44. Pemikiran Bersih yang Berkesinambungan 净念要相继

Pemikiran Bersih yang Berkesinambungan

Ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa diperbandingkan. Begitu seseorang hidup demi mengejar ketenaran dan kekayaan, maka itu akan bermasalah. Membahas tentang kekayaan atau keuntungan, karena keuntungan itu bersifat hipokrisi dan bersifat sementara. “Aduh, saya beri kamu sedikit uang dan ketenaran.” Sangat hipokrisi – munafik, tidak ada gunanya, karena begitu keuntungan sampai di tangan, setelah beberapa waktu, dia tidak ada gunanya lagi. Mengapa dikatakan kalau keuntungan bersifat hipokrisi? Karena ia demi mencapai suatu tujuan tertentu, dia memberimu keuntungan-keuntungan ini, agar kamu mengikuti jalan pemikirannya, supaya bisa mencapai tujuannya, maka dia bersifat hipokrisi. Hari ini saya ingin kamu baik pada saya, maka saya memberimu sepotong kue, atau saya memberimu sebotol anggur, setelah memakannya, kamu sudah mengambil barang milik orang lain, maka kamu akan mengucapkan sedikit kata-kata baik atau pujian padanya. Maka itu sudah bukan keuntungan yang nyata, namun bersifat hipokrisi atau palsu, memiliki tujuan tertentu. Lagipula keuntungan adalah suatu materi palsu dan tidak kekal. Contoh sederhana: sewaktu kecil, kita selalu berharap bisa memiliki sebuah mobil mainan kecil, setiap hari ribut dan merengek, “Sampai tahun baru, nanti belikan kamu satu”. Tunggu dan menunggu, sampai tahun baru tiba, tunggu sampai ayah dan ibu membelikannya sebuah mobil mainan yang besar, wah, senang sekali, bukankah keuntungan sudah didapatkan? Namun setelah sebulan kemudian, rodanya sudah tidak tahu hilang ke mana, roda kemudinya sudah tidak tahu di mana, seluruh mobil mainan tidak tahu di mana … bukankah semuanya palsu? Bukankah keuntungan ini tidak nyata? Sama saja, demi mencapai tujuan sendiri, lalu bersikap baik dengan pria itu, lalu pria itu memberikanmu segepok uang, lalu kamu merasa senang, “Aduh, kamu baik sekali, menjadi pacarmu, saya sangat senang.” Uang yang hipokrisi – palsu, karena minggu depan, orang itu putus denganmu, satu sen pun sudah tidak ada lagi, semuanya sudah habis kamu gunakan. Bukankah semuanya palsu? Hanya ilusi palsu, tidak nyata.

Keuntungan atau kekayaan bisa membuat kamu lupa diri. Saat seseorang sudah memiliki uang, sudah mendapatkan keuntungan, saya adalah siapa siapa, sudah lupa diri. Dia sudah mendapatkan keuntungan, dia menjadi lupa diri. Ada seorang pejabat tinggi, saat sedang diinterogasi oleh orang lain, dia bisa-bisanya menuding petugas pemeriksa itu sembari memarahinya: “Bajingan kamu, memang siapa kamu sampai bisa menginterogasi saya? Keluar dari sini.” Ada lagi satu petugas lain yang sedang menginterogasi dia, namun dia bisa-bisanya menampar orang tersebut. Kekayaannya adalah keuntungan yang diperolehnya di masa lalu, namun malah membuatnya berani lupa diri. Oleh karena itu, seseorang yang memperoleh keuntungan sedikit, maka orang ini masih memiliki dirinya sendiri; namun seseorang yang mendapatkan keuntungan semakin banyak, dia bisa melupakan dirinya sendiri. Master teringat akan satu lelucon: ada satu orang yang sangat sombong sekali, dia mengira semua orang di seluruh dunia mengenalnya. Dia tiba di sebuah perusahaan besar dan langsung berjalan masuk ke dalam, orang yang menjaga pintu mencegatnya: “Siapa kamu? Siapa yang kamu cari?” “Saya saja, kamu tidak kenal ya?” Kemudian perkataan selanjutnya: “Kamu tahu apa marga saya? Kamu tahu nama saya?” Kedua petugas penjaga pintu itu berkata: “Orang ini otaknya bermasalah ya, bahkan namanya sendiri saja tidak tahu.” Apa maksudnya? Sudah lupa diri, dia memandang dirinya sendiri terlalu tinggi. Selain itu, keuntungan atau kekayaan bisa membuat seseorang menjadi tidak tahu malu, demi sedikit uang, bahkan harga diri pun dibuang. Oleh karena itu, dalam dunia media masa, kita sering mengatakan satu kalimat: “Seorang pria begitu kaya raya, akan menjadi tidak tahu malu; seorang wanita begitu tidak tahu malu, akan menjadi kaya raya.” Ini merupakan suatu bukti sisi buruk karakter manusia. Seseorang tidak boleh demi sedikit keuntungan lalu hidup tanpa punya rasa malu. Seorang praktisi Buddhis apakah seharusnya seperti itu? Tidak boleh seperti itu. Karena keuntungan bisa membuat orang-orang di dunia ini bersengketa tanpa ada habisnya. Demi sedikit uang lalu terus berselisih dan bertengkar. Berapa banyak keretakan rumah tangga bukankah disebabkan karena uang? Berapa banyak keluarga yang hancur bukankah karena ketenaran dan kekayaan? Bahkan orang tua pun saling berselisih. Oleh karena itu, kita harus memperbaiki kekurangan-kekurangan ini. 

