30. Benar-benar Memahami Ajaran Buddha Dharma, Menjadi Bodhisattva di Alam Manusia
Semua manusia biasa yang kesadaran spiritualnya sudah memasuki tingkatan Rupaloka dan Arupaloka, disebut sebagai “Dewa/ Dewi” oleh manusia biasa, mereka memiliki tingkat kesadaran spiritual yang sangat tinggi, juga kekuatan konsentrasi pikiran yang sangat tinggi, bahkan bisa dibilang luar biasa tinggi. Apa yang dinamakan kekuatan konsentrasi yang luar biasa tinggi? Yaitu mereka memiliki kekuatan konsentrasi untuk duduk atau berdiri diam dalam waktu yang lama, di dunia ini, perwujudan seorang Bodhisattva adalah: Bagaimanapun kamu memperlakukan mereka, namun mereka tetap bergeming, tetap seperti itu, mereka memiliki kekuatan konsentrasi dan kesadaran spiritual yang luar biasa tinggi, orang seperti ini akan selalu berpikiran terbuka, tidak akan bertengkar, tidak akan marah-marah, tidak akan merasa cemburu, dan lain sebagainya. Tingkat kesadaran spiritual mereka sudah meninggalkan tumimbal lahir enam alam, sudah melampaui tingkat kesadaran spiritual Alam Arupaloka, dan mampu menggunakan tubuh perubahan Bodhisattva untuk menyadarkan semua makhluk. Mengapa? Karena di Alam Bodhisattva, mereka menggunakan tubuh perubahan Bodhisattva, dengan kata lain tingkat kesadaran spiritual praktisi ini sudah melampaui tingkat Rupaloka dan Arupaloka, dia sudah memiliki tubuh perubahan (tubuh perwujudan) Bodhisattva. Contoh lainnya, di dunia ini kita sering mengatakan XXX adalah Bodhisattva, namun sesungguhnya yang dimaksud di sini adalah tingkat kesadarannya sudah mencapai tingkatan Bodhisattva, semua adalah tubuh perubahan Bodhisattva, yang menjelma menjadi tubuh Bodhisattva, dan pencapaian Bodhisattva.
Ada banyak orang bertanya, mengapa Bodhisattva tidak menikmati kebahagiaan di Surga malah turun menderita di dunia ini untuk menolong manusia? Tahukah kalian mengapa? Karena kalian di Alam Manusia membangkitkan kesadaran spiritual manusia, dan memiliki satu tempat pembinaan di dunia ini, maka ketika kembali ke Surga nantinya, kalian akan memiliki tanah suci di sepuluh penjuru. Di Alam Surga, Guan Shi Yin Pu Sa adalah Buddha (Nan Hai Gu Fo) dan Bodhisattva (Guan Shi Yin Pu Sa), mengapa Beliau masih mau turun menyelamatkan semua makhluk? Karena setiap tekad hatinya, setiap tempat pembinaannya di dunia ini, maka di Alam Surga akan ada satu tempat suci yang sama. Contohnya, Gunung Putuo adalah tempat pembinaan Guan Shi Yin Pu Sa di dunia, maka di Alam Surga juga ada sebuah tanah suci milik Guan Shi Yin Pu Sa yang sama seperti Gunung Putuo.
Dalam Sutra Buddha ada satu kalimat yang berbunyi: “Begitu mengucapkan ‘Amitabha’, dan terus melafalkannya sampai pada akhirnya akan menumbuhkan sekuntum bunga teratai di dalam Kolam Tujuh Pusaka dengan Air Delapan Jasa Kebajikan di Alam Sukhavati.” Master hari ini di Dong Fang Tai (2OR Australia Oriental) memiliki tempat pembinaan seperti ini, maka di Alam Surga, Master juga memiliki tempat pembinaan yang sama. Oleh karena itu, kalian harus belajar baik-baik, baik dalam berperilaku sebagai manusia maupun menjadi Buddha, kalian harus memiliki sebuah tekad, dengan memiliki tekad, baru bisa turun ke dunia untuk menolong semua makhluk, dan menyempurnakan jalan Kebuddhaan. Ingatlah, semakin besar tanah Buddha yang kalian garap di dunia ini, maka semakin besar buah pembinaan yang akan tumbuh, maka tentu saja, buah kesucian atau kedudukan kalian di Alam Surga akan menjadi semakin tinggi. Contoh, hanya dengan melakukan banyak jasa kebajikan, jasa kebajikanmu baru bisa menjadi banyak; dengan banyak melakukan perbuatan baik, kamu baru bisa memiliki sebuah hati yang baik; lebih sering memikirkan orang lain, maka orang lain baru akan memikirkan untukmu, baru bisa menyempurnakan jasa kebajikanmu. Ada banyak orang yang hanya memikirkan diri sendiri, tidak mau berkorban, bagaimana mungkin dia bisa memiliki jasa kebajikan? Oleh karena itu, buah kesucian ini hanya bisa dibina dengan mengandalkan pada diri sendiri.
