35. Berhenti Berbohong dan Mengubah Kebiasaan Buruk 戒妄语转化习性

Berhenti Berbohong dan Mengubah Kebiasaan Buruk

Berbohong dibedakan menjadi kebohongan besar dan kebohongan kecil. Hari ini Master akan membahas dengan lebih terperinci. Banyak orang mengatakan: “Master, saya tidak menyakiti orang lain. Membual, apa juga adalah kebohongan?” Hari ini saya akan membahas dengan kalian, apakah kebohongan besar dan apakah kebohongan kecil? Pertama, kebohongan kecil adalah mengatakan perkataan yang tidak sesuai kenyataan, berbohong atau berdusta. Kebohongan kecil seperti ini, asalkan mau bertobat kepada semua makhluk, biasanya bisa dihapus dengan bersih. Misalnya, hari ini saya mengatakan satu hal namun kurang sesuai dengan kenyataan, akan tetapi memang benar ada hal seperti ini. Terhadap hal ini, saya ada sedikit berbohong, di atas dasar seperti ini, saya berbohong sedikit, ini disebut sebagai kebohongan kecil, karena dia tidak menyakiti orang lain. Misalnya, hari ini kalian menyuruh seseorang pergi keluar, namun dia tidak ingin pergi, “Aduh, hari ini kebetulan saya sedang tidak enak badan, saya tidak ingin pergi.” Sebenarnya, tubuhnya baik-baik saja, bukankah berarti dia telah berbohong? Akan tetapi apakah kebohongan ini membawa dampak buruk bagi orang lain? Tidak. Misalnya, hari ini dia tidak mau meminjamkan uang ke orang lain, sedangkan orang ini berkata mau meminjam uang darinya, maka dia berkata: “Hari ini tidak ada uang di kantung saya.” Ini adalah kebohongan kecil. Kebohongan-kebohongan kecil seperti ini, biasanya cukup melafalkan {Li Fo Da Chan Hui Wen}, selain itu juga harus meminta maaf kepada orang lain. Tahukah kalian, mengapa Master meminta kalian untuk berkata kalau diri sendiri yang salah atau minta maaf di hadapan orang-orang? Di hadapan semua orang? Karena jika ingin menghilangkan dosa karma buruk ini yang ada pada diri sendiri, cara yang terbaik adalah dengan mengatakan “maaf” di hadapan semua orang, karena adanya semua orang yang menerima karmamu ini, berarti menggantikanmu menanggung karma ini. Karena setelah kamu melakukan kesalahan, kamu mengatakan “Maaf”, lalu semua orang berkata, “Sudahlah, maafkan saja dia”. Begitu pemikiran mereka ini muncul, maka kamu akan segera terbebaskan. Ini juga mengapa Master meminta kalian untuk mengakui kesalahan, selain itu harus mengakuinya di hadapan orang-orang di satu tempat ini, karena dengan begitu dosa karma buruk ini akan semakin cepat terhapus. Jika seseorang semakin gengsi dan tidak mau mengakui kesalahan dan kekurangannya sendiri, maka dosa karma buruk orang ini akan semakin berat, apapun yang dilakukannya akan menghadapi banyak halangan. Oleh karena itu, seseorang yang benar-benar pandai, begitu menghadapi masalah akan segera berkata, “Maaf, saya yang salah”. Inilah mengapa saya berkali-kali menyuruh Tuan Liu di sini berkata pada kalian, “Saya telah salah, setelah saya sehat, saya tidak membina diri dan belajar Dharma dengan tekun, pada akhirnya kanker liver saya kembali kambuh.”

