24. Manfaatkan Saat Ini, Membabarkan Dan Memperkenalkan Dharma Dengan Jiwa Buddhis Serta Metode Yang Tepat 把握当下、佛心弘法、妙法度人

24. Manfaatkan Saat Ini, Membabarkan Dan Memperkenalkan Dharma Dengan Jiwa Buddhis Serta Metode Yang Tepat

Selanjutnya Master akan membahas tentang “saat ini”. Ada banyak biksu besar yang suka mengatakan “saat ini”, saat ini berarti segera atau langsung, dengan kata lain, kita harus segera memulai pembinaan pikiran, segera mulai mempraktikkan Ajaran Buddha Dharma, segera melakukan jasa kebajikan, mengerahkan seluruh kekuatan diri kita sendiri untuk memperbaiki segala karma buruk yang telah dilakukan sebelumnya, termasuk halangan karma buruk di kehidupan yang lalu.

Biksu Besar Huineng – Patriark ke-6, pernah mengatakan: yang lalu tidak bisa dimiliki, yang sekarang tidak bisa dimiliki, yang akan datang tidak bisa dimiliki, jalani saat ini sebaik-baiknya. Dengan kata lain, hal-hal yang sudah berlalu, semuanya tidak bisa dimiliki lagi. Apakah dulu kita pernah memiliki masa-masa yang sangat membahagiakan? Ada. Apakah dulu kita pernah muda, cantik, berjaya, berkuasa, dan kaya raya? Pernah. Akan tetapi semua ini sudah berlalu, sudah tidak akan ada lagi, semuanya tidak bisa dimiliki. Apabila kita selalu memikirkan orang-orang dan kejadian-kejadian masa lalu, berarti orang ini sedang mengalami kemunduran, oleh karena itu, tidak peduli dalam hal apapun, kita harus terus memandang ke depan. Yang akan datang tidak bisa dimiliki, karena masa depan belum tiba, bagaimana mungkin Anda bisa menggapainya? Bahkan yang sekarang saja tidak bisa Anda raih, lalu Anda masih ingin memiliki yang akan datang? Yang lalu tidak bisa dimiliki, yang akan datang tidak bisa dimiliki, jalani saat ini sebaik-baiknya, dengan kata lain, sekarang Anda seharusnya melakukan hal-hal yang bermakna. Master telah membawa kalian melakukan banyak hal-hal yang bermakna, seperti melepaskan makhluk hidup, berikrar, melafalkan paritta, menyelenggarakan Seminar Dharma, membantu orang-orang untuk membangkitkan kesadaran spiritual, dan lain sebagainya, menurut kalian, semua ini bermakna atau tidak?        

Kita sekarang menekuni ajaran Buddha dan mempraktikkan Dharma, harus memiliki pikiran yang bersih dan tenang, menjalani saat ini sebaik-baiknya, kalian harus memahami bahwa yang lalu sudah berlalu, tidak akan pernah bisa kembali lagi. Walaupun Anda mengenangnya setiap hari, tetap tidak akan bisa mengisi kekosongan yang Anda rasakan sekarang. Apabila Anda sering mengingat masa lalu, maka sesungguhnya Anda sedang mundur ke belakang, dan orang yang mundur selamanya tidak akan bisa menemukan jalan keluar dan hidup di dalam penderitaan.

Kalian harus belajar memanfaatkan saat ini dengan sebaik-baiknya, berarti harus melihat yang sekarang, Anda baru bisa berkarya dan mencapai kesuksesan. Jika sekarang Anda pun tidak bisa makan dengan kenyang, lalu masih ingin membeli tabungan asuransi, yang nantinya bisa mendapatkan uang banyak, lalu apakah menurut kalian ini realistis? Mempraktikkan Dharma harus belajar menerapkannya saat ini juga, harus segera mempelajarinya sekarang, harus segera mengubah kebiasaan buruk diri sendiri sekarang juga. Dengan begitu, halangan karma buruk yang kalian miliki pada saat ini juga akan berubah menjadi masa lalu, dan kita akan menjadi lebih santai, tetapi masa lalu juga tidak bisa dimiliki, dengan kata lain halangan karma buruk di masa lalu pada dasarnya memang tidak kita perlukan, oleh karena itu, kita seharusnya bisa melepaskannya lebih awal, karena semuanya tidak bisa dimiliki!

