15. Memutuskan Kerisauan, Menguraikan Kekuatan Karma, Mengembalikan Sifat Kebuddhaan
Seseorang harus memiliki kekuatan konsentrasi, karena dari kekuatan konsentrasi baru bisa terlahir kekuatan kebijaksanaan. Master pernah membahas pada kalian tentang “sila, konsentrasi, kebijaksanaan”, dengan menjalankan sila, kita baru bisa memiliki kekuatan konsentrasi; setelah memiliki konsentrasi, baru bisa menumbuhkan kebijaksanaan. Seseorang yang mampu menenangkan dirinya dan memusatkan pikirannya, adalah orang yang memiliki kebijaksanaan. Terlebih lagi, kekuatan konsentrasi dan kebijaksanaan berkembang bersamaan, dengan menggunakan kekuatan konsentrasi dan kebijaksanaan, kita bisa menghilangkan kerisauan, yakni dari kekuatan konsentrasi Anda, terlahir kebijaksanaan, setelah memiliki kebijaksanaan, maka Anda bisa memutuskan dan meninggalkan kerisauan. Untuk memutuskan kerisauan, kita harus meninggalkan keserakahan, kebencian, dan kebodohan, sedangkan untuk melakukan semua ini mengandalkan kekuatan konsentrasi dan kebijaksanaan. Apabila memiliki dua kekuatan ini, konsentrasi dan kebijaksanaan, Anda baru bisa terbebaskan, namun juga itu pun hanya suatu kebebasan awal yang baru saja terbentuk, mengerti?
Master sering mengatakan, halangan karma buruk setiap orang seluas lautan dan sebesar gunung, karena gunung sangat berat, sedangkan lautan sangat luas, dengan kata lain kekurangan atau “penyakit” seseorang ada di seluruh tubuhnya, sebesar gunung dan seluas lautan. Ketika halangan karma buruk berada pada tubuh kita, maka tidak akan ada satu bagian pun yang bagus. Coba kalian pikir, setiap orang di sini dari kecil sampai sekarang, memiliki berapa banyak kekurangan? Tidak mau mendengarkan nasihat orang lain, tidak mau mendengarkan perkataan orang lain, hanya suka makan dan malas bekerja, hanya mengutamakan diri sendiri, tidak memikirkan orang lain, tidak mau tahu perasaan orang lain, hanya memikirkan perasaan diri sendiri, menyakiti orang lain, menjelekkan orang lain, dan lain sebagainya, semua dosa-dosa ini seberat gunung, karma buruknya seluas lautan.
Oleh karena itu, kita harus mengamati segala kekurangan pada diri kita menggunakan “kaca pembesar”, dan melihat kelebihan diri sendiri dengan menggunakan “mikroskop”, dengan kata lain jangan mementingkan kelebihan diri sendiri, melainkan harus lebih mengutamakan kekurangan diri sendiri, dengan begitu, Anda baru bisa menyadari betapa mengerikannya diri Anda, agar Anda bisa segera sadar dan memperbaiki kekurangan pada diri sendiri. Ada banyak orang yang bersikap sebaliknya, memperbesar kelebihan diri sendiri, padahal dia hanya melakukan sedikit kebaikan, namun sepertinya sangat besar sekali, akan tetapi kekurangan besar yang dimilikinya, malah tidak dipedulikan, dia masih mengira, bukankah ini hanya hal sepele? Apa hubungannya? Mohon ingat baik-baik: “sebab kecil, akibat besar”.
Kita harus menjadi orang suci, jangan menjadi orang yang picik. Walaupun sama-sama manusia, namun ada sebagian orang yang hidup bagai di Neraka, dan ada sebagian orang yang hidup bagai di Surga. Orang-orang yang hidup di Surga, karena dia memiliki hati yang selapang langit, dia tidak memiliki pemikiran liar apapun. Namun, orang-orang yang hidup di Neraka, karena mereka berhati sempit, sekecil mata jarum, selalu merasa khawatir, risau, cemburu, dan benci, sepanjang hari hidup di dalam penderitaan. Master meminta kalian untuk membina pikiran agar kalian bisa memperbaiki kekurangan diri sendiri, agar kalian bisa membina hati sampai selapang lautan.
