Acara Pertemuan Umat Buddhis Sedunia di Hong Kong – 8 Juni 2013 (Bagian 1)

Berakhirnya Penderitaan Datanglah Kebahagiaan, Konsentrasi Zen Melahirkan Kebijaksanaan -- 苦尽甘来禅定慧生上 (1)

Sekali lagi terima kasih kepada Guan Shi Yin Pu Sa, Naga Langit Pelindung Dharma, hari ini kita memiliki jodoh yang istimewa untuk berkumpul di sini untuk mendapatkan manfaat dari Dharma bersama-sama, menikmati kebahagiaan Dharma, dan menikmati sukacita Dharma yang tiada taranya. Juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak terkait di Hong Kong atas dukungannya kepada kita, termasuk kepada Tim Ambulans St. John Hong Kong atas bantuannya setiap hari. Mari kita ucapkan terima kasih kepada mereka atas kedatangannya.

 

Terima kasih kepada semua tamu terhormat, semua biksu agung dan teman-teman se-Dharma atas bantuannya, sehingga kita mempunyai kesempatan untuk membabarkan budaya tradisional Tionghua di Hong Kong hari ini, dan menjalani kehidupan yang harmonis seperti di Alam Surga. Setiap orang seperti saudara dan semua orang seperti Bodhisattva. Kita harus membina pikiran dengan baik dan segera menjadi Buddha masa depan.

 

Sebelum tiba di Hong Kong, Sekretariat mengirim email ke Master. Seorang wanita bernama Gao Jingna mengirim email pada tanggal 27 Mei. Dia telah menikah selama delapan tahun dan tidak bisa hamil, sangat menderita. Dia telah minum banyak obat dan menghabiskan banyak uang. Dia telah berobat ke banyak dokter terkenal, tetapi tidak ada hasilnya. Namun, dia hamil dalam waktu dua bulan setelah berikrar, melafalkan paritta dan melepaskan makhluk hidup. Dia berkata: Saya dan suami saling berpelukan dan menangis bersama. Tahun ini kami melahirkan seorang bayi yang cerdas dan lucu. Saya tidak bisa mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada Guan Shi Yin Pu Sa dengan kata-kata. Mari kita berterima kasih kepada Guan Shi Yin Pu Sa.

 

Berikut saya akan memberi tahu kalian sebuah kabar, hari ini selain Guan Shi Yin Pu Sa, masih banyak Bodhisattva lainnya yang hadir. Seorang pendengar menulis apa yang dilihatnya dengan matanya sendiri pada Seminar Dharma sore ini: “Pada sore hari tanggal 8 Juni 2013, saat saya masuk ke tempat acara, saya mencium bau kayu cendana. Ketika saya membuka mata, saya melihat Sang Buddha duduk di tengah. Ada Bodhisattva yang berdiri di kedua sisi, dan Guan Shi Yin Pu Sa serta banyak Bodhisattva lainnya berdiri di kedua sisi, dan 108 Bodhisattva berdiri di atas teratai.” Acara Seminar Dharma yang begitu besar, ratusan Bodhisattva datang setiap kalinya, jadi kalian semua yang hadir di sini hari ini semuanya akan mendapat berkat. Ketika kalian pulang, penyakit kalian akan sembuh dan pikiran kalian akan menjadi jernih. Segalanya akan menjadi baik, penuh sukacita Dharma. Dia berkata: “Saat Master Lu memberikan wejangan, Guan Shi Yin Pu Sa menitikkan air mata. Guan Shi Yin Pu Sa berkata, “Ada begitu banyak orang yang masih belum melihat perilaku dan situasi mereka dengan jelas, dan sebagian orang masih sangat egois.” Sang Buddha yang berada di samping mendengarkannya, lalu Beliau mengangguk kepala dan berkata, “凡心即度fan xin ji du — Semua pikiran dapat tersadarkan.” Karena ini perkataan Sang Buddha. Saya tidak tahu apakah yang dimaksud adalah kata “即 ji” yang ini. Murid  bodoh belum tercerahkan.  Mohon Master memberikan wejangan. Ini yang saya lihat dan dengar dari pengalaman pribadi saya, tidak ada sedikit pun omong kosong dan ucapan palsu. Jadi rekan se-Dharma harus baik-baik membina diri, membina dengan serius, dan sungguh-sungguh. Master benar-benar menaruh banyak perhatian pada kita, Beliau telah banyak berkorban.”

