Tak Tergoyahkan, Berjalan Menyesuaikan Jalan Kebuddhaan, Hati Terhubung dengan Buddha -- 如如不动合道而行心佛相应 (2)
Kita harus berjalan menyesuaikan jalan Kebuddhaan. Praktisi Buddhis harus memiliki medan pembinaan. Altar di rumah adalah medan pembinaanmu. Aula yang menyembah Bodhisattva di kuil juga merupakan medan pembinaan. Jika kamu tidak di rumah atau di kuil saat kamu pergi keluar, di mana kamu bisa menemukan medan pembinaanmu? Yaitu hatimu yang murni dan tanpa cela, hati teratai yang murni dan suci, itu adalah medan pembinaan tempat Bodhisattva memasuki hatimu. Selama kamu memiliki medan pembinaan yang sangat bersih di dalam hatimu, kerisauan dan penderitaanmu akan segera hilang. Surga ada dalam pencerahanmu, seseorang mencarinya setiap hari, ingin mencari tanah kebahagiaan, tanah suci Barat. Ketika dia tidak dapat menemukannya, asalkan dia tersadarkan dan memahami makna hidup yang sebenarnya, lahir tidak membawa apa-apa datang dan mati tidak membawa apa-apa pergi. Bisa melihat kebenaran dan melepaskannya, itu adalah tercerahkan, maka akan memiliki Tanah Suci.
Obsesi dan ketersesatan adalah lautan penderitaan yang tiada batasnya. Kita manusia tidak bisa hidup dalam ketersesatan. Luas atau sempitnya dunia di bumi ini sepenuhnya ditentukan oleh pikiran kita sendiri. Dahulu ada pepatah yang berbunyi “perut perdana menteri dapat menampung perahu.” Karena perdana menteri mempunyai etika, dia tahu apa yang boleh marah dan apa yang tidak boleh marah. Kita sekarang adalah praktisi Buddhis yang lebih hebat daripada perdana menteri, karena hati Bodhisattva sangat luas sekali. Hati kita praktisi Buddhis seluas langit. Kita akan bahagia dan tertawa kemanapun kita pergi. Di dalam hati kita tidak mementingkan diri sendiri dan berlapang dada. Praktisi Buddhis selamanya harus memiliki tingkat kesadaran spiritual praktisi Buddhis, selamanya harus memiliki langit luas seorang praktisi Buddhis.
Mengenal ajaran Buddha Dharma, memahami ajaran Buddha Dharma, dan mulai belajar Buddha Dharma adalah apa yang Buddha ajarkan kepada kita, “berbalik adalah tepian pencerahan”. Hari ini, kita semua praktisi Buddhis telah berbalik, berharap tubuh semua orang juga harus berbalik kembali. Jika kita hanya berbalik tetapi masih terus menempuh jalan lama yang sama, maka tidak dapat menekuni Dharma dengan baik. Oleh karena itu, berharap setelah kalian berbalik, maka tubuh berbalik kembali, menemukan arah yang benar dalam belajar Buddha Dharma, melepaskan segalanya, dan maju dengan berani. Ketekunan bisa membuat orang menemukan ajaran Buddha Dharma yang benar.
Pada masa Sang Buddha, ada seorang samanera yang membaca sutra Buddha Kassapa pada malam hari. Suaranya saat membaca sutra terkadang sedih, terkadang sejuk, terkadang mendesak, dan terkadang penuh penyesalan. Sang Buddha mendengarnya dan berjalan menujunya dengan pelan dan berkata, “Samanera, apa yang kamu lakukan sebelum menekuni Dharma?” Samanera berkata, “Saya suka memainkan harpa.” Sang Buddha bertanya, “Apa yang akan terjadi jika senarnya terlalu longgar?” Samanera menjawab: “Tidak akan berbunyi (Tidak ada suara)” Sang Buddha bertanya lagi: “Apa yang akan terjadi jika senarnya lelah (putus)?” Samanera menjawab: “Suaranya akan putus.” Sang Buddha bertanya lagi: “Jadi bagaimana jika menengah antara cepat dan lambat?” Samanera menjawab: “Setiap suara akan dapat dimainkan.” Sang Buddha berkata: “Menekuni Dharma juga begitu, pikiran harus seimbang. Menekuni Dharma dan memohon pencerahan tidak boleh terburu-buru. Terkadang tergesa-gesa ingin berhasil mencapai pencerahan dalam menekuni Dharma, tubuh dan pikiranmu akan sangat lelah dan letih. Kesadaranmu akan menjadi kesal dan bosan. Begitu kamu merasa bosan, perilakumu dalam pembinaan akan perlahan mundur. Bertindak berarti mundur, tubuh, ucapan dan pikiran sedang menciptakan dosa, dan kamu mundur lagi, bukankah ini memperparah dosamu? “Setelah mendengar hal tersebut, Samanera segera menyetujuinya. Oleh karena itu, tubuh dan pikiran harus murni dan stabil, agar pikiran dalam menekuni Dharma tidak hilang. Berharap semua orang tidak boleh terburu-buru atau terlalu lambat dalam menekuni Dharma, harus memiliki prioritas yang tepat, baru bisa membina medan pembinaan di hati dengan baik.