Master beritahu kalian, kita harus menghentikan kemelekatan. Kita tidak boleh terus hidup dalam ketidaktahuan, kita tidak boleh terus melekat, demi ketenaran dan keuntungan. Coba pikirkan Tuan Song, dia pernah menjadi kepala pabrik dengan 4 ribu orang pekerja. Sekarang, siapa yang dipimpinnya? Siapapun tidak dipimpinnya. Pahamilah bahwa, semua ini adalah palsu, ketenaran dan kekayaan adalah kosong. Coba pikirkan, pada saat itu ketua pabrik tidak naik gaji, namun memberikan orang lain naik gaji. Coba pikirkan sekarang, demi sedikit uang itu, betapa kasihannya mereka. Lalu kembali pikirkan, dalam pabrik kalian, ada berapa orang demi memperoleh tambahan uang 5 Yuan, lalu pergi ke bagian ketenagakerjaan ribut di sana? Ada tidak? Sekarang coba pikirkan, demi 5 Yuan, patut tidak? Kemelekatan harus dihentikan, kita harus memahami karma. Kita harus memahami sebab akibat, harus bisa membangkitkan keyakinan yang sesungguhnya, dinamakan sebagai “melahirkan keyakinan yang benar”. Kita harus bisa “sui fen sui li”, yakni bekerja keras menyesuaikan jodoh diri sendiri.

Pada hari itu, Master membahas beberapa kata pada grup pemuda pemudi, mereka benar-benar tidak mengerti, karena yang dibahas sangat mendalam. 

Kalimat pertama, “menyadari keduniawian melalui buah karma” – yi guo di jue. Apa artinya? Karena kamu sudah mengetahui buah karma, yakni hasil akhirnya, keduniawian merujuk pada kehidupan Alam Manusia, maka kamu baru bisa mencapai kesadaran spiritual di dunia ini. Karena hari ini kamu dipenjara, kamu baru mengerti bahwa saya (dirimu) tidak seharusnya melakukan hal ini. Karena saya sudah bercerai, itu karena saya tidak pengertian (tidak bisa bersikap dan berpikir dengan benar), setelah bercerai, saya baru tahu untuk belajar menghargai di masa depan nanti.
Kalimat kedua adalah, “takut akan pemikiran duniawi yang melahirkan penyebab karma” – wei yin di xin. Karena ada bibit karma, orang-orang di dunia ini baru bisa memiliki pemikiran, karena begitu hatimu tergerak, ini sama dengan kamu telah menciptakan bibit penyebab karma, oleh karena itu disebut dengan “wei yin di xin”. Ini sangat dalam sekali, ada berapa orang di antara kalian yang bisa menjelaskan kalimat-kalimat ini? Membaca saja masih tidak mengerti.

Kalimat ketiga adalah, “buah karma sedalam lautan yang diterima dari bibit karma” – yin gai guo hai. Karena kamu sudah menanam bibit karma ini, maka selanjutnya kamu seharusnya akan menerima buah karmanya. Buah karma sedalam dan sebesar lautan, kamu mungkin hanya menanam bibit karma yang kecil, namun kamu akan menerima balasan karma yang tak terhingga besarnya. Hari ini kamu memarahi satu orang, namun bisa membuatmu dimarahi orang lain seumur hidup. Hari ini kamu karena membantu seseorang, lalu seumur hidup ini, dia akan selalu ingat bahwa kamu pernah membantunya, maka kamu akan menerima kebaikan seumur hidup. Buah karma seluas lautan, juga sedalam lautan. Banyak wanita yang menikah dengan seorang pria, atau seorang pria memperistri seorang wanita, bukankah karena pasangannya itu pernah membantunya di saat dia paling menderita atau dalam keadaan yang tersulit? Karena kamu sudah menanam bibit karma ini, maka buah karmamu sebesar lautan. Dia melahirkan anak untuk kamu, membantumu melakukan pekerjaan rumah tangga, bekerja untuk kamu, memperlakukan kamu layaknya seorang raja… apakah kalian mengerti?

Kalimat yang terakhir adalah “balasan karma yang diterima akan menunjukkan asal-muasal bibit karmanya” – guo che yin yuan. Karena karma ini sudah dibalaskan kepadamu, oleh karena itu, kamu bisa mengetahui apa sebenarnya penyebab dari permasalahan ini. Asal-muasal, dengan kata lain adalah asal mula dari bibit karma ini, yang menyebabkan buah karmamu muncul ke permukaan.