Coba kalian pikirkan, kalian adalah murid saya, terhadap kalian dan para murid pengikut, Master sangat menyukai kalian. Akan tetapi di mana masalahnya? Walau menyukai kalian, lalu mengapa masih ada orang yang bernasib sangat buruk? Masih sangat sulit mengubah nasibnya sendiri? Lalu mengapa ada orang yang berubah begitu cepat? Walau saya tidak mengatakan kesalahanmu, namun tetap ada dosa karma buruk pada dirimu. Misalnya, ada murid pengikut yang melakukan banyak kesalahan, siapapun mengetahuinya, tetapi dia selalu saja mencari alasan. “Aduh, saya tidak bermaksud begini, saya tidak begitu …”, kata “tidak” kamu ini telah sepenuhnya membentengi dirimu sendiri. Meskipun kamu mengatakan, “Aduh, maaf”, tetapi kamu tetap juga mencari beberapa alasan dulu baru mengatakan maaf, maka sesungguhnya kamu sama sekali tidak akan mendapatkan maaf dari Bodhisattva. Walaupun Master mempercayaimu, mengakuimu, saya tidak mengkritik dan memarahimu, namun sesungguhnya, ini berdampak lebih buruk terhadap dirimu. Coba lihat saja, permohonanmu terkabul atau tidak? Lancar atau tidak? Setelah kamu renungkan sendiri, kamu akan menyadarinya. Sedangkan ada murid pengikut mengapa permohonannya bisa terkabul? Misalnya kondisi putranya sudah membaik, ada masalah di rumah, ini sangat normal, tetapi satu per satu semuanya bisa teruraikan – karena dia benar-benar membina diri. Kalian harus ingat: jika kalian melakukan kesalahan, lalu di hadapan banyak orang, kalian berkata, “Maaf, saya telah salah”, maka tingkat kesadaran spiritual kalian akan semakin tinggi, kalian akan semakin dihormati orang-orang. Orang yang bersikeras tidak mau mengakui kesalahannya, orang seperti akan semakin dipandang rendah orang-orang, pada akhirnya akan dikucilkan orang-orang. Memangnya ada alasan apa? Apa yang perlu dijelaskan? Sudah berapa kali saya katakan pada kalian, jangan mencari-cari alasan. Jika melakukan kesalahan apapun, asalkan kalian mulai beralasan, Master tidak akan bicara lagi. Saya tidak bicara, maka kalian sendiri yang akan menelan dosa karma buruk ini. Jika kamu berkata, “Saya minta maaf pada semuanya”, namun perkataan ini harus tulus. Tidak peduli kamu tulus atau tidak, namun jika raut wajah dan perkataanmu membuat orang lain merasa kalau kamu berpura-pura, berarti kamu belum membina diri dengan baik. Kalian semua harus belajar baik-baik, harus tulus, harus sungguh-sungguh bertobat.

Kebohongan besar adalah pernyataan yang belum terbukti atau dibuktikan kenyataannya. Yakni, berita yang tanpa ada informasi apapun, sembarangan disebarkan keluar, ini adalah kebohongan besar. Dengan kata lain, sesuatu yang belum pernah terjadi, dia bisa membuatnya sendiri, dia bisa berandai-andai sendiri, kemudian dibesar-besarkan seperti sesuatu yang benar-benar nyata, ini yang disebut sebagai kebohongan besar. Misalnya, hari ini kamu melihat ayah pulang terlambat, lalu kamu bicara pada ibu, “Ayah hari ini mungkin pergi makan dengan pacar perempuannya”, namun sesungguhnya ini adalah hal yang sama sekali tidak nyata, ini disebut sebagai kebohongan besar. Mengada-ada sesuatu yang tidak ada, ini adalah kebohongan besar, ini adalah dosa karma buruk yang besar, akan menerima hukuman di Neraka, selain itu akan mengurangi jasa kebajikan dan merupakan perbuatan amoral yang sangat besar. Jika memang benar-benar melihatnya, lalu kamu sedikit membesar-besarkannya, ini adalah kebohongan kecil.