Ada orang yang membina pikirannya dalam menikmati berkah, ada orang yang membina pikirannya dalam menanggung penderitaan. Apakah membina pikiran melalui menanggung penderitaan akan membawa berkah kebajikan yang lebih besar, atau ladang berkah dalam menikmati berkah yang lebih besar? Sebenarnya, dalam penderitaan adalah menanam ladang berkah. Selama kamu menanam ladang berkah di dalam penderitaan, maka pahala berkahmu akan semakin besar. Setelah menanggung penderitaan, karena kekuatan tekad dan niat yang kuat, jadi berkah dan ladang berkah yang diperoleh juga besar. Kebijaksanaan seseorang dapat terlihat dari penderitaan. Ada orang yang pasif, pemarah, benci, dan putus asa dalam penderitaan, menciptakan belenggu hidup bagi dirinya sendiri, ini tidak memiliki kebiijaksanaan. Seseorang yang dapat menanggung penderitaan dan mengatasi penderitaan adalah orang yang memiliki kebijaksanaan. Kebijaksanaan seseorang terlihat dari penderitaan. Orang yang memiliki kebijaksanaan dapat mengatasi penderitaan dan menghilangkan kesulitan. Semakin menderita, orang semakin harus tenang, maka akan semakin memiliki kebijaksanaan. Orang yang bisa mengatasi penderitaan pasti memiliki kebijaksanaan. Banyak orang takut menderita, tidak ingin membina diri dengan baik. Orang yang takut menanggung derita akan menderita seumur hidup, tetapi orang yang tidak takut menanggung derita akan menderita untuk sementara waktu. Praktisi Buddhis sangat tidak mudah, namun penderitaan praktisi Buddhis hanya bersifat sementara. Meskipun praktisi Buddhis menanggung penderitaan, tetapi pasti bisa terbebas dari penderitaan. Sedangkan orang yang tidak menekuni Dharma akan menderita selamanya. Kita harus menekuni Dharma, sehingga kita bisa terbebas dan terlepas setelah menderita beberapa saat.
Ketika kamu tahu bahwa dirimu bingung dan bertolak belakang dengan kebenaran, Master akan mengajari kalian sebuah metode. Banyak orang tidak tahu mengapa dirinya tidak dapat berpikiran terbuka. Sesungguhnya, jika tidak bisa berpikiran terbuka adalah karena terjerat karma, tidak memiliki potensi kesadaran, dan kehilangan kebijaksanaan. Ketika suami istri bertengkar, mengurus anak, dan segala sesuatunya tidak memuaskan, semua itu merupakan tidak bisa berpikiran terbuka. Ketika seseorang masih tidak tahu bahwa dirinya sedang kebingungan, itu adalah yang paling menyedihkan. Hanya ketika dia mengetahui bahwa dirinya sedang kebingungan barulah dia akan mencari pembebasan. Ketika seseorang tidak tahu dirinya menderita kanker, dan masih makan, minum dan bersenang-senang, itu adalah yang paling bahaya. Ketika seseorang tahu bahwa dirinya sakit barulah dia akan pergi berobat ke dokter untuk menyembuhkan tubuhnya. Kita harus memahami untuk menoleransi orang yang mempunyai pendapat yang berbeda dengan kita, harus belajar menoleransi mereka. Menoleransi orang lain akan membuat diri kita sangat nyaman. Semakin kamu memiliki pendapat tentang seseorang, semakin kamu harus menoleransi dia. Saat itu, hatimu akan merasa sangat nyaman. Jika berpikir untuk mengubahnya sepanjang hari, kamu akan hidup sangat menderita. Antara suami dan istri, jika kamu tidak bisa mengubah istri atau suamimu, maka kamu harus mengubah dirimu terlebih dahulu, baru bisa mengubah keluarga.
