3. Tujuan Membina Pikiran dalam Ajaran Buddha Dharma – (1) 学佛修心的目标(一)

3. Tujuan Membina Pikiran dalam Ajaran Buddha Dharma

Apa tujuan membina pikiran dalam Ajaran Buddha Dharma?

Banyak orang sudah mengetahui jawabannya: yakni agar bisa terlahir di Alam Surga Barat (Alam Sukhavati). Tetapi sampai mana tingkat kesadaran yang harus kita capai agar bisa terlahir di Alam Surga Barat? Bagaimana cara pembinaan yang harus dijalani supaya bisa ke sana? Jika tidak bisa membina diri sampai sebaik itu, apa yang akan terjadi? Mungkin masih banyak orang yang tidak bisa menjawabnya.

Sebenarnya, terlahir di Alam Surga Barat adalah tujuan yang teramat tinggi dan mulia, maka tidak akan semudah itu bisa dicapai. Seperti contoh yang sudah sangat kita ketahui, pada saat seseorang meninggal dunia, dia akan menjalani sebuah proses pemeriksaan, yang pergi ke Alam Akhirat, Alam Neraka, naik ke Surga (Alam Langit) maupun ke Alam Surga Barat, harus melalui sebuah investigasi.

Menekuni Dharma dan membina pikiran Dharma itu seperti persiapan sebelum ujian masuk perguruan tinggi, Alam Surga Barat itu bagaikan universitas papan atas dunia, seperti Harvard atau Oxford, bagi sebagian besar orang, tingkat kesulitannya sangat tinggi.

Tujuan yang lebih memungkinkan untuk dicapai adalah universitas ternama, universitas negeri biasa, atau universitas tingkat provinsi dalam negeri, yang bisa kita ibaratkan sebagai Alam Langit, Alam Asura, dan Alam Manusia.

Oleh karena itu, sewaktu kita menekuni Ajaran Dharma dan membina pikiran, harus menggunakan standar yang paling tinggi, dengan menetapkan standar atau tujuan yang setidaknya lebih bisa dicapai – Alam Langit. Semakin tinggi tingkatan yang bisa dicapai di Alam Langit, maka semakin panjang waktu kita berada di sana; bila tingkatan yang dicapai semakin mendekati Alam Manusia, maka semakin mudah kita terjatuh ke bawah, oleh karena itu setiap orang di sini harus berusaha keras untuk naik ke alam yang lebih tinggi.

Mengapa banyak orang yang terlahir di bawah Alam Manusia?

Sebenarnya seperti apa kehidupan di Alam Langit dan Alam Neraka? Pada kenyataannya, Alam Manusia adalah cerminan dari kehidupan di setiap alam, kumpulan gambaran kehidupan orang-orang di sekitar kita secara garis besar adalah sebuah gambaran nyata Kitab {Da Zang Jing – Tripitaka}: ada orang yang berkedudukan tinggi dan bisa mendapatkan segala hal yang diinginkan, ada pula yang selalu sukses dan diberikan kelancaran dalam segala hal, ini seperti hidup di Alam Langit; ada orang yang terus menerus berjuang dalam hidupnya, di mana proses lebih penting daripada hasilnya, ini adalah karakteristik khas di Alam Asura; dan sebagian besar orang yang hanya memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tidak merasa bahagia juga tidak

menderita, ini adalah kehidupan manusia biasa; ada juga orang yang sakit-sakitan, mengalami penderitaan yang tidak ada habis-habisnya, atau mengalami bencana alam atau bencana manusia, cerminan kesengsaraan di Alam Neraka. Maka tidak perlu dibahas lagi, sudah jelas bahwa Alam Surga-lah yang menjadi tujuan kita.

Seandainya kehidupan kita di Alam Manusia seperti ujian masuk universitas, maka materi ujian juga harus disamakan. Juga bukan berarti semua orang layak untuk duduk di dalam ruang ujian. Dalam proses persiapan, kita harus mengetahui kualifikasi apa yang harus dipenuhi untuk mengikuti ujian masuk ke Alam Surga, apa saja materi ujiannya? Sebelum membahas hal ini, kita harus mengerti apabila seseorang bisa terlahir di Alam Manusia, berarti masih ada yang “mengikat” kita.

Dikarenakan perbuatan yang dilakukan di kehidupan sebelumnya dan di kehidupan ini, menyebabkan setiap jiwa manusia memiliki buah karma buruk dan buah karma baik, yang membedakan hanya banyak atau sedikitnya saja. Sewaktu setiap buah karma buruk dan buah karma baik terbentuk, akan ada sebuah benang yang di mana ujung yang satu terhubung pada dirimu dan ujung yang lainnya terhubung pada jodoh kita.