 

Hidup ada di antara tarikan nafas, ini sabda Sang Buddha. Hidup seseorang sangat terbatas, terkadang tidur dan tidak bangun, maka pergi begitu saja. Master ingat pernah membaca sebuah berita, orang ini sering mendengkur sampai kehabisan nafas, namun suatu hari dia kehabisan nafas dan meninggal dunia, bukankah hidup ada di antara tarikan nafas? Kita harus mengerti untuk membina kesetaraan hati. Kita semua sama, harus menyingkirkan penderitaan di dalam hati. Hidup ini sangat menderita, datang dengan tangisan, membawa kerisauan dan penderitaan seumur hidup, pada akhirnya meninggalkan dunia ini tanpa daya. Apa yang masih perlu diperjuangkan dan diperebutkan? Kita harus belajar dari lautan yang selalu berada di titik terendah. Jika pikiran tenang, kebaikan atau kejahatan itu sama saja. Jika ada Buddha di dalam hati, perolehan dan kehilangan tidak menjadi masalah. Apa yang bisa kehilangan dan apa yang bisa diperoleh? Hari ini kehilangannya, besok akan mendapatkannya; besok mendapatkannya, lusa akan kehilangannya lagi, itulah ketidakkekalan. Kita hidup di dunia ini, harus menggunakan kebijaksanaan untuk memahami dunia yang selalu berubah ini. Bodhisattva mengatakan dunia ini hanyalah ilusi, mengapa? Ilusi artinya kamu yang memikirkannya, karena setelah ratusan tahun kemudian kita tidak akan dapat melihatnya lagi. Rumah yang kita miliki di masa lalu telah hilang. Kita bahkan tidak tahu nama kita saat dilahirkan. Ketika kita meninggal ratusan tahun kemudian, lalu siapakah kamu?

Master selalu suka menceritakan lelucon, hari ini banyak orang baru yang datang, jadi Master akan menceritakan lelucon lama ini lagi. Saat ujian, ada pertanyaan tentang siapa tokoh utama dalam Insiden Xi An? Semua orang tahu itu seharusnya Zhang Xueliang, tetapi anak-anak menulis Zhang Xueyou. Coba pikirkan dan kalian akan tahu, marshal muda di kala itu, menawan dan kompeten. Semua orang merasa dia muda dan tampan saat itu. Di mana dia sekarang? Tidak setenar Zhang Xueyou. Masa lalu adalah masa lalu. Masa lalu tidak dapat diperoleh. Masa depan belum datang dan tidak dapat diperoleh walaupun memikirkannya setiap hari. Jadi, tidak dapat diperoleh juga. Yang dimiliki hari ini akan segera hilang juga. Oleh karena itu, Bodhisattva sejak awal telah bersabda dalam Sutra Vajra: Masa lalu tidak dapat diperoleh, masa depan tidak dapat diperoleh, dan masa kini tidak dapat diperoleh.

 

Di dunia ini, kita menciptakan sesuatu dari ketiadaan. Ketika seorang anak lahir, sesuatu muncul dari ketiadaan. Kita harus mengerti untuk mengubah sesuatu menjadi tiada. Jika sesuatu ada di dunia, kita harus menghilangkannya, harus menghilangkan kerisauan dan kesedihan, menyingkirkan semua hal yang buruk, itu disebut meniadakan dari ada. Kita harus mengerti untuk mengubah pikiran kita. Pikiran kita harus murni, sehingga kita bisa meminjam kepalsuan untuk membina kebenaran di dunia. Menurut kalian apa perbedaan antara kegembiraan dan kebahagiaan? Kegembiraan berasal dari sesuatu yang telah kamu lakukan, sedangkan kebahagiaan berasal dari tidak memohon, tidak serakah. Kegembiraan dapat dibagi, sedangkan kebahagiaan biasanya merupakan kenikmatan yang perlahan-lahan dipahami, itu bersifat abadi. Jadi, berharap kalian memiliki kebahagiaan, bukan kegembiraan sementara.