Diawali dari masa Buddha Sakyamuni, Pintu Dharma diwariskan secara diam-diam, dengan kata lain, Dharma ini diwariskan secara tertutup, disebut juga pewarisan rahasia. Dharma yang sekarang Master ajarkan atau teruskan kepada kalian, kenyataannya juga disebut sebagai pengajaran diam-diam, sekarang Master mengajar kelas murid, di antaranya juga ada banyak umat yang sudah tersadarkan setelah mempraktikkan Dharma mengikuti Master, dari pengajaran Dharma yang diberikan kepada para murid, mereka juga bisa mendapatkan manfaatnya. Pada saat itu, Buddha Sakyamuni memiliki seorang murid utama yang bernama Mahakassapa, Buddha Sakyamuni mewariskan Ajaran Dharma kepadanya, kemudian Beliau (murid Buddha ini) mewariskannya lagi ke generasi berikutnya, terus diwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya, sampai ke penerus atau Patriark ke-28 (28 generasi), sampai ke Bodhidharma, Beliau juga mewariskannya satu per satu secara rahasia, ini disebut dengan “kekosongan diwariskan kepada kekosongan”. Apa maksudnya? Dengan kata lain, bukankah sebelumnya Master pernah membahas, ketika pikiran kalian kosong, kalian baru bisa menerima benda yang diberikan orang lain. Apabila pikiran kalian tidak kosong, bagaimana mungkin Anda bisa menerima sesuatu yang baru? Ini seperti, Anda memiliki gudang yang kosong, maka gudang Anda bisa memuat barang-barang yang baru, jika gudang itu penuh, bagaimana mungkin Anda bisa memasukkan barang-barang yang baru? Mewariskannya dari hati ke hati,  apa yang dipikirkan akan disampaikan melalui hati, maka pertama pikiran Anda harus kosong, baru bisa menerima Dharma ini, baru bisa menerima Buddha. Kalian harus ingat, Ajaran Buddha Dharma semuanya baru bisa diterima dan dipelajari dengan baik setelah kalian bisa mengosongkan diri sendiri, maka di masa depan kalian baru bisa mencapai penerangan sempurna.

Orang yang mewariskan Dharma harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang kurang lebih sama, dengan kata lain pemikiran dan pandangannya kurang lebih sama, dengan begitu baru bisa menyadarkan orang yang satunya, dalam Ajaran Buddha Dharma ini dinamakan perilaku pikiran (perilaku psikologis), dengan kata lain perilaku psikologis Anda dan saya kurang lebih harus sama. Contohnya, hari ini kalian mempercayai Master, percaya kepada Buddha dan Bodhisattva, kalian datang mendengarkan wejangan Master, jika kalian tidak percaya kepada Master, bagaimana mungkin Master bisa mengajarkan Dharma kepada kalian? Jika ada ketidaksamaan, maka Dharma tidak akan bisa dibabarkan, apabila apa yang dipikirkan orang ini tidak sama dengan Anda, maka Anda tidak bisa membabarkan Dharma kepadanya. Apabila Anda bersikeras membabarkan Dharma kepadanya, lalu dia tidak percaya, malah akan menyakiti dan membebani Anda, seperti ada banyak aliran agama lain yang menyebarkan ajarannya di jalan, jika ada orang yang menentang dan membicarakan hal-hal buruk, maka akan menyakiti orang yang membabarkan ajaran tersebut.

Ketika pikiran dan perilaku psikologisnya keduanya sama, hati nurani antara orang yang satu dengan yang lain sama baiknya, pada saat ini, Anda baru bisa membabarkan Ajaran Buddha Dharma dan jodoh Buddha kepadanya, dia juga bisa menerima Dharma dan jodoh Buddha dari Anda, ini yang dinamakan hati (pikiran) yang saling berhubungan. Apabila ajaran yang dibabarkan, tidak bisa diterima oleh pikiran lawan bicara Anda, maka tidak akan ada gunanya, ini berarti tidak berguna dan tidak ada kebaikannya. Tidak berguna dan tidak ada kebaikan berarti tidak ada manfaatnya, juga tidak ada faedahnya, yang Anda katakan sia-sia, walau sudah berbicara begitu lamanya, namun tidak ada faedahnya, setelah bicara setengah hari, lawan bicara Anda sama sekali tidak mau mendengar dan menerimanya.