Di dalam gambaran yang lebih gamblang, buah karma buruk akan mengeluarkan benang hitam dengan kekuatan untuk menghalangi, yang menghubungkan kamu dengan orang yang kamu hutangi, atau dikenal juga sebagai penagih hutang karma; sedangkan buah karma baik akan mengeluarkan benang putih dengan kekuatan untuk membantu, yang berasal dari orang yang berhutang padamu, inilah kekuatan karma.

Semakin besar buah karma buruk atau buah karma baik seseorang, maka benang yang dihasilkan akan semakin tebal, dan kekuatan untuk menghalangi ataupun untuk membantu juga akan semakin besar.

Sebelum seseorang terlahir ke dunia ini, kedua orang tua kita yang terhubung melalui benang ini akan mulai membayar hutang karma mereka, setelah terlahir ke dunia, maka benang ini akan terhubung dengan kakak adik, saudara dan teman baik; sewaktu mulai sekolah, akan ditambah dengan teman sekolah dan guru, lalu teman- teman, suami atau istri, anak, rekan kerja dan orang-orang lain yang bermunculan satu demi satu untuk menagih hutang atau membayar hutang, membentuk sebuah jaring-jaring di dunia fana, inilah jaring duniawi – “chen yuan”.

Jiwa kita terjerat di tengah jaring duniawi ini, dia membatasi dan mengatur kita, mempengaruhi kemajuan seseorang, dan menyebabkan gejolak kehidupan naik – turun di dalam takdir seseorang. Setiap hari di dalam hidup ini, kita selalu menciptakan atau menerima jodoh yang baru, jodoh tercipta dari pikiran, “perilaku (shen), tutur kata (kou), pemikiran (yi)” adalah sumber dari buah karma buruk, bila muncul satu pemikiran yang buruk, melakukan satu perbuatan buruk, sekali memarahi orang lain, akan menciptakan buah karma buruk yang baru, dengan kata lain memperbanyak jaring- jaring karma yang ada pada diri kita.

Saat satu buah karma buruk kita belum matang, maka dia akan menekan sarafmu, menghalangi peruntunganmu, menggerogoti ragamu, membuatmu mengalami ketidaklancaran dalam segala hal, membuat tubuhmu tidak sehat, ini adalah bunga dan peringatan dari hutangmu. Sewaktu buah karma buruk tersebut matang atau waktu pembalasan sudah tiba, maka penagih hutang karma akan datang menagih hutangnya, yang bisa membuatmu mengalami sakit mendadak atau kecelakaan atau berbagai kejadian buruk lainnya, jika hutang ini sudah terlunasi, maka jodoh karma buruk ini akan hilang dan terhapuslah satu ikatan jodoh duniawi.

Begitu juga dengan jodoh karma baik, walaupun bersifat baik, dia tetaplah suatu ikatan, orang yang berhutang padamu juga harus melunasi hutangnya, jika tidak maka ikatan duniawi milikmu tidak akan pernah berakhir. Yang berbeda adalah, jodoh karma buruk biasanya terlunasi dalam tiga kehidupan (reinkarnasi), namun jodoh karma baik atau yang kita kenal juga dengan pahala, biasanya akan langsung terlunasi pada kehidupan berikutnya. Sebelum seseorang berusia 45 tahun, dia akan menikmati buah karma baik dari kehidupan sebelumnya; saat usia 45 sampai 55 tahun, dia akan mulai menikmati buah karma baik dari kebajikan yang dilakukannya di kehidupan ini, oleh karena itu biasanya jodoh karma baik pada jaring duniawi ini tidak memiliki ikatan yang kuat, sebagian besar kekuatan ikatan ini datang dari buah karma yang buruk, inilah mengapa kita harus menghapuskan karma buruk kita terlebih dahulu sebagai tujuan utama.

Apabila jodoh belum habis, maka tidak akan bisa terlepas dari ikatan ini, dan tidak akan bisa mencapai kebebasan. Oleh sebab itu kita sering mendengar ungkapan “chen yuan wei liao” – ikatan jodoh duniawi yang belum usai, berarti orang tersebut masih akan mengalami reinkarnasi dan terlahir kembali.

Jika seseorang membiarkan dirinya digerakkan oleh jaring ini, dan tidak tahu bagaimana cara memutuskannya, maka di dalam setiap kehidupan, setelah melunasi hutang yang lama, dia tetap akan kembali menciptakan hutang yang baru, semakin lama semakin menumpuk, pada akhirnya dia hanya akan timbul dan tenggelam di dalam kehidupan duniawi, terhanyut mengikuti arus dan menjalani penderitaan di dalam takdirnya.