Berikutnya, Master akan membahas tentang jeratan kekuatan karma, ketika Anda ingin menjadi orang baik, namun Anda tidak bisa menjadi orang baik, karena kekuatan karma menjerat Anda; saat Anda ingin membuang kerisauan, namun Anda tidak bisa meng-hilangkannya, dan kerisauan akan terus mengikuti Anda. Misalnya, Anda ingin menjadi orang baik, namun berbagai pemikiran mengganggu terus bermunculan di benak Anda, sebentar-sebentar pemikiran buruk muncul. Pemikiran-pemikiran buruk dan kerisauan ini semuanya, Anda sendiri yang mencarinya, sama sekali tidak bisa dihilangkan, bagaimana Anda bisa menjadi orang yang baik?
Master akan membahas tentang kekuatan karma:
Pertama, kekuatan karma tumimbal lahir (reinkarnasi) sangat berat, juga sangat keruh. Ini karena halangan karma buruk pada diri kalian, mampu membuat kalian bereinkarnasi kembali, tidak bisa naik ke Surga, oleh karena itu, halangan karma buruk tumimbal lahir, dia sangat kotor (keruh), juga sangat berat. “Terlahir di Surga membawa karma” apa maksudnya? Artinya kalian bisa membawa sebagian karma naik ke Surga, namun itu hanyalah karma yang sangat ringan. Seperti: sewaktu muda, pernah memarahi orang lain, atau membicarakan kejelekan orang lain, atau melakukan sedikit kejahatan, akan tetapi dia harus membina pikiran di masa tuanya, baru bisa menghapuskan kejahatan yang dilakukan sebelumnya, dan bisa pergi hanya membawa karma yang baik. Bukannya terus melakukan kejahatan di masa tua, lalu bisa terlahir di Alam Surga Sukhavati dengan membawa karma-karma buruk ini, itu tidak mungkin. “Terlahir di Surga membawa karma” adalah setelah Anda membina diri dan berubah, mungkin masih ada “jejak karma” yang tersisa, yaitu karma-karma yang sangat ringan, bukan membawa karma yang berat lalu bisa terlahir di Surga, kalian semua harus memahami hal ini.
Terlahir di Alam Surga ditentukan oleh kekuatan pembinaan diri, walaupun hal ini mengandalkan kekuatan Anda sendiri dalam pembinaan diri, akan tetapi Anda sama sekali tidak bisa menghapus halangan karma buruk diri sendiri secara tuntas. Master sering mengatakan pada kalian: Selembar kertas putih yang pernah ditulisi, dan Anda ingin menghapus bersih tulisan tersebut, namun apakah kalian bisa menghapus bersih? Bekas tulisan pasti masih tersisa di sana, tidak bisa dihilangkan, yang bisa dihilangkan sesungguhnya hanya yang terlihat di permukaan saja, namun Bodhisattva sangat berwelas asih kepada kita, ketika menjelang ajal, walaupun karma kita masih berbekas, Bodhisattva tetap berwelas asih membawa kita naik ke atas. Master beritahu kalian, bahwa halangan karma buruk sulit sekali untuk bisa dibersihkan sampai ke akarnya, jika seseorang benar-benar ingin menghapus segala halangan karmanya, harus mengandalkan tekad dan ketekunannya. Seseorang yang tidak memiliki tekad dan ketekunan, maka kekurangan pada dirinya (halangan karma buruk) tidak akan bisa dihilangkan, oleh karena itu, kalian harus bisa memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan, harus bisa sepenuhnya memperbaiki seluruh kekurangan pada diri sendiri.
Yang kedua, ketika balasan karma datang, bagaikan gunung merapi yang meletus. Contoh, seseorang yang pada mulanya hidup dengan cukup baik, ketika kekuatan balasan karmanya datang, tiba-tiba dia bisa terserang stroke, atau keluarganya tertimpa masalah besar. Halangan karma buruk datang secara tiba-tiba, tidak akan bisa dihindari, bagaikan gunung merapi yang meletus. Pada saat kekuatan karma menghampiri kita, Anda harus sambil “lari”, sambil “melihat”. Contoh, jika muncul masalah dalam keluarga, Anda harus segera “kabur”, Master beritahu kalian, “kabur” di sini bukan berarti meminta kalian melarikan diri, memangnya kalian bisa menghindari kekuatan karma? “Kabur” yang Master ajarkan, berarti menguraikan tanda-tandanya, menghilangkannya. Pada saat yang sama, Anda harus “melihat”nya, berarti menguraikannya, memikirkannya. Seperti, mengapa saya terus-menerus memiliki pemikiran yang buruk ini? Mengapa malapetaka selalu menimpa saya? Halangan karma buruk seperti apa yang mendatangi saya? Apakah berasal dari kehidupan ini atau dari kehidupan yang lalu? Apakah ini adalah sanak saudara saya yang telah meninggal atau (arwah asing) yang terpancing oleh saya sekarang?