Pewarisan Ajaran Buddha Dharma harus dibangun di atas dasar pewarisan yang diam-diam, dengan kata lain, selain ada kesamaan, juga diwariskan secara diam-diam, yaitu saya dan Anda memiliki pikiran yang sama walau tidak mengutarakannya, kita semua tahu bahwa kita harus mempraktikkan Ajaran Buddha, lalu saya baru bisa mengajarkan Dharma kepada Anda. Sedangkan cara terbaik untuk saat ini dan masa depan adalah pewarisan yang bisa menolong orang-orang dengan cepat.

Sekarang, ada dua macam cara penyebaran Dharma kepada orang-orang: yang pertama adalah penyebaran  berskala besar, yakni dengan menggunakan teknologi internet, telekomunikasi, dan lainnya; yang lainnya adalah penyebaran berskala kecil, yakni pembabaran secara individual. Ketika kalian membabarkan Dharma kepada teman-teman atau keluarga kalian, bukankah berarti dibabarkan secara satu per satu? Karena sekarang waktu kita sangat terbatas, maka kita harus menggunakan berbagai macam cara yang tepat dan sesuai untuk membangkitkan kesadaran spiritual orang-orang, termasuk menggunakan kekuatan supernatural agar bisa membuat orang-orang segera percaya.

Master beritahu kalian satu cara penyebaran Dharma lainnya, asalkan Anda membawa orang yang memiliki sifat Kebuddhaan ke Vihara, maka jika Bodhisattva datang, semua orang sedang bersembah sujud, maka minta dia turut bersembah sujud, setelah dia bersembah sujud, maka Bodhisattva akan memberikan berkat kekuatan kepadanya, ini seperti mengapa ada banyak orang yang tidak percaya kepada Buddha, tetapi begitu mendengar perkataan Master, lalu dia langsung percaya? Karena di dalam hati setiap orang akan ada suatu respon, yang kemudian membuatnya percaya. Karena medan aura bisa saling mempengaruhi, semua orang sedang bersembah sujud, maka selanjutnya dia akan menjadi percaya, cara ini sesungguhnya menggunakan medan aura luar untuk  “menularkan” dia, mempengaruhinya, dari dalam adalah Bodhisattva yang memberkatinya agar dia percaya.

Terakhir Master akan membahas, orang-orang selalu ingin menjadi orang suci atau Bodhisattva, sesungguhnya sangat mudah, dengan menggunakan istilah sehari-hari, yakni dengan menurunkan nafsu keinginan diri sendiri ke titik yang terendah, kemudian mengembangkan kerasionalan diri sendiri ke tingkat teratas. Dengan kata lain, kita harus mengendalikan nafsu keinginan diri sendiri, meningkatkan sifat dan pemikiran rasional ke level yang teratas, maka orang ini sudah menjadi orang suci.

Contohnya, ketika menghadapi bencana, dia tidak akan bersedih, karena orang ini bisa mengendalikan sifat rasional diri sendiri. Orang yang selalu melihat dari sudut pandang orang lain dan memikirkan kebaikan orang lain dalam masalah apapun, adalah orang yang welas asih. Orang yang senantiasa memikirkan orang lain dan memandang permasalahan dari sudut pandang orang lain, maka orang ini adalah orang yang welas asih. Mengapa banyak orang tidak bisa berwelas asih, karena dia tidak pernah mau memikirkan orang lain, hanya memikirkan diri sendiri, “Saya marah, saya sedih, saya merasa tidak nyaman”, berarti orang ini tidak memiliki perasaan welas asih.

Kita harus belajar berpikir dari sudut pandang orang lain, kita harus meneladani semangat Maha Welas Asih dari Guan Shi Yin Pu Sa. Sebagai praktisi Buddhis, kita harus selalu menganggap kerisauan sebagai jodoh pendukung yang mendorong Anda untuk maju.