Ajaran Buddha Dharma sepertinya ada juga sepertinya tidak, bukan ada bukan tiada. Karma (sebab-akibat), bibit karma menimbulkan buah karma, buah karma kembali menciptakan bibit karma, seperti sebab seperti akibat, namun bukan akibat juga bukan sebab. Master benar-benar ingin membuka sebuah kelas bimbingan, khusus untuk membahas hal-hal seperti ini kepada orang-orang yang belajar dan memiliki pemahaman lebih baik. Tentu saja kalian juga boleh berbicara di sana, kalian ini sekarang termasuk praktisi Xin Ling Fa Men yang cukup bagus.

Oleh karena itu, kalian harus memahami “seperti orang suci, layaknya orang awam”. Terkadang kita seperti seorang suci, namun terkadang kita juga seperti orang biasa. “Menyucikan enam akar indrawi”, dengan kata lain harus mengendalikan mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pemikiran diri sendiri dengan baik, jangan melihat yang tidak seharusnya dilihat, jangan mendengar yang tidak seharusnya didengar, jangan memikirkan yang tidak seharusnya dipikirkan, maka kamu akan memiliki “pemikiran bersih yang berkesinambungan”. Pemikiran bersih yang berkesinambungan ini sangat penting, di dalamnya terkandung suatu makna khusus. Dengan kata lain, yang ada di dalam pikiranmu selamanya adalah pemikiran yang bersih. Setelah satu pemikiran berlalu, maka selanjutnya yang akan muncul kembali adalah satu pemikiran bersih yang baru. Jangan biarkan sedikitpun pemikiran kotor yang mengganggu memasuki pikiranmu, bukankah dengan begitu pikiranmu akan menjadi bersih? Inilah yang dimaksud dengan pemikiran bersih yang berkesinambungan.  

“Pemikiran bersih yang berkesinambungan”, Master beritahu kalian, perkataan ini adalah perkataan yang mengandung makna yang mendalam. Kebenaran yang mengandung makna mendalam, luar biasa sekali. Yakni, sewaktu kalian memiliki kesedihan atau ketidaksenangan dalam hati, jangan kamu biarkan pemikiran sedih ini keluar, kamu harus terus memikirkan hal-hal yang menyenangkan, maka kamu akan terus merasa senang. Begitu muncul satu masalah, hatimu akan merasa bersedih. Kamu pikirkan sebentar, lalu sedih; sebentar ingat lagi, sedih lagi, bukankah ini sama dengan pemikiran liar yang tidak bersih telah masuk ke dalam pikiranmu? Apabila otakmu terus-menerus memikirkan pemikiran yang bersih, kalau ada pemikiran yang tidak bersih, bagaimana bisa masuk ke dalam pikiranmu? Saat kamu pergi wawancara, kamu terus mengingat kalau bos kamu baik terhadapmu, dia terus tersenyum padamu, kamu tidak mengingat saat bos kamu memandang kamu dengan pandangan curiga, maka dengan sendirinya kepercayaan diri dalam hatimu akan menguat. Kamu akan terus berpikir: “Bos menatap saya dengan senang.” Meskipun baru dimulai, dalam pikiranmu muncul: “Apakah dia sedang mencurigai saya? Tidak, dia tidak curiga, dia memang melihat saya seperti itu. Tidak tidak, dia sepertinya ada curiga. Tidak kok, dia tetap melihat saya seperti itu. Saya percaya diri, saya menjawab dengan baik …” Teruslah memikirkan pemikiran yang bersih, maka kemudian orang itu sendiri akan menjadi bersih. Hanya dengan berpikir demikian, kita baru bisa menghilangkan pemikiran buruk dari otak kita, dan menyimpan pemikiran yang baik. Ini adalah cara baik yang tiada bandingannya.

Dalam Xin Ling Fa Men tidak ada tingkat tertinggi, juga tidak ada tingkat-tingkat. Menekuni Dharma adalah yang tertinggi, yang tertinggi berarti cara terbaik yang paling-paling tinggi. Ini adalah “pikiran adalah Buddha” (ji xin ji Fo) – yakni pikiranmu adalah Buddha. “Pikiran adalah Buddha, pikiran Buddha menjadi Buddha, pikiran iblis menjadi iblis.” (Ji xin ji Fo, xin Fo ji Fo, xin mo ji mo). Kembali tidak paham lagi? Jika pikiranmu adalah Buddha, maka kamu adalah Buddha; jika pikiranmu adalah Buddha, kamu segera menjadi Buddha. Kedua kalimat ini sama artinya. Kalimat ketiga, pikiranmu adalah iblis, maka kamu adalah iblis, ini disebut “ji xin ji mo”. “Xin mo ji mo” – saat ada iblis dalam pikiranmu, maka kamu ini adalah iblis. Mengapa ada banyak orang yang dijuluki orang-orang sebagai iblis? Apakah Hitler adalah iblis? Dia membunuh begitu banyak orang? Dalam pikirannya hanya ingin membunuh orang, bukankah dia adalah iblis? Ada berapa banyak orang yang cinta damai, mereka adalah Bodhisattva, mereka adalah Buddha. Mereka sedang menyelamatkan semua makhluk, maka pikiran mereka adalah Buddha. Sudah, sekian dulu pembahasan pada hari ini. Tekuni Dharma baik-baik, kalian masih jauh sekali. Jangan mengira bisa semuanya! Harus berusaha keras!