Kalian harus menggunakan tubuh balasan baru bisa menyempurnakan tanah suci Buddha diri sendiri, baru bisa membuahkan hasil di tanah suci Buddha. Tubuh balasan adalah tubuh kita sekarang ini yang menerima balasan karma. Kebaikan dibalas dengan kebaikan, kejahatan dibalas dengan kejahatan, balasan ini bukan dibalaskan ke jiwamu, melainkan dibalaskan pada raga badaniahmu di dunia ini. Selama kamu memiliki tubuh balasan ini, maka Anda pasti harus menerima balasan karma ini. Di dunia ini, jika kamu melakukan perbuatan baik, maka akan menerima balasan yang baik; jika melakukan perbuatan jahat, maka akan menerima balasan yang buruk, semua karena bibit karma yang kamu tanam di tanah ini, maka kamu harus menanggung balasan karmanya. Contohnya, di tempat pembinaan Master ini, jika yang ditanam semuanya adalah bibit karma baik, maka jasa kebajikan dan buah karma yang akan Master terima, akan dibalaskan di atas tanah ini (tempat pembinaan ini). Oleh karena itu, jangan pikirkan apapun, baik-baiklah berjalan maju ke depan selangkah demi selangkah, jangan melakukan kesalahan, ketika sudah tiba saatnya kamu mencapai kesempurnaan, maka dengan sendirinya kamu akan mencapai penerangan. Ini sama seperti, sewaktu nasi ini belum matang, jika kamu memakannya, maka kamu hanya akan menyantap nasi mentah, kamu harus menunggu sampai nasi yang dimasak ini matang baru bisa dimakan, baru harum aromanya, logikanya sama dengan Ajaran Buddha Dharma.
Ada orang yang bertanya kepada Master, apabila Bodhisattva yang sesungguhnya, apakah bisa menggunakan kesaktiannya (kekuatan Dharma) untuk menghukum orang? Jika orang jahat, maka boleh begitu. Akan tetapi inti masalahnya adalah kamu harus memiliki pikiran yang benar, bukan pikiran yang sesat. Bodhisattva menolong semua makhluk dengan welas asih, namun Dewa Pelindung Dharma pasti akan menghukum orang-orang jahat. Contohnya, hari ini kamu mengalami penderitaan atau mendapatkan hukuman, ini pasti karena bibit karma buruk yang kamu tanam; jika hari ini kamu menikmati sesuatu yang menyenangkan, pasti karena kamu sudah menanam bibit karma baik. Tidak peduli bibit karma apapun itu, kamu hanya bisa menerimanya dengan tenang. Ada banyak orang mengatakan: “Saya tidak terima, ini tidak adil”, apanya yang tidak adil? Apakah kamu bisa melihat kehidupanmu yang sebelumnya? kamu telah melakukan kejahatan di kehidupan yang lalu, sedangkan orang lain mendanakan Dharma di kehidupan sebelumnya, ada banyak hal yang tidak bisa kamu lihat di kehidupan ini. Sewaktu kamu mengalami penderitaan, lalu dirimu akan merasa tidak adil, namun jika orang lain yang mengalaminya, mengapa kamu malah merasa sangat senang? Apakah ini adil?
Di dalam kesepuluh alam Dharma, alam yang ketujuh sudah terbebas dari tumimbal lahir enam alam, kalau begitu apakah ada Bodhisattva di dalam enam alam ini? Di dalam enam alam ini tentu saja ada Bodhisattva, contohnya ada Bodhisattva yang terlahir kembali ke Alam Manusia karena tekadnya, maka dia akan memiliki tubuh perubahan dan tubuh Dharma. Saya beritahu kalian, ada Bodhisattva di setiap alam, namun sampai di alam ketujuh, semuanya sudah tidak sama, karena sudah terbebas dari tumimbal lahir enam alam. Bodhisattva adalah mencapai kesadaran, ketika kamu sudah mencapai kesadaran, maka kamu sudah menjadi Bodhisattva, kalian harus bisa memahami logika-logika ini. Alam kedelapan adalah alam Pratyekabuddha, alam kesembilan adalah Alam Bodhisattva, Bodhisattva di alam ini adalah Bodhisattva yang Maha Welas Asih dan Maha Bijaksana, sampai di alam kesepuluh, yang juga merupakan tingkat kesadaran tertinggi, adalah Alam Buddha, semua alam ini disebut juga sebagai enam alam fana dan empat alam suci.