Inilah alasannya mengapa banyak orang yang masih berputar-putar di dalam lingkaran Alam Manusia, Alam Akhirat, dan Alam Neraka, tidak bisa naik ke Alam Langit. Karena setiap benang pada jaring ini adalah sebuah karma, diatur sesuai hukum karma, dan tidak ada kekuatan apa pun yang bisa memutuskannya, bila kita hanya mengandalkan bantuan orang lain agar bisa terlepas dari jaring duniawi ini adalah hal yang tidak mungkin.

Aturan hukum karma telah dijelaskan secara mendalam di dalam Ajaran Buddha Dharma, dan juga mengungkap satu-satunya cara untuk menghapuskan karma buruk dan membebaskan diri dari jeratan jaring-jaring duniawi ini dengan sendirinya, maka Ajaran Buddha Dharma mengajarkan kepada kita bagaimana cara membebaskan diri dari jeratan jaring-jaring duniawi dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri.

Hukum karma tidak hanya “ada sebab pasti ada akibat”, satu hal lainnya yang penting adalah “satu karma hanya bisa diubah dengan satu karma lainnya”. Karena poin kedua inilah, maka hanya dengan menekuni dan membina pikiran dalam Dharma, menjalani segala sesuatu sesuai Ajaran Dharma, lalu Buddha dan Bodhisattva yang maha welas asih akan mencatat karma ini sebagai satu jasa kebajikan kita, dan menggunakannya untuk menghapuskan karma buruk kita. Dari hal ini dikatakan, “Ajaran Buddha Dharma yang tak berbatas menyelamatkan semua makhluk” memang benar-benar nyata.

Bagaimana caranya agar bisa pergi ke Alam Langit?

Menekuni Ajaran Buddha Dharma, pada awalnya harus mempelajari bagaimana caranya untuk memutuskan jaring duniawi, melunasi hutang yang lama, menghindari membuat hutang yang baru, dari bagian awal buku {Bai Hua Fo Fa} kalian sudah mengetahui bahwa, melunasi hutang karma atau yang sering Master katakan sebagai menghapus karma buruk; agar tidak menciptakan karma buruk yang baru, hanya bisa dilakukan dengan membina diri dan pikiran kita,

lalu bagaimana agar tidak menciptakan jodoh karma baik yang baru?

Kalau begitu apakah kita tidak boleh melakukan perbuatan baik? Hal ini berhubungan dengan perbedaan antara perbuatan baik (kebajikan) dan jasa kebajikan, ketika kita berikrar di depan Bodhisattva untuk melakukan perbuatan baik, maka setelah kita melakukannya, perbuatan baik ini akan dihitung sebagai jasa kebajikan, karena kamu sudah mendapatkan balasan dari kebaikan ini berupa jasa kebajikan, dan juga pada saat membantu orang lain, kamu tidak mengharapkan balasan apa pun juga, karena hatimu tenang dan bersih, maka kamu tidak akan menjalin ikatan jodoh karma baik ini, jadi tidak akan terbentuk jaring karma yang baru.

Pintu Dharma atau aliran yang berbeda, meskipun menggunakan cara yang berbeda dalam menghapus karma buruk, tetapi pada hakekatnya memiliki prinsip yang sama. Baik Pintu Dharma yang membina diri untuk reinkarnasi berikutnya, maupun Pintu Dharma yang Master sebarkan, yakni membina diri di kehidupan ini, semuanya menggunakan jasa kebajikan untuk menghapus karma buruk, perbedaannya hanya, cara yang Master ajarkan adalah melunasi hutang karma terlebih dahulu, bahkan melunasinya sebelum karma tersebut berbuah.

Banyak orang yang mengira, bahwa hanya dengan menjadi biksu atau biksuni baru bisa memutuskan jaring-jaring duniawi, namun pada kenyataannya hanya dengan ditahbiskan menjadi biksu tidak mengubah apa pun, semua jodoh karma buruk masih tetap ada. Hanya saja orang yang sudah menjadi biksu atau biksuni harus menaati sila, giat membina diri, banyak mengumpulkan jasa kebajikan, lalu dengan menggunakan jasa kebajikan ini untuk menghapus karma buruknya, agar terbebas dari jaring-jaring duniawi, yang paling penting tetap harus memiliki jasa kebajikan.

Yang membedakan hanyalah, dari detik seseorang menjadi biksu atau biksuni, apabila dia bisa menjalankan sila dengan baik, maka dia tidak akan tersangkut lagi dengan kekotoran duniawi, di atas jaring karma lama, tidak akan lagi tumbuh jaring yang baru.

