39. Rupa Adalah Kosong, & Kosong Adalah Rupa 色即是空,空即是色

39. Rupa Adalah Kosong, & Kosong Adalah Rupa

Tubuh ini adalah ilusi, dengan kata lain, raga daging kita ini hanyalah suatu bayangan, adalah suatu kepalsuan. Pada hari ini, kita masih memiliki tubuh yang bisa makan, masih bisa minum, mengenakan pakaian, dan lain-lain, namun saat kita meninggal, maka tubuh ini akan hilang, bukankah dia bagaikan sebuah bayangan? Dalam Ajaran Buddha Dharma dikatakan, tubuh bagai bayangan palsu, raga ini adalah ilusi, tubuh daging yang kita miliki ini, dia tidak memiliki sifat, karena tubuh daging ini dikendalikan oleh jiwa kita, sedangkan jiwa bisa membuatnya merasa sedih, bisa membuatnya kesakitan, oleh karena itu, tubuh daging ini tidak memiliki daya kontrol, tidak bersifat. Ketika sebuah nidana (penyebab dan kondisi) sesuatu hal sudah berakhir, maka tubuh daging ini juga akan berakhir, semua jodoh sudah musnah, lalu apa lagi yang perlu ditakutkan? Segala hal yang ada di dunia ini, berada di antara ada dan tiada, benda yang ada bisa hilang setelah beberapa waktu, dan yang tidak ada bisa menjadi ada, ini sama seperti rupa adalah kosong, dan kosong adalah rupa.

Jangan menganggap sesuatu yang bersifat sementara sebagai hal yang abadi, kita hidup di dunia ini harus memandang segala sesuatunya sebagai hal yang bisa “bergerak”, mereka bisa berubah, dengan demikian Anda tidak akan melekat, Anda baru bisa memiliki pemikiran yang terbuka, dengan melihat dunia ini, Anda baru bisa menemukan sifat kebuddhaan diri Anda sendiri, Master sering mengingatkan kalian untuk melihat kebenaran dari dunia fana ini, tetapi bukan dengan mencampakkannya, melainkan dengan meminjam fenomena-fenomena palsu ini untuk bersungguh-sungguh membina diri.

Untuk menemukan sifat kebuddhaan diri kita sendiri, adalah dengan membina pikiran ditambah dengan menekuni Ajaran Buddha Dharma, kalian harus membina diri dengan baik, membina diri dengan penuh semangat dan haus akan ilmu, banyak orang sewaktu menjalani pembinaan pikiran, walaupun melakukan banyak perbuatan baik, namun yang dikumpulkan adalah pahala duniawi dan surgawi (pahala di 3 alam kebaikan). Sekarang saya mengajarkan kalian untuk melakukan jasa kebajikan, hanya ketika Anda sudah menemukan sifat kebuddhaanmu, segala hal yang dilakukan baru bisa disebut sebagai jasa kebajikan. Semua yang berasal dari sifat dasar dan hati nurani, baru dinamakan sebagai jasa kebajikan. Jasa kebajikan yang sesungguhnya tidak bernoda. Contohnya: hari ini kamu membantu satu orang, bila ingin melakukan jasa kebajikan yang sesungguhnya, maka tidak boleh ada “noda” sedikit pun, sama sekali jangan memikirkan balasan apapun, jika Anda membantu orang lain disertai suatu pikiran tertentu atau pandangan apapun, atau ada permohonan lainnya, itu semua tidak ada jasa kebajikannya, ingatlah: harus murni!

Melakukan kebajikan dan membina pahala duniawi dan surgawi juga merupakan suatu hal yang baik, ketika seseorang mampu melakukan kebajikan, ketika ia memiliki pahala duniawi dan surgawi, pada saat yang sama ia juga sedang mengenali sifat kebuddhaan, ini merupakan awal dari melihat sifat kebuddhaan, karena sewaktu Anda baru saja mulai melakukan kebajikan atau perbuatan baik, walaupun dikarenakan ingin mendapatkan pahala duniawi dan surgawi, namun sesungguhnya Anda sudah mulai mengenal Ajaran Buddha Dharma, karena orang yang berhati baik baru bersedia melakukan kebajikan, orang yang berhati nurani tidak baik, tidak akan mau bahkan untuk melakukan kebajikan sekalipun, mereka hanya bisa meminta-minta, namun tidak mau berkorban untuk orang lain, adalah orang yang tidak memiliki hati nurani dan kebaikan hati, mereka tidak akan pernah mau melakukan kebaikan.

