupakan sekumpulan cahaya? Dengan kata lain, pada mulanya kita harus membina energi api kundalini diri sendiri, membina sumber energi diri sendiri, sedangkan sumber energi ini sampai pada suatu waktu tertentu akan berubah menjadi sekumpulan cahaya, cahaya yang berwarna merah dan terasa sangat hangat, ketika dia memenuhi seluruh titik energi pada tubuhmu, maka akan terlahir suatu cahaya, sedangkan cahaya ini adalah cahaya penerangan, cahaya ketenangan. Contoh, kamu di sana panik dan marah-marah, tiba-tiba kamu melihat secercah cahaya datang, kamu bisa merasakan Guan Shi Yin Pu Sa datang, maka kamu akan segera menjadi tenang. Bodhisattva adalah cahaya, sedangkan cahaya ini bisa menyinari seluruh tempat, cahaya ini bisa membuat kamu menjadi tenang. Cahaya matahari juga bisa menyinari segala benda, akan tetapi sumber energi cahaya seperti ini, ada yang bersifat “yin”, ada juga yang bersifat “yang”, oleh karena itu, saat malam hari, cahaya ini akan menghilang.
Ketika kamu sudah mampu membina energi cahaya seperti ini, maka selama 24 jam dia akan selamanya beredar di dalam tubuhmu, dia bisa membantu kamu melancarkan peredaran energi pada tubuhmu. Inilah mengapa banyak orang yang membina pikiran dan memiliki pemikiran yang benar, tidak akan sakit, tidak akan menyimpang dan masuk ke jalan iblis, sedangkan orang yang tidak berpemikiran benar mudah tersesat ke jalan iblis, selain itu pada saat yang sama, juga mudah sakit.
Master akan menjelaskannya dari pandangan fisiologis, dari segi temperamen, ketika kamu bisa membina energi api kundalini ini, maka berarti kesadaran spiritual kamu sudah mencapai tingkat Rupaloka. Kalian semua tahu, Alam Kamaloka, Alam Rupaloka, dan Alam Arupaloka. Ketika sudah memasuki kesadaran spiritual Rupaloka, maka orang ini pasti bisa mengendalikan dirinya sendiri, bisa menggerakkan cahaya ini di dalam tubuhnya, dan selamanya cahaya ini akan menyinari kamu, dari mana cahaya ini berasal? Yakni dari membina pikiran, melafalkan paritta, melakukan kebajikan, melakukan jasa kebajikan, dan lain sebagainya. Ketika jasa kebajikan seseorang sudah terkumpul sampai suatu waktu tertentu, maka energi api kundalini akan keluar dengan sendirinya, menggunakan cahaya Buddha untuk mengendalikan nafsu keinginan diri sendiri, menggunakan cahaya Buddha untuk menghapuskan ketamakan, kebencian, dan kebodohan spiritual pada diri sendiri. Energi api kundalini bisa diartikan sebagai cahaya jiwa dan cahaya di luar tubuh kita, dengan kata lain, setelah energi kundalini akan membentuk suatu cahaya, maka sesungguhnya cahaya ini adalah cahaya jiwa pada dirimu sendiri, inilah mengapa ketika kesadaran spiritual seseorang sudah mencapai suatu tingkatan tertentu, maka akan muncul lingkaran cahaya di kepalanya.
Sekarang Master akan membahas tentang kesadaran spiritual tingkat tinggi, meskipun kesadaran spiritual kalian sudah mencapai tingkat Rupaloka, namun sesudahnya kalian harus memahami pentingnya kasih bahagia, rasa Dharma dan terang pencerahan. Kasih bahagia adalah kebahagiaan, yang penuh dengan welas asih. Rasa Dharma adalah sepenuhnya mengikuti dan menaati samadhi dari Ajaran Buddha Dharma Bodhisattva, dalam praktiknya, segala hal yang kamu lakukan adalah apa yang akan dilakukan oleh Bodhisattva. Terang pencerahan tercapai, karena apapun yang kamu lakukan adalah pekerjaan Bodhisattva, dan semuanya dipenuhi dengan welas asih dan cinta kasih, maka dirimu sendiri akan merasa sangat bahagia. Apakah terang pencerahan? Ada cahaya baru bisa menjadi terang, kita baru bisa melihat. Jika tidak ada cahaya bagaimana bisa menjadi terang? Kita harus mengandalkan cahaya sendiri untuk meneranginya.