Dengan menekuni dan membina diri di dalam Ajaran Buddha Dharma, setelah melunasi hutang karma dan terbebas dari jaring-jaring duniawi, maka kita akan mendapatkan kualifikasi untuk mengikuti ujian masuk ke Alam Langit, dengan mengikuti berbagai level ujian yang berbeda, dan hasil ujian akan menentukan tingkatan di Alam Langit yang bisa dimasuki.

Apa saja soal ujian yang harus kita ketahui bila ingin mendapatkan nilai yang bagus? Jawabannya sangat mudah, yaitu jasa kebajikan (gong de) dan tingkat kesadaran (jing jie).

Ini juga adalah salah satu sisi penting Ajaran Buddha Dharma dalam menolong semua makhluk – hal ini menjelaskan bahan ujian dan mengajarkan kita bagaimana mempersiapkan diri menghadapi ujian. Setiap orang harus mengikuti ujian ini, hanya bedanya tingkat ujian yang ditempuh, orang yang tidak mengenal Ajaran Buddha Dharma tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang soal ujian dan ujian yang akan dihadapi, bisa dikatakan tidak ada persiapan sama sekali, oleh karena itu disebut dengan “orang yang menyedihkan”.

Jasa kebajikan adalah hasil dari pembinaan diri, sedangkan tingkat kesadaran yang dicapai adalah hasil dari pembinaan pikiran. Baik membina diri maupun membina pikiran, keduanya saling mendukung dan melengkapi. Membina diri adalah cara untuk menuju pembinaan pikiran, sebaliknya dengan menjalani pembinaan diri, maka seseorang akan tersadarkan dalam banyak hal dan mencapai tingkat kesadaran yang semakin tinggi.

Membina pikiran adalah dasar dari melatih diri, bertekad adalah titik awal untuk melatih diri, semakin tinggi tingkat kesadaran yang dicapai seseorang, maka tekad kemauan yang dimilikinya juga akan semakin besar, hal ini bisa meningkatkan kualitas pembinaan diri seseorang.

Sebagai salah satu contohnya, jika seseorang karena suatu kebetulan berkesempatan untuk melakukan jasa kebajikan yang besar, yaitu menolong nyawa seluruh penumpang sebuah kapal, maka pahala yang didapatkannya juga sangat besar, namun karena orang ini tidak membina pikirannya, dan memiliki sifat pemarah, malas dan tamak, maka dia tetap tidak bisa masuk ke Alam Langit.

Jasa kebajikan dan tingkat kesadaran adalah standar wajib ujian, keduanya harus ada, oleh karena itu dalam Ajaran Buddha Dharma sangat menekankan kedua faktor ini, memberikan banyak penjelasan dan cara untuk meningkatkannya, menuliskan penjelasan yang mendetail terhadap hambatan, kesalahpahaman, dan keterikatan yang akan dihadapi serta mengajarkan kita cara untuk mengatasinya.

Semasa proses pelatihan diri, juga diberikan cara untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian. Seperti ujian mimpi, yang bertujuan untuk membantu kita mengetahui sampai ke mana tingkat pelatihan yang dicapai, dan dengan demikian menentukan arah pelatihan kita.

Karena kondisi setiap orang berbeda-beda, jodoh yang mengikat juga tidak sama, maka ada orang yang masih melekat dengan ketenaran dan kekayaan, ada juga yang berpikir: “Asalkan dia bisa kembali pada saya, saya akan melakukan apa pun”, ada juga orang yang melekat dengan keluarga, ada pula yang sibuk dengan pekerjaan, sibuk berinteraksi dengan orang lain, sibuk dengan semua hal-hal yang dikiranya sangat penting. Ada orang yang pada saat melafalkan paritta pikirannya bercabang seperti pohon willow, tetapi ada juga orang yang sangat mudah memusatkan pikiran.

Ada orang yang sudah membina diri selama bertahun-tahun, tetap saja tidak bisa mengerti: “Mengapa saya tetap mengalami ketidaklancaran”. Ada orang yang hanya dengan melafalkan paritta selama puluhan tahun sudah bisa terlahir di Alam Sukhavati, ada juga orang yang walaupun sudah menjadi biksu di dua kehidupan tetap saja menderita di Alam Manusia, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu sulit untuk memutuskan ikatan duniawi, dan menekuni Ajaran Buddha Dharma juga tidak hanya melafalkan paritta dan melakukan kebajikan, namun yang terpenting adalah “tersadarkan”, memperoleh “kebijaksanaan” itulah tujuan yang harus dicapai melalui mengumpulkan jasa kebajikan dan membina pikiran, dan setelah terbuka kebijaksanaannya, maka seseorang akan menjadi lebih baik lagi saat menghadapi ujian baru di masa mendatang dalam proses pembinaan pikiran, serta bisa melakukan jasa kebajikan yang lebih besar.