Setelah menekuni Dharma, kita harus sering merenungkan hukum karma dan balasannya. Dengan kata lain, setelah mempelajari ajaran Buddha Dharma, kita harus sering memikirkan karma dan balasan karmanya. Misalnya, hari ini saya mengatakan kebohongan, maka selanjutnya, apa balasan karma yang akan saya terima? Hari ini saya mengada-ada sesuatu yang tidak ada, maka selanjutnya saya pun akan difitnah oleh orang lain. Jangankan mengatakan kebohongan, jika kamu mencurigai orang lain pun, maka lain kali kamu pasti akan dicurigai oleh orang lain. Ada banyak pasangan suami istri di antara kalian bukankah juga begitu? Jika hari ini kamu mencurigainya, coba lihat saja, dua hari kemudian, bukankah dia pun akan mencurigaimu? Sesederhana ini saja. Ini yang dinamakan balasan karma. Apabila di kehidupan ini, kamu sangat miskin, berarti di kehidupan sebelumnya, kamu pasti sangat tamak, tidak mau menolong dan membantu orang lain. Jika orang ini tidak rela memberikan uangnya, tidak rela mengeluarkan tenaga dan kekuatannya, tidak mau membantu orang lain, tidak suka memperluas jalinan jodoh baik dengan orang lain, maka orang ini di kehidupannya ini akan sangat miskin. Apakah “orang yang miskin”? Itu adalah orang yang tidak mau berdana. Seperti, ada orang yang suka menyembunyikan uang, sampai pada akhirnya, hidupnya akan menjadi semakin miskin. Mengapa begitu? Karena hatinya miskin. Dia menyembunyikan ini, lalu dihitung-hitung merasa tidak cukup, lalu dia menyembunyikan lagi. Hatinya ini selamanya tidak akan pernah merasa puas, maka dia selamanya adalah orang miskin. Meskipun di rumah dia menyembunyikan 1 juta dolar, dia juga akan merasa 1 juta dolar ini tidak cukup, semakin dia menyimpan uang, semakin miskin. Seseorang yang punya uang namun tidak meunggunakannya adalah orang miskin; seseorang yang tidak punya uang namun rela menggunakannya, maka orang ini seumur hidupnya adalah orang yang kaya. Di dunia ini benar-benar ada orang seperti ini, meski tidak punya uang – tidak kaya, namun masih terus menggunakannya, uangnya tidak tahu berasal dari mana. Sedangkan ada orang yang punya uang, namun tidak rela menggunakannya, pada akhirnya uangnya ini tidak tahu hilang ke mana. Coba kalian pikirkan, apakah ada orang seperti ini di sekitar kalian? Ada sebagian orang tidak terlalu kaya, namun dia tetap bersikap murah hati, dia merasa sangat senang, dia merasa dirinya seperti seorang jutawan, dia selamanya akan punya uang. Sedangkan ada orang, yang sangat kaya raya, namun semua uangnya disimpan, dirinya memakan nasi yang direndam ke air, bahkan lobak kering saja tidak rela beli, malah masih memungut daun sayur di luar. Meskipun dia menyimpan banyak uang di bank, akan tetapi dia selamanya akan menjadi orang miskin. Inilah pepatah yang sangat berfilsafat – hanya dengan memberi baru bisa mendapat. Kalau tidak mau memberi, mana bisa mendapat? Kamu menyimpan uang di rumah, maka lihat saja, uang ini selamanya hanya akan sejumlah ini. Karena air mengalir, ikan-ikan baru berenang di dalamnya; kalau air mati, maka air ini akan menjadi bau. Oleh karena itu, sesuatu yang bergerak baru bisa hidup, tidak bergerak maka tidak akan bisa hidup. Manusia hidup harus bergerak, dengan bergerak baru bisa hidup, maka orang-orang harus melakukan kegiatan. Jika uangmu ini selamanya disimpan di rumah, maka kamu selamanya adalah orang miskin. Perkataan saya tidak salah bukan? Kalian menekuni Dharma juga harus mempelajari banyak prinsip kehidupan.