 

Jumlah orang yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas di seluruh dunia adalah 500.000 per tahun. Lebih dari 3.000 orang menjadi cacat atau menjadi vegetatif karena kecelakaan lalu lintas setiap hari. Di Tiongkok, rata-rata 150 orang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas setiap hari. Jadi harus mematuhi hukum dan aturan. Jangan mencelakai orang lain karena diri sendiri tidak menaati peraturan lalu lintas. Praktisi Buddhis harus memahami bahwa orang lain sakit, saya turut merasakan sakitnya. Kita harus memahami bahwa hati dan pikiran orang lain adalah hati dan pikiran kita, menyakiti orang lain berarti menyakiti diri kita sendiri. Banyak orang tidak paham pentingnya tubuh jasmani, karena sperma ayah dan darah ibu, membuat diri melakukan karma. Jika kamu menyakiti tubuhmu, luka di tubuh anak, tetapi sakitnya di hati ibu. Menyakiti tubuh adalah durhaka yang paling besar. Jadi, berharap kalian semua menjaga tubuh kalian dengan baik. Ini juga merupakan salah satu bentuk bakti orang Tionghua. Kita tidak menyakiti orang lain, tidak melukai orang lain, ini juga merupakan cinta negara dan rakyat. Selama ada cinta dan welas asih di hati, maka kamu tidak akan menyakiti orang yang tidak bersalah. Sebagai manusia, kita selamanya tidak boleh melakukan hal buruk pada orang lain.

 

Hati manusia ibarat ladang, apa yang ditabur, itulah yang akan dituai. Menabur benih kejahatan akan mendapat buah karma buruk, menabur benih kebaikan  akan mendapatkan buah karma baik. Oleh karena itu, menekuni Dharma harus menyesuaikan jodoh, harus secara alami. Kita harus memupuk substansi positif dan memperkuat kekuatan positifnya, sehingga kita tidak terbawa arus emosi dan suasana hati negatif. Kita selalu dikendalikan oleh emosi kita sendiri, terbawa arus oleh orang lain. Misalnya, bahagia sekali di rumah, namun tiba-tiba karena telepon dari seseorang, segera kamu akan marah dan emosi. Harus mengerti dan memahami kehidupan, kamu harus menjadi tuan hidupmu sendiri, maka hatimu baru bisa menjadi pengendali, hidupmu baru bisa berubah dan mendapatkan kehidupanmu yang sesungguhnya.

 

Master menggunakan beberapa pernyataan untuk membuat perumpamaan kehidupan, menulis kehidupan sebagai “kehidupan akuntansi”. Pertama-tama, tubuh adalah aset tetap kamu. Usia adalah akumulasi penyusutan kamu. Cinta adalah aset tak berwujud. Pernikahan adalah laporan konsolidasi. Kekasih adalah hutang yang harus dibayar. Hidup adalah operasional yang berkelanjutan. Pertengkaran adalah kerugian. Pakaian adalah biaya kemasan. Kenangan adalah laporan analisis keuangan. Perceraian adalah laporan likuidasi keuangan. Pernikahan kedua adalah penggabungan aset kembali. Terakhir, introspeksi adalah inventarisasi internal. Mari kita menerima lebih banyak Dharma dalam sukacita Dharma.

 

Untuk memahami dunia, kita praktisi Buddhis harus terlebih dahulu memahami diri kita sendiri. Jika kita bisa menerima bahwa kita tidak sempurna, maka kita tidak perlu sibuk untuk menjelaskannya. Karena kamu pasti tidak sempurna, mengapa harus mati-matian menjelaskannya? Jika kamu menerima bahwa dirimu tidak sehebat itu, maka kamu tidak perlu membuktikannya kepada orang lain. Jika kamu bisa melepaskan prasangka diri sendiri, maka kamu tidak perlu berdebat dan membantah orang lain. Jika kamu bisa tidak terlalu peduli dengan apa yang orang lain pikirkan tentang dirimu, maka kamu tidak perlu menangis dan mengeluh. Harus selalu diam, harus selalu tenang, harus bisa menenangkan pikiran, harus selalu menundukkan kepala. Master mengajari kalian cara untuk menjadi bahagia, mau tidak? Orang yang sering menundukkan kepala akan selalu bahagia.

