11. Perbedaan antara Perbuatan Baik dan Jasa Kebajikan
Kita semua tahu peribahasa “Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, dan kejahatan akan dibalas dengan kejahatan *善有善报,恶有恶报”, sebenarnya dari sudut pandang Buddhis, kalimat ini sangat tepat. Perbuatan dan pikiran baik (shan shi shan nian *善事善念) di sini merujuk pada perilaku dan pemikiran yang baik, semua perbuatan dan pikiran baik seseorang akan dicatat, dan pada suatu saat nanti dia akan mendapatkan balasan yang baik (pahala) atas apa yang dilakukannya.
Begitu juga dengan perbuatan dan pikiran jahat yang dilakukan seseorang akan dicatat, dan pada suatu saat nanti, dia pasti akan menerima hukuman atas perbuatannya itu. Hanya saja, balasan baik dari perbuatan dan pikiran baik seseorang tidak akan bisa menghapus balasan dari perbuatan dan pikiran buruk yang sudah dilakukannya, dengan kata lain, sewaktu seseorang banyak melakukan perbuatan baik, namun dia juga melakukan sebuah perbuatan yang sangat jahat, maka di satu sisi, pahala atas kebaikan yang dilakukan akan tetap diterimanya, namun di sisi lain, balasan atas perbuatan buruk yang telah dilakukan juga tetap tidak bisa dihindarinya. Inilah mengapa terkadang seseorang yang dianggap sebagai “orang baik” oleh semua orang, justru menderita di Alam Neraka setelah meninggal.
Jasa kebajikan – gong de *功德 adalah salah satu faktor yang sangat ditekankan di dalam Ajaran Buddha Dharma, apakah jasa kebajikan itu? Apa manfaatnya? Sebenarnya jasa kebajikan juga merupakan perbuatan dan pikiran yang baik, namun perbuatan dan pikiran baik ini dilakukan setelah berikrar di depan Buddha dan Bodhisattva, baru disebut sebagai jasa kebajikan.
Perbuatan dan pikiran baik yang kita lakukan, bila kita tidak meng-ikrarkannya di depan Buddha dan Bodhisattva, maka baik ditinjau dari faktor keinginan sendiri, maupun karena pengaruh dari Ajaran Buddha Dharma, “dia” tetap hanya akan berhenti di permukaan sebagai bentuk perilaku luar saja. Contohnya: seseorang yang bervegetarian selama bertahun-tahun, namun dia tidak pernah berikrar untuk bervegetarian di depan Pu sa (Bodhisattva), maka walaupun dia sudah bervegetarian bersih selama sepuluh tahun, tetap hanya dianggap sebagai sebuah hobi saja.
Oleh karena itu, kita seharusnya berikrar bervegetarian di hadapan Pu Sa, maka bervegetarian di sini akan menjadi suatu bentuk kebajikan dengan tidak melakukan karma membunuh, oleh karena itu, pada saat kita bertekad untuk melakukan kebajikan, sering berdana, membantu orang lain, bahkan berbakti kepada orang tua serta mengasihi saudara sendiri pun, kita perlu meng-ikrarkannya. Akan tetapi, pada saat kita melakukan kebajikan di kuil atau vihara, atau Guan Yin Tang, dan tempat suci Buddha dan Bodhisattva lainnya, maka kebajikan yang dilakukan ini akan dianggap sebagai jasa kebajikan, jadi tidak perlu berikrar lagi. Ini seperti surat dokumen yang baru akan sah berlaku secara hukum setelah ditanda-tangani oleh JP 4 (Justice of Peace) *JP atau Justice of the Peace adalah warga negara setempat yang dipilih atau ditunjuk untuk menjadi petugas pengadilan level bawah, orang yang diangkat tidak harus bergelar sarjana hukum, kriteria pengangkatan dan tugas yang dijalani juga berbeda – beda di setiap negara* , sama saja dengan perbuatan dan niat baik kita yang hanya akan berubah menjadi jasa kebajikan, bila sudah disaksikan oleh Pu Sa (Bodhisattva).
Lalu, apakah kegunaan dari jasa kebajikan? Kita semua tahu dampak negatif dari karma (ye zhang *业障) atau karma buruk (nie zhang *孽障), mereka seperti virus di dalam sebuah sistem, bersembunyi di dalam Kesadaran Alaya (alaya-vijnana) seseorang. Bila waktunya tiba, dia akan berubah menjadi arwah asing, dan mulai mempengaruhi orang tersebut, ini juga mengapa ada orang yang tadinya sehat, bisa tiba-tiba sakit dan sekarat, atau tiba-tiba mengalami kecelakaan, atau tertimpa musibah.
Bahkan, ada juga orang yang karena karma buruknya terlalu berat, selalu mengalami ketidaklancaran seumur hidupnya, aura wajahnya suram, dan terus mengeluh menyalahkan takdir. Sedangkan orang yang melakukan kejahatan atau membunuh di kehidupan ini, jika pahalanya belum terbalas habis, maka karma buruk yang diperbuatnya juga akan berubah menjadi bibit karma buruk yang tersimpan di kesadaran Alaya-nya. Kesadaran Alaya (alaya-vijnana) adalah kesadaran tingkat ke-8, juga dinamakan “aliye”, yang berarti kesadaran yang paling dasar.
Di dalam Kesadaran Alaya tersimpan berbagai macam “bibit”, yang bisa menumbuhkan perilaku yang baik dan yang buruk (terutama merujuk pada pemikiran seseorang). Bila bibit karma buruk tersimpan di sini, maka hanya jasa kebajikan yang bisa masuk dan menghapus bibit karma buruk tersebut, dan hasilnya karma buruk kita akan lenyap.
Inilah yang dikatakan, “Shen shi pu ti shu, xin ru ming jing tai, shi shi qin fu shi, wu shi re chen ai *身是菩提树,心如明镜台,时时勤拂拭,勿使惹尘埃” – tubuh kita bagaikan pohon bodhi, hati kita seperti sebuah cermin, selalu menyekanya dengan rajin, jangan sampai membiarkannya berdebu, hanya dengan jasa kebajikan saja, kita baru bisa membersihkan noda kotoran di dalam hati kita. Oleh karena itu, fungsi utama yang sangat penting dari jasa kebajikan adalah untuk menghapus karma buruk, inilah tugas paling utama yang harus dilaksanakan para praktisi Buddhis dalam membina diri di dalam Ajaran Buddha Dharma.
Hanya pada saat karma buruk kita sudah terhapuskan, pikiran kita baru bisa menjadi bersih dan tenang, terbuka kebijaksanaannya, dan terbuka kesempatannya untuk tersadarkan.