Kalian harus berubah dan bertobat, mengubah kebiasaan buruk kita sendiri. Apa maksudnya? Berarti, kalian harus segera berubah, setelah berubah harus bertobat. Kalian setiap tahun semakin tua, memangnya setiap tahun masih ingin terus berpura-pura? “Saya tidak begitu”, “Iya, iya, iya…”, masih mau berpura-pura? Sudah berpura-pura seumur hidup, sudah hampir masuk ke peti mati, kamu masih mau berpura-pura? Keluarkan sifat dasar diri sendiri yang sesungguhnya, jangan lagi membohongi diri. Sepanjang waktu masih menekankan alasan apa? Ada alasan apa lagi? Sudah separuh hidup berlalu, masih mencari-cari alasan sepanjang waktu, “Karena…, maka … ”, “Tidak hanya begitu, selain itu juga begini”, apa artinya? Buka matamu dan lihatlah betapa tuanya dirimu, buka mata dan lihatlah kalau kamu sedang berjalan menuju kematian. Hanya dengan berpikiran terbuka, mampu melihat kebenaran, hanya dengan bertobat, selain itu harus mengubah kebiasaan buruk diri sendiri, dengan kata lain mentransformasi kebiasaan diri sendiri. Apakah kebiasaan sendiri? Itu adalah pola hidup kita. Kebiasaan kalian baik atau buruk? Malas, tamak, pendendam, pencemburu, tidak tahu malu (bersikeras merampas hal-hal yang tidak seharusnya kamu miliki), penakut (tidak berani bertanggung jawab), semua ini adalah kebiasaan buruk, semua ini harus diubah. Kalian harus membina diri setiap hari, setiap hari harus membandingkan ucapan Bodhisattva dengan diri sendiri, setiap hari membandingkan sila disiplin Bodhisattva dengan diri sendiri, dengan demikian baru bisa membuat pikiranmu berubah. Misalnya, saat melakukan setiap hal, kita harus berpikir, “Apakah Bodhisattva akan berbuat demikian? Apakah Bodhisattva akan berkata demikian? Apakah Bodhisattva akan berpikir begitu?” Asalkan kamu melakukan hal ini, pikiranmu baru bisa menjadi tenang dan bersih, kamu baru bisa memiliki pemikiran yang bersih.

Selanjutnya Master akan membahas, bagaimana kita bisa mengetahui hasil pertobatan diri sendiri? Setiap orang memahami untuk bertobat, kalau begitu apakah kalian tahu kalau pertobatan kita ada hasilnya? Berikutnya, kita akan membahas tentang hasil dari pertobatan. Apabila di depan banyak orang, kamu benar-benar merasa menyesal dari dalam lubuk hati (kalian tahu kalau bertobat itu sangat penting), menyesali kesalahan kita (bertobat) di depan semakin banyak orang (sesungguhnya ini seperti di agama barat, di mana umat pergi ke ruangan pemuka agama dan mengakui segala perbuatannya), ketika kamu mengatakan keburukan diri sendiri di depan semakin banyak orang, maka semua orang akan membantumu mengikis karma burukmu. Yakni harus belajar menghilangkan gengsi diri sendiri, mengatakan di hadapan banyak orang, “Saya bersalah pada kalian semua.” Coba kalian lihat banyak pemimpin negara yang juga akan meminta maaf kepada rakyatnya jika mereka melakukan kesalahan, dan rakyatnya akan memaafkannya, sesungguhnya ini berarti rakyatnya membantunya menanggung karma-karma buruk ini, jadi dia bisa tetap menjabat sebagai kepala negara; namun jika dia tidak mau mengakui kesalahannya (masih gengsi), maka semua orang akan melawannya dan melengserkannya dari jabatannya. Bukankah ini prinsip di dunia ini? Bukankah inilah kebenaran Dharma? Maka selanjutnya, saya harus melatih kalian berdiri di hadapan semakin banyak orang, “Saya sangat sedih, dalam