 

Seorang pria bertanya kepada  guru Zen, apa hal yang paling menakutkan di dunia. Guru tersebut mengatakan kepadanya bahwa hal yang paling menakutkan adalah nafsu keinginan. Dia bertanya: Mengapa nafsu keinginan adalah hal yang paling menakutkan, dan bukankah kematian adalah hal yang paling menakutkan? Biksu itu menceritakan sebuah kisah kepadanya: Ketika seorang biksu sedang menanam pohon.  Dia tiba-tiba menggali satu pot berisi emas. Dia sangat ketakutan: “Menakutkan sekali, menakutkan sekali…” Dua orang kebetulan lewat dan bertanya kepada biksu itu apa hal yang menakutkan. Biksu berkata, “Oh, saya menggali satu pot berisi emas, sangat menakutkan sekali.” Kedua orang itu berkata, “Apakah kamu sakit? Apakah menemukan emas itu menakutkan?” Biksu berkata, “Ya, uang adalah hal yang sangat menakutkan. ” Kedua orang tersebut berlari dengan cepat, dan benar mereka melihat satu pot emas, mereka sangat senang sekali. Namun akan terlalu berbahaya jika pergi keluar membawa pot berisi emas pada siang hari, jadi keduanya sepakat untuk pulang bersama setelah hari gelap. Satu orang kembali ke desa untuk mencari makanan terlebih dahulu, dan satu lagi tinggal di sana untuk menjaga. Orang yang tinggal itu berpikir: “Mengapa saya harus berbagi satu pot emas dengannya? Saya akan memukulinya sampai mati nanti.” Satu orang yang pergi mengambil nasi itu berpikir: “Mengapa saya harus berbagi emas dengannya? Saya menaruh racun di dalam nasi. Racuni dia sampai mati dan saya akan memiliki emas itu semuanya.” Kemudian ketika orang yang membawa makanan itu kembali, orang yang tinggal di sana itu memukulinya sampai mati dan berkata kepadanya: “Maaf, sobat. Emas yang membuat saya melakukan ini.” Beberapa saat kemudian, orang itu merasa lapar dan memakan makanan tersebut. Tidak lama kemudian, perutnya mulai sakit dan seluruh tubuhnya terasa terbakar. Dia baru menyadari bahwa dirinya keracunan. Pada saat ini, dia baru teringat perkataan biksu: Betapa menakutkannya emas itu! Berharap kalian jangan mencelakai jiwa kebijaksanaan diri sendiri demi harta kekayaan di dunia ini.

 

Praktisi Buddhis harus tahu berhenti dan kemudian tenang, harus tahu apa yang diri sendiri sedang lakukan, harus menahan diri. Sebagai manusia  kita harus menahan diri dalam melakulan segala hal. Memahami sila barulah pikiran bisa menjadi tenang. Harus tenang dulu sebelum bisa diam. Jika seseorang bisa menenangkan pikirannya, dia baru bisa perlahan menjadi diam. Jika terjadi pertengkaran di rumah, tahukah kamu apa caranya? Karena ketika kamu duduk, kamu tidak bisa bertengkar, tetapi ketika kamu berdiri, kamu bisa bertengkar. Jadi ketika mencoba melerai pertengkaran, kita akan berkata, “Duduk, duduk.” Begitu duduk, maka tidak akan bertengkar lagi. Karena duduk baru bisa tenang. Karena ketika kamu duduk diam, kebijaksanaan meditasi Zen akan perlahan naik, da zhou tian – macrocosmic orbit dan “xiao zhou tian — microcosmic orbit ” semuanya terbuka, terus sampai ke langit. Tidak mudah bertengkar saat duduk. Orang yang bertengkar harus berdiri, karena energi qi tidak lancar, maka tidak bisa mengungkapkan kemarahan. Tentu saja, melafalkan paritta “Jie Jie Zhou” dan “Xin Jing” adalah cara terbaik. Kami mempunyai pasangan suami istri di Sydney yang setiap hari selalu bertengkar, sekarang keduanya menekuni Dharma dan membina pikiran, bahkan  tidak mempunyai waktu untuk bertengkar karena mereka selalu melafalkan paritta. Melafalkan paritta benar-benar merupakan hal yang baik, jadi berharap semua orang bisa lebih banyak melafalkan paritta dan mengurangi pertengkaran.