Sebagai murid, kita harus memiliki potensi kesadaran, jika tidak memiliki potensi untuk tersadarkan, maka kita tidak akan pernah bisa menemukan sifat kebuddhaan, dengan memiliki potensi kesadaran, kita baru bisa melihat sifat kebuddhaan, baru bisa menyaksikan sifat kebuddhaan, baru bisa menerapkan sifat kebuddhaan, fondasi paling dasar sebagai seorang murid adalah harus memiliki potensi kesadaran. Jika seorang murid sudah mendapatkan berkat kekuatan dari Master, maka pahala duniawi yang dimilikinya akan meningkat pesat, selain itu keuntungan yang diperolehnya di sini juga akan bertambah besar, namun Master memberikan berkat kepada kalian bertujuan agar kebijaksanaan kalian bisa muncul, sedangkan kebijaksanaan ini muncul dari kesadaran kalian, tanpa membina diri dan pikiran, atau menekuni Ajaran Buddha Dharma, maka selamanya tidak akan memiliki kebijaksanaan.

Manusia memiliki akar sifat buruk, sewaktu dia tidak mau mendengarkan saran atau kritik dari orang lain, maka akan muncul barikade (tembok pembatas) dengan sendirinya di dalam otaknya, yang akan mendorong keluar semua pendapat atau masukan dari orang lain, tidak mau menerima kritik dari orang lain, dan sesungguhnya tembok pembatas ini merupakan titik awal buah karma buruk seseorang. Ketika seseorang tidak bisa menerima kritik dari orang lain, maka potensi kesadarannya berada di titik terendah, yang berarti tidak terbuka kesadarannya, Master memberkati kalian agar kebijaksanaan dalam diri kalian muncul, bukan supaya kalian bisa memperoleh lebih banyak pahala. Berkat yang Master beri sama dengan berkat yang Buddha dan Bodhisattva berikan kepada kalian, kalian bisa melihat raga Master yang memberkati kalian, namun kalian harus bisa merasakan sifat kebuddhaan Master melalui respon dari tubuh kalian, hanya dengan keyakinan penuh, seseorang baru bisa menerima berkat ini. Sedangkan berkat yang diberikan Buddha dan Bodhisattva kepada kalian, tidak berbentuk dan tidak berupa, berkat diberikan pada kepala kalian (kesadaran), jika tidak bisa merasakannya, berarti tidak memiliki potensi kesadaran, apabila kalian tidak bisa merasakan berkat diberikan oleh Buddha dan Bodhisattva, berarti kalian tidak bisa menerima berkat tersebut. Berkat yang Master berikan memiliki satu kelebihan lain, yakni bisa mengobati penyakit dan menangkal malapetaka.

Sebagai seorang praktisi Buddhis, selain takut akan kematian, hal lain yang paling ditakuti adalah iblis, karena ketika menjalani pembinaan diri sampai tengah jalan lalu tiba-tiba muncul halangan iblis, maka ini adalah momen yang mengerikan sekali, sebab iblis khusus datang untuk mengganggu dan mengacaukan kalian, maka ketika menghadapi iblis dalam pembinaan diri, “jangan sampai tergerakkan sama sekali”, di dalam Ajaran Buddha Dharma dikenal sebagai pikiran yang tidak tergoyahkan seperti semula, tidak peduli masalah apapun yang dihadapi, pikiran kita tetap tidak tergerak. Oleh karena itu, kita harus memahami logika sifat kosong, karena iblis tidak memiliki sifat dasar, yakni tidak memiliki sifat kebuddhaan, ia tidak memiliki sifat awal, ia bersifat kosong, maka jangan takut akan iblis, karena iblis itu kosong dan tidak bersifat. Hanya arwah atau roh yang memiliki sifat dasar. Kita harus memiliki “medan pembinaan” yang tidak tergoyahkan dalam pikiran kita, medan yang bebas dari keakuan. Jika di dalam pikiran Anda, segala hal tidak bisa mempengaruhi Anda, dan Anda merasa bahwa semuanya itu kosong, maka sesungguhnya ini menandakan Anda sudah memiliki satu medan pembinaan Buddha di hati Anda, “medan pembinaan” di sini adalah sebuah dimensi kosong yang sangat baik, sebuah “tempat” yang sangat bersih, di mana iblis tidak bisa berada di sana, maka Anda sendiri tidak akan tergerakkan. Di dalam pikiran setiap orang harus memiliki satu medan pembinaan Buddha, apakah menurut kalian masih akan ada iblis yang akan merasukinya? Namun jika dirinya sendiri tidak mampu mempertahankan medan pembinaan tersebut, maka iblis akan datang menyerang, tetapi bila dirinya sendiri jujur dan dipenuhi dengan aura kebenaran, mana mungkin ada iblis yang akan datang mengganggu?