Belajar bersabar adalah obat terbaik untuk melindungi ladang hatimu. Orang yang sabar tidak akan bersedih. Orang yang sabar tidak akan menyakiti hatinya sendiri. Orang yang tidak bisa sabar akan kehilangan kendali. Orang yang tidak bisa sabar akan memarahi orang lain, marah sampai nenek moyang orang lain. Kita harus belajar menghargai, harus memahami kesabaran dan ketekunan. Jika ingin melindungi jantung, liver dan jiwa diri, harus memahami untuk bersabar. Kesabaran dalam menekuni Dharma adalah semangat ketekunan.
Jangan pernah berdebat dengan Hukum Karma (sebab dan akibat), karena Hukum Karma tidak pernah keliru. Ketika kamu sendiri merasa, mengapa hal ini terjadi, mengapa giliran saya, mengapa orang lain tidak sakit tetapi saya sakit, mengapa saya kehilangan akal sehat…. segalanya disebabkan oleh karma. Hukum karma tidak akan pernah keliru. Ada “Hukum Newton” di dunia, dan ada “Hukum Karma” dalam agama Buddha. Praktisi Buddhis harus memahami bahwa hukum kita adalah Hukum Karma. Tidak ada banyak benar atau salah di dunia ini, hanya ada sebab dan akibat!
Harus belajar menjadi orang yang sungguh-sungguh di dunia ini dan melihat kebenaran tentang banyak hal di dunia. Sebagian orang yang berusaha keras untuk menjadi presiden, bos, direktur, atau manajer, tetapi ada orang yang memandang sederhana terhadap orang-orang ini. Dia berkata: zong cai (presiden) selalu “cai jian — menggunting baju” untuk orang lain. Lao ban (bos) selalu “ban zhe lian — bermuka cemberut”. Zong jian (direktur) selalu harus “jian du – memantau” orang lain, dan jing li (manajer) sering kali bersikap tidak “dao li – rasional”. Ketenaran dan kekayaan ini akan membawa masalah bagi manusia, dan tidak akan membawa kebahagiaan. Buddha dan Bodhisattva berkata bahwa segala hal di dunia selalu ada lahir dan lenyap, begitu pula kehidupan, mengapa harus melekat dan menambahkan terlalu banyak kerisauan dalam hidup yang singkat ini? Praktisi Buddhis harus memiliki pikiran yang sepenuhnya terintegrasi, harus berpikiran terbuka, dapat melewatinya, tidak terikat, tidak mengecewakan hati nuraninya sendiri, membiarkan hati menyesuaikan jodoh, ini adalah kesempurnaan. Setelah mencapai kesempurnaan, harus memahami untuk menggunakan kekuatan berkat dari menekuni Dharma untuk mengendalikan pikiran khayalan diri sendiri. Semakin sedikit pikiran khayalan, semakin banyak pikiran benar yang kamu miliki. Jangan selalu hidup dalam khayalan. Jika menyingkirkan pikiran khayalan maka pikiran benar akan muncul. Berharap semua orang hidup dalam pikiran benar setiap hari, baru akan hidup lebih bijaksana.
Seseorang akan mengalami banyak penyesalan dalam hidupnya. Dua penyesalan yang paling menyakitkan orang: yang pertama adalah jiwa kehilangan dukungan, hal yang diinginkan menjadi ilusi. Banyak orang yang menaruh terlalu banyak harapan pada orang tertentu, begitu menimbulkan kekecewaan, mereka akan merasa itu adalah penyesalan seumur hidup. Satu lagi adalah tidak dapat menghasilkan kecerdasan untuk menangani dan menyelesaikan masalah dengan lancar ketika hal itu terjadi. Ketika seseorang menghadapi kesulitan dan masalah, dia segera melahirkan kebijaksanaan untuk menyelesaikannya, maka dia tidak akan menyesal dalam hidupnya. Sekarang ini jiwa kita dalam menekuni Dharma telah diandalkan kepada Guan Shi Yin Pu Sa, maka kita tidak akan memiliki penyesalan seumur hidup. Ketika kita menghadapi masalah, kita menggunakan kebijaksanaan Bodhisattva untuk menyelesaikannya, kita mengandalkan ajaran Buddha Dharma, mengandalkan kebijaksanaan Guan Shi Yin Pu Sa dan sinar cahaya Buddha. Sifat dasar semula yang memang dimiliki oleh manusia membawakan cahaya kebijaksanaan, agar kita dapat menerangi masa depan diri kita, agar kita dapat terus berani maju meskipun menghadapi bahaya, masalah dan kesulitan. Selama kita tekun belajar Buddha Dharma dan membina pikiran kita, hati kita dan Buddha akan semakin dekat. Ketika hati kita dan Buddha semakin dekat, maka kita adalah Buddha.