Tak Tergoyahkan, Berjalan Menyesuaikan Jalan Kebuddhaan, Hati Terhubung dengan Buddha -- 如如不动合道而行心佛相应 (1)
Terima kasih kepada Guan Shi Yin Pu Sa Yang Maha Welas Asih dan Maha Penyayang, serta para Naga Langit Pelindung Dharma. Kami dipenuhi dengan sukacita Dharma beberapa hari ini. Bunga teratai bermunculan di langit dan dunia. Di bawah perlindungan Guan Shi Yin Pu Sa, bunga di hati kita bermekaran! Berkumpul bersama semua umat Buddhis dan biksu biksuni, melewati waktu dengan kebijaksanaan prajna kita.
Pada Periode Akhir Dharma, pikiran manusia kacau balau, terobsesi dengan keinginan material, dan kehilangan karakter moralnya. Seseorang yang tidak memiliki moralitas, dia tidak mungkin memiliki kebijaksanaan. Moralitas sering kali dapat mengisi kekurangan kebijaksanaan manusia, tetapi kebijaksanaan manusia tidak dapat mengisi kekurangan moralitas. Oleh karena itu, diperlukan menggunakan kebajikan Buddha untuk hidup di dunia ini, jika tidak maka akan menyakiti diri sendiri. Berharap semua orang jangan melukai diri sendiri dengan keinginan duniawi, tetapi memperkaya diri dengan kebijaksanaan Bodhisattva.
Segala hal yang kita miliki di dunia ini terkadang adalah ilusi, dan terkadang adalah nyata. Ilusi ada dalam kenyataan, dan kenyataan ada dalam ilusi. Dunia ini adalah palsu, yang nyata adalah jiwa kebijaksanaan kita bisa melampaui Enam Alam, namun kita harus hidup dengan baik di dunia, inilah yang disebut meminjam kepalsuan untuk membina kebenaran. Kebahagiaan harus ditemukan dalam kepuasan, dan semua kerisauan ditemukan dalam keinginan. Jadi yang terbaik adalah merasa puas dan bahagia. Terhadap kehidupan ini, jangan terlalu mengejar, karena segala hal dalam hidup ini adalah palsu dan kosong. Ketika kamu lahir, semua orang di sekitarmu tersenyum, tetapi kamu datang ke dunia dengan tangisan. Ketika kamu mencapai akhir hidupmu, semua orang di sekitarmu menangis, dan kamu pergi dengan senyuman, inilah hidup. Memahami ketidakkekalan adalah langkah pertama dalam menekuni Dharma. Ketidakkekalan bersifat permanen di dunia ini. Kita tidak dapat menganggap dunia ini sebagai tempat tinggal permanen kita. Rumah kita yang sebenarnya ada di Alam Surga. Singkirkan ketidakkekalan, temukan tingkat kesadaran spiritual, lepaskan diri dari Enam Alam di dunia, berperilaku yang baik dan melakukan perbuatan baik. Gunakan hati dan pikiran yang baik untuk terus membantu orang lain, dan perbaiki kekurangan diri sendiri, maka kamu bisa mengatasi kerisauan duniawi dan menambah kebijaksanaan hidup yaitu hidup di surga di dunia.
Terhadap kemalangan diri, semakin lama kita mengkhawatirkannya, semakin lama hal itu akan menyakiti kita. Jika kamu membeli barang-barang yang tidak diperlukan, maka kamu tidak akan mampu membeli barang yang kamu perlukan. Jika membaca terlalu banyak buku yang tidak diperlukan, maka tidak akan bisa membaca buku-buku Buddhis yang benar-benar membuatmu memahami kebenaran. Harus melepaskan kerisauan diri sendiri, terkadang berkontak dengan banyak kerisauan, itu karena dicelakai oleh enam kekotoran duniawi dan enam akar indrawi sendiri. Berharap semua orang dapat menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang yang baik, banyak bersama dengan para biksu yang tercerahkan, dan praktisi Buddhis dengan keyakinan dan pemikiran yang benar, bekerja sama, berkomunikasi, dan mempelajari pemikiran yang benar, kita baru tidak akan menyimpang, baru bisa mempelajari Buddha Dharma yang sebenarnya. Harus menggunakan pengetahuan dari orang yang baik untuk perlahan-lahan menghilangkan keserakahan, kebencian, dan kebodohan diri sendiri. Harus bergaul dengan teman yang baik, mencari guru dan teman yang baik. Berharap kalian dapat menemukan teman se-Dharma yang baik dan menekuni Dharma dengan tekun bersama-sama. Kalian sekarang perlu mencari seorang Master. Master ini adalah “Master yang mengerti”, bukan yang terkenal, tetapi yang “Mengerti”. Master pasti akan sangat paham dan memiliki potensi kesadaran untuk membimbing kalian keluar dari alam kerisauan.