Master sudah membicarakan banyak hal pada kalian, bahwa kita harus memiliki tubuh perubahan untuk memiliki jasa kebajikan, dengan begitu seseorang baru bisa memiliki pencapaian dengan tubuh Dharmanya. Tubuh perubahanmu sudah sama seperti Bodhisattva menyelamatkan kesadaran spiritual semua makhluk, maka tubuh Dharmamu di Alam Manusia baru bisa menjadi Bodhisattva, dengan kata lain kamu memiliki jiwa yang sangat bersih, karena tubuh perubahan adalah jiwamu, jiwamu sudah mencapai (memiliki) kebijaksanaan Buddha dan Bodhisattva, maka tubuhmu ini adalah Buddha dan Bodhisattva.
Jika tubuhmu tidak melakukan kejahatan, itu karena jiwamu tidak ingin melakukannya, maka tubuhmu pasti juga sangat bersih. Ketika tubuh seseorang ingin melakukan suatu perbuatan buruk, maka jiwanya pasti juga kotor. Contohnya, orang ini mencuri, pasti karena pemikirannya tergerak terlebih dahulu, pasti karena otaknya berpikir seperti itu, makanya tubuhnya baru bisa bertindak. Ketika kebijaksanaan seseorang sudah mencapai suatu tahap tertentu, dia tidak akan memikirkan apapun, segala hal tidak lagi menjadi masalah, maka dia tidak akan lagi memiliki penderitaan; sebaliknya, ketika kamu masih memikirkan dan mempedulikan segala hal, maka kamu akan menderita. Jika konsep pemikiran, pemahaman, dan jiwa seseorang sudah terbina menjadi Bodhisattva, maka perilaku dan kehidupannya adalah Bodhisattva. Ketika kamu masih belum bisa membina tubuh perubahan diri sendiri, maka tubuh Dharmamu pasti bukan Bodhisattva.
Selanjutnya, Master akan membahas tentang, kebijaksanaan Buddha, kebijaksanaan Buddha dan Bodhisattva. Meskipun seseorang menggunakan segala kepintarannya, untuk memenuhi segala pemikirannya, juga tidak akan setara dengan kebijaksanaan Buddha dan Bodhisattva. Master akan memberi kalian satu contoh: Seekor gajah berjalan ke laut untuk minum air, perut gajah begitu besar, bisa minum banyak air, namun coba kalian pikirkan, sebesar apapun perut gajah, apakah bisa meminum habis seluruh air di laut? Ajaran Buddha Dharma sebesar kabut dan lautan, sebanyak apapun yang kalian pelajari, apakah kalian bisa mempelajari Dharma sampai habis? Sama saja, seperti seekor nyamuk yang menghisap darah, juga minum air, nyamuk pergi minum air di laut, pertama, perbedaan gajah dan nyamuk sudah sangat besar, namun air yang nyamuk minum apakah sama dengan air yang gajah minum? Apakah keduanya adalah pengertian yang sama? Adalah satu pengertian yang sama, karena keduanya sama-sama kenyang. Ada sebagian orang yang menekuni Dharma sangat banyak bagaikan gajah minum air, sudah mempelajari banyak Ajaran Buddha Dharma; ada juga sebagian orang yang menekuni Dharma seperti nyamuk minum air, hanya meminum sedikit, namun mengira sudah mempelajari semuanya. Sedangkan kalian baru saja “minum” begitu sedikit air, sudah merasa kenyang, karena perut kalian sudah merasa kenyang. Sesungguhnya, bila dalam Ajaran Buddha Dharma dikatakan, Dharma begitu banyaknya namun kamu hanya mempelajari begitu sedikit, bagaimana mungkin bisa cukup? Ajaran Buddha Dharma tidak ada habisnya, tidak ada batasnya, bagaimana mungkin kamu bisa habis mempelajarinya?