minggu ini saya telah melakukan beberapa kesalahan (bersalah terhadap Bodhisattva atau bersalah terhadap orang lain), maaf semuanya, saya sekarang benar-benar menyesalinya.” Asalkan kamu berani mengatakannya di sini, maka hatimu akan terasa lega, sedangkan hati orang lain menjadi tidak nyaman, ini yang disebut sebagai cara mengalihkan karma buruk. Apabila kamu ingin mengetahui berhasil atau tidaknya pertobatanmu, maka pertama, kamu sendiri harus berpikir, apakah kamu memimpikan pertanda baik? Bila kamu sudah memimpikan pertanda baik, berarti pertobatanmu sudah berhasil. Jika Bodhisattva sudah memaafkan seseorang, maka orang ini akan memimpikan pertanda baik di malam harinya. Apabila kamu sudah memimpikan pertanda baik, atau dalam kehidupan nyata, segera terjadi sesuatu hal yang baik setelah kamu bertobat, ini berarti pertobatanmu sudah berhasil. Contoh sederhana: misalnya saya merasa sangat bersalah kepada Bodhisattva, saya benar-benar sangat menyesal. Di hari kedua, jika terjadi hal-hal baik, berarti pertobatanmu sudah berhasil. Kalian harus menyesali kesalahan diri sendiri di depan semua orang. Semakin banyak orangnya, maka sesungguhnya orang yang membantu menghapus karma burukmu semakin banyak. Kalian sama sekali tidak mengerti, malah mementingkan gengsi pada akhirnya menderita sendiri. Seharusnya begitu bertemu masalah, “Maaf Master, saya minta maaf pada semuanya”, maka kesalahannya diri sendiri yang sedikit ini akan terhapus semua. Jika malah bertahan (tidak mau mengaku), sengaja memendam kesalahan ini sendiri, maka dia akan terkunci di dalam, dan membuatmu bersedih. “Saya tidak salah, saya merasa saya sendiri tidak salah …” Pada saat ini kamu akan merasa segala hal di sekitarmu menyudutkanmu, kamu akan merasa semua orang tidak bisa memahamimu. Kalau begitu, bukankah kamu akan merasa sedih? Apakah kalian mengerti? Bagus jika kalian sudah mengerti. Kalian mengira Dharma itu begitu mudahnya seperti hanya melafalkan beberapa paritta saja? Yang beranggapan begitu, berarti tidak tersadarkan.

Ada sebagian orang yang mengatakan sudah bertobat, sudah mengaku salah, namun pikirannya masih belum bisa terbuka. Maka selanjutnya, dia akan menambah dua “gembok”. Gembok yang pertama adalah dia berpendapat kalau dirinya sendiri benar; gembok yang kedua adalah dia berbohong kalau dia sudah berpikiran terbuka kepada orang lain, padahal sesungguhnya dia telah mengunci budi dan dendam di dalam hatinya. Oleh karena itu, kalau tidak, benar-benar bertobat secara total, kalau tidak, lebih baik mengutarakan perasaanmu sendiri yang sesungguhnya. Jika kamu hanya berpura-pura bertobat, maka kamu sama dengan mencelakakan dirimu sendiri, ini pasti akan menyakiti hatimu. Contoh sederhana: saat suami istri bertengkar, sampai pada akhirnya, si istri benar-benar tidak bicara lagi, “Saya sudah salah, saya tahu saya yang salah.” Karena dia tahu, suaminya selamanya tidak akan mengatakan kalau dirinya sendiri salah, maka dia menangis di hadapan suaminya, dalam hati dia berpikir, “Saya juga tidak akan berkata jujur lagi, bicara denganmu tidak jelas. Kamu ini selamanya tidak akan bisa mendengarkan pendapat orang lain”. Terakhir, dia akan mengatakan, “Ya, saya yang salah”, lalu dia menangis dengan lebih sedih, lebih sakit hati. Memang dalam kehidupan nyata, kalian tidak pernah mengalaminya?