Kita berbicara tentang membina pikiran setiap hari, tetapi apa sebenarnya pikiran kita? Pikira secara alami akan berubah sesuai dengan rupa di hadapan kita, pikiran terus bergerak, melihat hal yang disukai atau tidak disukai juga akan bergerak. Mengikuti arus integritas moral, tidak ada kegembiraan atau kekhawatiran. Kita harus menyesuaikan berlalunya jodoh, memahami sifat dasar diri sendiri. Meskipun hal ini tidak baik untuk sifat dasar saya, namun ketulusan dan hati nurani saya dapat menilai apakah itu baik atau buruk. Ketika memahami bahwa kesedihan dan kegembiraan di dunia hanyalah sementara, kesedihan tidak dapat bertahan lama, dan kegembiraan juga tidak dapat bertahan lama, maka tidak akan memiliki kegembiraan dan kekhawatiran pada saat ini.
Hati manusia itu seperti cermin, adalah tiada pikiran. Berdasarkan benda dan hal yang muncul di depanmu, berkali-kali menciptakan pikiran yang palsu. Hanya ada satu pikiran asli. Ketika pikiranmu seperti cermin terus-menerus mencerminkan keadaan demi keadaan, maka akan ada banyak pikiran palsu dan munafik yang muncul. Bukankah hati itu hanya satu? Ada jutaan hati, namun itu adalah hati eksternal. Hati itu ada dua macam, hati eksternal dan hati internal. Hati eksternal adalah keserakahan, kebencian, kebodohan, kecemburuan hati untuk menyakiti orang lain, dan lain-lain. Ini karena kamu berkontak dengan enam kekotoran duniawi dan tercemar oleh lingkungan luar. Hati eksternal akan menjadi sangat kotor; sedangkan hati internal adalah sifat dasar dan hati nuranimu, adalah sangat baik. Oleh karena itu, kita harus menggunakan sifat dasar kita untuk melawan pikiran-pikiran luar, sehingga kita dapat mengatasi mentalitas yang buruk, seperti iri hati terhadap orang lain, keserakahan, kebencian, kebodohan dan pikiran-pikiran lainnya. Ketika seseorang memutuskan untuk melakukan sesuatu, dia akan memiliki dua mentalitas yang muncul pada saat yang bersamaan. Misalnya, tetangga mengambil keuntungan dari saya, dan saya berpikir dalam hati: “Mengapa saya harus membiarkan dia mengambil keuntungan? Saya akan memarahi dia!” Hati yang satu lagi berkata: “Jangan memarahi dia, kita adalah tetangga, akan menimbulkan masalah di masa depan.” Hati eksternal berkata, “Kenapa? Sering ditindas olehnya, setelah waktu yang lama dia akan kelewatan.” Hati internal sedang berdebat: “Janganlah, dia telah membantu kita juga, sudahlah.” Saat itu, hati internal dan hati eksternal terus menerus berdebat. Jika hati eksternal menang maka kamu akan mendapat masalah. Kamu akan menggunakan hati ekstenal untuk menyakiti orang lain. Jika kebajikan Buddha dalam hati dan sifat dasar baik hati mengalahkan hati ekstenal, tidak berebut atau bertengkar, mungkin krisis ini akan berubah menjadi kedamaian dan tidak akan ada hubungan buruk. Jadi jangan fokus pada hati eksternal, tetapi perhatikan pada hati internal. Cahaya di dunia batinlah yang merupakan cahaya yang sesungguhnya.
Daripada menyalakan lampu untuk menerangi orang lain, lebih baik berikan dia lampu yang terang, biarkan dia berjalan sendiri. Jika kita adalah lampu jalan, dan orang lain berdiri di bawah lampu jalan, dia dapat meminjam cahaya Buddha, tetapi ketika dia meninggalkan lampu jalan, yang dia hadapi adalah kegelapan. Oleh karena itu, daripada menggunakan lampu jalan untuk menerangi orang lain, lebih baik memberikannya lampu yang terang. Lampu Buddha ini akan selalu menerangi masa depannya, membuatnya tidak tersesat, tidak sedih, tidak salah jalan.