Sekarang saya akan membahas tentang Alam Arupaloka, Alam Arupaloka adalah tubuh kekosongan, adalah Alam Surga yang bersifat kosong, bahkan tubuh dan jiwa penghuninya amat sangat bersih. Banyak orang mengatakan, membawa karma dan terlahir di Alam Sukhavati, mengapa bisa terlahir kembali ke alam yang lebih baik dengan membawa karma? Kalau begitu apakah yang melakukan karma buruk juga tetap bisa naik ke atas? Yang dimaksud dengan terlahir kembali dengan membawa karma adalah orang-orang yang pernah melakukan karma buruk sebelumnya, atau pernah berdosa. Sekarang mereka sedang menjalani pembinaan diri, bertobat atas kesalahan dan dosanya, mereka baru bisa membawa karma buruk yang sangat ringan dan terlahir di Alam Surga. Contohnya, dia pernah menyakiti orang lain, namun sekarang dia sudah berubah, dia terus membina pikiran dan melafalkan paritta, melakukan perbuatan baik, maka saat menjelang ajalnya, dia akan membawa hutang karma yang sedikit dan terlahir ke alam yang lebih baik. Bagaikan sebuah baju yang kotor, meskipun sudah dicuci berkali-kali, masih tetap akan ada nodanya, namun baju ini tetap adalah baju yang bersih. Bodhisattva berwelas asih, terlahir di Alam Surga dengan membawa karma, adalah seseorang yang memiliki karma buruk yang sangat ringan sekali, namun bukan ketika kamu memahaminya (bahwa perbuatan ini salah) lalu tetap melakukan karma buruk ini, dan baru bertobat menjelang ajalnya, maka dia tidak akan bisa naik ke atas. Ini adalah masalah definisi (pemahaman), apakah kalian bisa memahaminya? Ajaran Buddha Dharma mengatakan, lautan penderitaan tiada batasnya, jika berbalik baru bisa melihat tepian pencerahan. Mengapa karma dan balasan karma senantiasa menyertai kita bagai bayangan, selain itu balasan karma untuk saat ini sudah lebih dipercepat, logikanya sesederhana itu saja.
Meskipun jiwa seseorang sudah mencapai kesadaran spiritual Buddha Amitabha, akan tetapi di dalam jiwa ini tetap masih tersisa beberapa kesalahan yang pernah kamu lakukan, contohnya, kamu dulu pernah membunuh makhluk hidup, atau memfitnah orang lain sampai membuatnya meninggal, maka halangan karma buruk ini juga akan mengikuti tubuh kekosongan kamu memasuki jiwa dan tubuhmu. Jiwamu diibaratkan sebagai sebuah awan putih, tiba-tiba masuk sedikit awan hitam ke dalam awan putih ini, dia akan terkadang nampak dan terkadang tidak nampak di dalam awan putih tersebut, perumpamaan ini seperti di dalam keseluruhan jiwamu, ada sebagian kecilnya masih memiliki dosa karma, namun secara garis besar, tetap terlihat seperti sebuah awan putih. Para ilmuwan pernah melakukan penelitian, mereka mengambil sedikit awan di langit untuk diteliti, awan tersusun dari bola-bola air yang kecil, namun benda-benda ini semuanya memiliki bobot. Ketika Awan hitam yakni halangan karma burukmu memasuki “awan putih” kamu, maka dia akan menambah berat bobotmu, sedangkan bongkahan awan hitam ini kadang muncul kadang hilang, dengan kata lain saat kamu sampai di tujuh kolam pusaka di Alam Sukhavati, lalu mencucinya dengan air delapan kebajikan di dalamnya, setelah tercuci bersih, maka untuk sementara waktu tidak akan ada lagi noda hitam, akan tetapi tidak lama kemudian pelan-pelan akan terlihat perbedaan warnanya, apakah kalian mengerti?
Ketika batin kamu ternoda, sewaktu halangan karma buruk tersimpan di dalam kesadaran alaya kamu, maka selamanya karma buruk ini tidak akan bisa dihilangkan, hanya ada satu cara untuk menghilangkannya, yakni setelah kamu sepenuhnya tersadarkan (mencapai pencerahan), sesudah bebas dari tumimbal lahir enam alam, sepenuhnya membina dan mempraktikkan Ajaran Buddha Dharma, maka seiring dengan berjalannya waktu, lambat laun kamu baru bisa menjadi bersih suci. Namun, ini sangat sulit. Seperti kalian pernah melakukan kejahatan, apakah sekarang kalian bisa melupakannya? Setelah kalian menekuni dan mempraktikkan Dharma, asalkan kalian teringat akan hal tersebut, maka kamu akan menjadi sangat membenci diri sendiri. Seperti banyak umat di internet yang mengatakan, setelah saya mengikuti Master menekuni Dharma, saya baru menyadari ternyata saya memiliki begitu banyak kekurangan, bagaimana diri saya melakukan begitu banyak kesalahan? Bahkan tidak berani mengatakan kesalahan yang pernah dilakukannya, mengapa begitu? Karena dia sendiri sudah merasakan keberadaan halangan karma buruk pada dirinya sendiri, maka dia baru bisa merasakan hal ini, akan tetapi banyak orang masih menciptakan karma buruk yang baru, yang lama belum hilang, sudah kembali melakukan yang baru, bagaimana mungkin bisa “dicuci” dengan bersih?