Bagaimana kamu mempelajari Ajaran Buddha Dharma? Ada satu cara, kamu bisa mempelajari seluruh Ajaran Buddha Dharma secara garis besar. kamu bisa berpikir begini, karena air laut ini memang milikmu, maka kamu adalah Buddha dan Bodhisattva, hanya ketika kamu adalah Buddha dan Bodhisattva, kamu baru bisa memiliki begitu banyak sumber mata air Buddha, karena kamu sudah memahami semua material yang terkandung di dalam air ini, dia memiliki berapa banyak molekul, berapa banyak mineral, berapa banyak karbohidrat dan lain-lain. Apabila kamu sudah memahami semuanya, maka air ini sampai di tempat kamu dengan sendirinya akan menjadi milikmu. Namun jika kamu tidak tahu apa-apa, meminum satu teguk air laut, kemudian berkata: “Mengapa air ini asin?” Padahal sesungguhnya, air laut memang asin. Ini seperti banyak orang yang menekuni Ajaran Buddha Dharma, mengulum permen di mulutnya, lalu minum air laut, dan bertanya-tanya, mengapa air laut rasanya manis? Inilah mengapa, menekuni Dharma sampai pada akhirnya, setiap orang memiliki pemikirannya sendiri, setiap orang memiliki medan pembinaannya sendiri, setiap orang tidak sama dalam membabarkan Dharma, semuanya menganggap dirinya adalah ajaran Dharma yang benar, secara ekstrim mengira dirinya sendiri adalah ajaran Dharma yang benar, dan yang lainnya adalah aliran sesat. Master tidak pernah membenarkan atau menyalahkan Pintu Dharma lain, Master hanya memberitahu kalian untuk mengikuti Guan Shi Yin Pu Sa, semua yang Master katakan, jika kalian bisa mengukurnya dengan menggunakan pikiran Buddha, maka yang kalian terima adalah ajaran Dharma yang benar.
Mengapa sesuatu yang benar bisa diterima oleh semua orang? Karena sesuatu yang benar akan terhubung dengan sifat dasarmu, membuat sifat dasarmu bisa menerimanya, sedangkan penerimaan ini amat sangat penting. Contohnya, menekuni Dharma apakah boleh memohon kekayaan? Apakah menekuni dan mempraktikkan Dharma boleh menerima uang orang lain? Menekuni dan mempraktikkan Dharma apakah harus menolong kesadaran spiritual semua makhluk? Sekarang, ada berapa banyak praktisi Buddhis yang bisa pergi dan menguraikan Ajaran Buddha Dharma kepada orang-orang? Jika kamu bertanya kepada mereka, mereka juga tidak akan bicara banyak, padahal sesungguhnya yang mereka pelajari juga tidak sedikit, akan tetapi walaupun mereka sudah mempelajarinya, juga belum tentu bisa mengatakannya, ini tidak bisa menyalahkan mereka, karena ini adalah masalah pemahaman, mengerti?
Ingatlah, kita menekuni Ajaran Buddha dan mempraktikkan Dharma, berarti meleburkan diri kita ke dalam lautan Buddha, coba kalian pikirkan, bukankah lautan ini adalah milikmu? Kalau tidak maka kamu akan seperti “Capung yang menyentuh air”, hanya setitik lalu berhenti, lalu masih mengira kalau diri sendiri sudah “melahap” sampai kenyang, merasa kegirangan. Padahal yang didapatkan masih terlalu sedikit, Ajaran Buddha Dharma terlalu dalam, yang kamu pelajari hanya sedikit bagian di luarnya saja. Ada satu pribahasa yang berbunyi, “orang buta yang meraba gajah”, orang buta tidak pernah melihat gajah, lalu pergi meraba gajah, ketika menyentuh hidung gajah, dia berkata, bahwa gajah itu bentuknya panjang. Orang buta yang satunya meraba perut gajah, lalu berkata: tidak benar, gajah itu bulat dan empuk, seperti bola karet. Coba kalian pikirkan, yang mereka pikirkan hanyalah sedikit bagian dari Ajaran Buddha Dharma yang mereka kenal, sedangkan mereka masih belum bisa memandang suatu permasalahan dalam pandangan berskala besar. Menggunakan istilah masa kini, dinamakan pandangan berskala besar, dengan kata lain adalah memandang suatu hal secara menyeluruh. Menekuni dan mempraktikkan Ajaran Buddha Dharma harus bisa melihat sesuatu hal secara menyeluruh, bukan hanya sebagaian saja.