Pikiran tampak ada tetapi tidak ada, dan tampaknya tidak ada tetapi ada, ini adalah sifat dasar. Ketika seseorang seperti mempunyai pikiran, namun sepertinya tidak mempunyai juga, maka pada saat itu dia telah memasuki sifat aslinya. Ketika kamu merasa bahwa hal ini bisa dilakukan dan tidak bisa dilakukan barulah hal itu akan menyentuh hati nuranimu. Berharap semua orang memahami bahwa melafalkan paritta harus menyelaraskan pikiran, membina diri bergantung pada pembinaan pikiran. Jika pikiran baik maka perilaku juga akan baik. Jika pemikiran baik maka perilaku dan ucapan akan baik. Oleh karena itu, harus berhati-hati dalam perilaku, ucapan, dan pikiran.
Saat kita menekuni Dharma, terkadang kita tidak memahami banyak prinsip dan melakukan banyak kesalahan. Sebenarnya, semua orang memiliki suatu proses, jangan dibutakan oleh kerisauan duniawi, karena mereka tidak akan membuatmu risau selamanya. Tidak ada kesempurnaan di dunia, dan tidak ada keabadian di dunia. Seseorang baik di hari ini dan buruk di hari esok, bergantian setiap hari. Di saat buruk, kita harus melihat ke masa depan, dan di saat baik, kita harus berpikir bahwa hal ini mungkin akan menjadi semakin buruk di masa depan. Harus selalu menggunakan hati yang seimbang dan baik agar hati kita tidak terlalu meluap-luap. Perusahaan periklanan mengatakan, “Jangan lewatkan saat Anda lewat. Lebih baik bertindak daripada tergerak hatinya.” Iklan memiliki prinsip psikologis, berbagai iklan makanan membuat orang ingin memakannya ketika melihatnya. Banyak orang makan tanpa henti, semakin makan semakin gemuk, efek iklan pun datang, begitu juga dengan godaan duniawi. Jika kamu bisa tetap bergeming ketika hati tergerak, tidak kesal meskipun merasa kesal, maka pada saat ini baru telah meneladani Bodhisattva hingga tak tergoyahkan.
Jika orang dapat melihat dirinya sendiri dari sudut pandang yang berbeda, dari sudut pandang yang tinggi melihat perilaku dan etika diri, maka dia dapat mencapai tingkat kesadaran spiritual yang leluasa. Apa itu tingkat kesadaran spiritual leluasa? Ketika orang lain membicarakanmu, kamu harus sering berpikir: “Apa hebatnya saya? Tidak masalah jika membiarkan dia memarahi saya beberapa patah kata. Siapa yang tidak akan dikritik?” Ini adalah fenomena alami dan normal, akan melepaskan diri dari kepentingan jangka pendek dan tidak akan membiarkan kesedihan maupun segala macam kerisauan duniawi masuk ke dalam kesadaranmu. Ketika orang memarahimu, kamu tidak akan sedih maupun bahagia, karena kamu tahu bahwa kesedihan dan kegembiraan itu hanya bersifat sementara. Orang memujimu atau memarahimu itu hanya sementara. Satu kata bisa membuat seseorang tertawa dan juga dapat membuat orang marah, ini berarti hati tergerak oleh orang lain. Mentalitas yang biasa, karena perkataan orang lain bisa membuatmu tertawa atau ribut, begitulah manusia, sepatah kata dari orang lain bisa mengacaukan hatimu. Banyak orang yang hatinya tidak bisa tenang karena pikirannya sering teralihkan oleh hal-hal sepele di dunia. Dalam hidup kita, kita merasakan tekanan yang tak terlihat sejak kita dilahirkan, sepertinya ada tali yang mengikat kita, ditarik oleh takdir. Kita kekurangan banyak kebijaksanaan. Kita mengikuti takdir kita dan berjalan ke dalam kuburan kita sendiri dalam kebingungan. Pikiran akan berubah dengan bebas sesuai dengan penampakan di hadapannya. Jika hati tergerak, maka dapat melihat hakikat hati, pada dasarnya hati itu tidak ada suka dan duka, hati itu setenang air. Kita harus tidak ada suka dan duka, menganggap suka dan duka itu hanya pemunculan sementara. Orang-orang harus terbebas dari kepentingan-kepentingan jangka pendek, maka ia tidak akan bersedih, tidak akan memiliki kerisauan duniawi, dan juga tidak ada kegembiraan. Ketenaran dan keuntungan sementara yang menimpa diri, merasa kegembiraan yang diperoleh akan hilang segera. Harus mencegah kebencian dan keserakahan diri sendiri, tidak berselisih demi kepentingan dan keinginan diri sendiri, karena akibat dari perselisihan adalah sumber penderitaan. Ketika kamu bertengkar, maka selanjutnya kamu akan sangat menderita. Jika tidak bertengkar, maka tidak akan menderita, begitu bertengkar, maka akan menderita. Harus menggali akar masalah ini, maka pikiran akan menjadi luas secara alami.