Ketika kekuatan karma mendatangi kita, bagaikan gunung merapi yang meletus, Anda harus sambil lari, sambil melihat, kekuatan yang mengerikan itu tidak akan bisa Anda hindari, jika lengah sedikit saja, Anda akan “melebur” di dalamnya, Anda akan tenggelam dan melebur di dalam kekuatan karma tersebut, oleh karena itu, kekuatan karma adalah sesuatu yang mengerikan. Master sekarang mengajarkan kalian Pintu Dharma ini, agar kalian bisa lebih banyak melakukan jasa kebajikan untuk menghilangkan kekuatan karma, karena hanya jasa kebajikan yang bisa menghapus halangan karma buruk, sedangkan perbuatan baik hanya akan memperoleh balasan yang baik (berkah – pahala).
Yang ketiga, ketika Anda berada di dalam lautan penderitaan, kekuatan karma bagaikan ikan hiu yang selalu mengikuti Anda, saat Anda ingin membebaskan diri dan meninggalkannya, ikan hiu ini tidak akan mau melepaskan Anda, ke mana pun Anda berenang, dia akan terus mengikuti Anda. Tunggu sampai Anda sudah susah payah melihat tepian, dan berusaha sekuat tenaga untuk menggapainya, Anda ingin membebaskan diri dari kekuatan karma, namun pada akhirnya kekuatan karma yang sama seperti ikan hiu ini, akan menarik salah satu kaki Anda dan menyeret Anda turun kembali. Coba pikirkan, betapa kasihannya manusia, walau sudah berusaha keras untuk melepaskan diri dari kekuatan karma, berusaha keras untuk melarikan diri, sudah hampir sampai di tepian, namun diseret kembali oleh kekuatan karma, kekuatan karma selamanya akan mengikuti Anda.
Kekuatan karma berada di hati Anda (pikiran), di dalam jiwa Anda. Kekuatan karma disebut juga sebagai kekuatan iblis, memerangi kekuatan karma sangat melelahkan dan sangat sulit, oleh karena itu, sebaiknya jangan memiliki kekuatan karma, jangan melakukan karma buruk, jika melakukan karma buruk, maka selanjutnya Anda akan sangat menderita, mengerti? Selain itu, setiap saat Anda bisa dimakan atau dibuat cacat oleh ikan hiu ini, dengan kata lain Anda bisa disakiti atau terbunuh oleh kekuatan karma. Tidak bisa melarikan diri dari kekuatan karma, dia adalah halangan karma buruk, yang mengikuti kita bagai bayangan, halangan karma buruk akan selalu menyertai kita, setiap saat bisa teraktivasi, setelah teraktivasi bisa menjadi arwah asing, pertama-tama dia akan “melahap habis” seluruh jasa kebajikan Anda, karena jasa kebajikan bisa membantu Anda menangkis malapetaka, ini ibarat orang gemuk, saat digigit oleh kekuatan karma, maka yang pertama akan digigitnya adalah daging, namun tidak luka sampai ke tulang, logikanya sama saja, jika orang yang kurus, begitu digigit, maka akan langsung tersakiti sampai ke tulangnya.
Sewaktu Anda ingin meninggalkan lautan penderitaan, maka ikan hiu akan menggigit Anda kembali, dia tidak akan membiarkan Anda meninggalkan lautan penderitaan. Maka, Anda harus menggunakan kekuatan akar Anda, menancapkannya ke dalam sifat Kebuddhaan yang semula, dengan kata lain, jika Anda ingin meninggalkan halangan karma buruk, Anda harus memiliki “kekuatan akar”, yakni kekuatan dari sifat Kebuddhaan yang semula, yakni sifat dasar Anda, menggunakan kekuatan Buddha dan kekuatan welas asih dari Buddha dan Bodhisattva untuk menghilangkannya, untuk membebaskan diri, jika tidak maka semua penagih hutang karma akan datang mencari Anda. (Catatan sekretariat: ketiga bagian ini, merupakan pembahasan Master mengenai halangan karma buruk pada dua kesempatan yang berbeda, penjelasan kali ini walau berbeda, namun sama penting dan menariknya dengan penjelasan sebelumnya mengenai halangan karma buruk bagaikan ikan hiu)