Tubuh balasan Buddha, dengan kata lain orang ini di dunia ini, sudah memiliki kebijaksanaan Buddha. Dia harus memiliki kesabaran dan ketabahan Buddha dan Bodhisattva, Master selalu menahan hinaan dan selalu tekun, kalian jangan karena melakukan sedikit hal, lalu orang lain sedikit menyalahkan kalian, lalu kalian merasa sedih, tidak terima. Kalian harus belajar bersabar dan tabah, ingatlah, setiap orang pasti akan dikritik orang lain, kamu sudah mengerjakan dengan benar, orang lain tetap akan mengkritikmu; kamu melakukan kesalahan, orang lain akan lebih menjelek-jelekkanmu; Walapun kamu tidak mengatakan apapun, orang lain tetap akan mengkritikmu, ini adalah “fenomena masyarakat” zaman sekarang. Kita harus menghadapinya dengan lapang dada, dikritik ya biarkan saja, apa yang perlu dipusingkan, ketika kamu sendiri benar, maka setelah mengkritikmu, orang itu akan menyesal, nantinya dia akan bersikap baik terhadapmu. Jika kamu memang hebat, maka jangan teruntuhkan oleh kritikan orang lain, ini tandanya kamu itu benar; jika kamu ambruk setelah dikritik orang lain, “saya tidak mau melakukannya lagi”, ini berarti kamu sudah menyerah, berarti kamu sudah terpengaruh oleh perkataan orang lain. Dari dulu sampai sekarang, siapa yang tidak pernah dikritik orang lain? ada banyak pemimpin besar yang piawai dengan etiket sebaik apapun, tetap saja ada orang yang menjelek-jelekkannya. Kita harus selalu siap mental untuk dikritik orang lain, orang lain mengkritik kamu berarti memberimu kesempatan, membuatmu semakin maju. Jika tidak ada orang yang mengkritikmu, maka kamu tidak akan bisa berkembang. Jika Master tidak mengkritik kalian, bagaimana mungkin para murid bisa berusaha keras tekun memajukan dirinya?
Selamanya jangan pernah lupa bahwa diri kita sendiri juga adalah Buddha, diri sendiri adalah Buddha, baru bisa berperilaku sama seperti Buddha; jika tidak memiliki pikiran yang benar, maka tidak akan bisa menjadi Buddha. Master beritahu kalian, tubuh balasan Buddha adalah Buddha di dunia, adalah bentuk kenikmatan dari konsentrasi yang benar. Seseorang yang bisa menenangkan dirinya dan memusatkan pikirannya, selain itu memiliki pikiran yang sangat benar, maka ini dinamakan menikmati konsentrasi yang benar. Hanya ketika seseorang sangat positif, pikirannya bisa tenang dan terpusat, orang ini baru bisa memiliki kenikmatan yang sesungguhnya, sebenarnya yang dinikmatinya adalah kesadaran spiritual. Contohnya, orang yang memiliki kesadaran spiritual yang tinggi, dengan membantu orang lain, maka dia sendiri akan merasa senang, karena ketika seseorang sudah mencapai kesadaran spiritual ini, dia baru bisa menikmatinya; sama halnya, jika ketika membantu orang lain, malah merasa dirugikan, merasa kecewa, itu berarti dia masih belum memiliki kesadaran spiritual seperti ini, maka dia tidak akan memiliki kenikmatan ini.
Melakukan sesuatu hal, jika kamu tidak bisa menunaikannya, semua orang tidak bisa menunaikannya, hal ini tidak berhasil dikerjakan, maka ada sebagian orang yang akan merasa sedih, sedangkan sebagian lainnya akan merasa sangat senang, mengapa? Orang yang merasa sangat sedih, karena merasa jika gagal kali ini, maka tidak akan ada kesempatan berikutnya, karena dia sudah tidak ingin melakukannya lagi; sedangkan orang yang bergembira, karena berpikir, “O, ternyata penyebab kegagalan kali ini karena begini, aiya, selanjutnya, saya pasti bisa berhasil.” Satu permasalahan yang sama, jika berpikiran positif dan bisa menenangkan diri, kita akan terus berusaha, tidak akan ditumbangkan oleh kesulitan, orang ini baru bisa berhasil, inilah kenikmatan yang sesungguhnya.