3. Dengan “Tiada Aku” Baru Bisa Memiliki Kesadaran Spiritual "无我"才能有境界

Dengan “Tiada Aku” Baru Bisa Memiliki Kesadaran Spiritual

Selanjutnya, Master akan membahas, dengan terlebih dahulu terpikir akan kematian, hati dan pikiran baru bisa mendapatkan keabadian. Dengan terlebih dahulu terpikir bahwa kita manusia hidup pasti akan meninggalkan dunia ini, dengan begitu kamu baru bisa berpikir, bagaimana caranya agar kita mendapatkan keabadian? Melafalkan paritta bertujuan agar diri kita di masa tua nanti bisa pergi ke Alam Sukhavati, bisa pergi ke Surga menjadi Bodhisattva. Apabila orang ini tidak pernah terpikir akan kematian, maka saat ajal menantinya, dia akan merasa sangat takut. Seperti banyak orang yang tiba-tiba divonis menderita kanker, dalam sekejap membuat sekeluarga menjadi kacau-balau. Jika kita sering terpikirkan bahwa “Saya pada akhirnya akan mati”, maka dia akan memikirkan cara supaya dirinya bisa abadi. Orang-orang sering mengatakan: “Mati pun kita sudah tidak takut, masih takut akan kesulitan?” Semua ini adalah ucapan sehari-hari, maka kita harus menggunakan semangat dan kebijaksanaan ajaran Buddha Dharma untuk menghindari cengkraman iblis kematian. Jangan takut, karena kita tidak akan mati, jiwa kita juga tidak akan mati, apa yang perlu ditakutkan? Baik buruknya seumur hidup seseorang tidak ditentukan dari kesuksesanmu seumur hidup ini ataupun kebahagiaanmu seumur hidup ini, melainkan dari ke mana kamu pergi setelah meninggal nanti. Sebesar apapun kesuksesanmu seumur hidup, sebahagia apapun kamu seumur hidup ini, akan tetapi kalau setelah meninggal nanti, kamu masih tidak tahu ke mana kamu akan pergi, berarti kamu sudah hidup dengan sia-sia. Kita harus memiliki tempat untuk berpulang. Ini seperti, jika kamu adalah seorang penambang di sebuah penambangan batu bara, maka walaupun sekarang kamu pergi bertamasya ke Hawaii, namun pada akhirnya kamu tetap harus kembali bekerja menambang di pertambangan batu bara, karena itu pada dasarnya hanya tamasya. Mengerti? Maka kita harus merenungkannya, harus berpikir secara mendalam, harus berpikir kelak setelah meninggal, sesungguhnya ke mana kita ingin pergi? Oleh karena itu, sebelum meninggal, kita harus tekun berusaha, terus giat bekerja kerja dan berjuang untuk mencapai tingkat kesadaran spiritual yang kita inginkan, inilah Bai Hua Fo Fa. Saya menjabarkan ajaran Buddha Dharma yang mendalam dengan kata-kata sehari-hari supaya para muda-mudi bisa mengerti, intinya kalian harus tekun berusaha, sebelum meninggal, kita harus memikirkan ke mana kita akan berpulang nanti.

Oleh karena itu, kita harus bisa melupakan rupa-rupa palsu di dunia ini, kita harus bisa melupakan seluruh rupa palsu di Alam Manusia ini. Apakah rupa palsu itu? Hari ini saya menjadi suami-istri dengannya; besok dia adalah anak saya; di kehidupan yang lalu, dia adalah orang tua saya, semua ini begitu berlalu akan lenyap. Xiao Yanyan yang berusia 2 tahun menjadi putri dari ibunya hanya selama 2 tahun, kemudian anak ini meninggal (karena kecelakaan), bukankah ini juga adalah rupa palsu? Semuanya palsu, benar tidak? Hari ini kalian berada bersama Master, namun pada suatu hari nanti kita juga akan berpisah, bukankah ini adalah rupa palsu? Juga adalah rupa palsu. Semua yang kalian dapatkan hari ini, juga mungkin akan hilang dalam sekejap, ini juga adalah rupa palsu. Coba kamu lihat orang-orang yang bermain saham, mereka bisa menjadi kaya raya dalam sekejap, juga bisa menjadi “peloncat gedung” dalam sekejap. Semua ini bagi mereka bukankah adalah rupa palsu? Hari ini kalian duduk bersama, semuanya adalah teman dan masih bertegur sapa, mungkin suatu hari nanti ada yang pergi, bukankah ini adalah rupa palsu? Oleh karena itu, membina perilaku dan membina pikiran adalah tugas terbesar dalam hidup kita, merupakan tujuan terbesar yang harus kita perjuangkan dalam hidup ini. Menjadi presiden, menjadi ketua partai tertinggi, menjadi miliarder, semua ini adalah tujuan yang palsu.

Orang yang benar-benar memiliki kebijaksanaan, semenjak dilahirkan seharusnya mengerti kalau saya nantinya akan pergi ke mana. Orang yang benar-benar pintar saat pergi bertamasya ke Hawaii, seharusnya terpikirkan olehnya kalau bagaimana saya akan menjalani hari-hari di Hawaii, bagaimana saya bisa meninggalkan pertambangan batu bara nanti, kalau tidak maka meski berada di Hawaii, kamu tidak akan menikmati tamasya dengan baik, karena yang terpikirkan olehmu adalah kamu akan kembali ke tempat kerja kamu dan kembali menderita lalu merasa tidak senang. Ini seperti, sebahagia apapun kita di dunia, begitu terpikirkan kalau pada akhirnya akan meninggalkan dunia ini, lalu segera merasa tidak senang. Jika kita bisa pergi ke Surga, bisa pergi ke Alam Sukhavati, maka kita selamanya tidak akan menderita, lalu berpikir bagaimana membina diri supaya bisa pergi ke atas sana. Di Alam Manusia, ada sebagian orang yang sangat kasihan, setiap hari bangun begitu pagi, menunggu begitu lama sampai tiba pergeseran waktu musim panas, bisa tidur lebih lama satu jam, wah, senangnya, merasa senang sekali, kamu lihat saja, begitu kecilnya mentalitas mereka, dia mengira sudah senang, karena mundur satu jam berarti bisa tidur 1 jam lebih lama, betapa kasihannya, ingin berpikiran terbuka benar-benar tidak mudah. Maka, kita harus memahami bahwa, “karir” terbesar kita seumur hidup ini adalah membina perilaku dan membina pikiran.

Dengan “tiada aku” baru bisa memiliki kesadaran spiritual. Dengan melupakan diri sendiri, orang ini baru memiliki kesadaran spiritual dalam pemikirannya. Saya merasa risau, saya menderita, bukankah karena ada “saya” – Aku? Hari ini pikiranmu masih tidak bisa terbuka bukankah karena kamu masih memiliki kemelekatan di hati, jangan menyalahkan diri sendiri, adalah hal yang harus kalian tanggung akibat perbuatan diri sendiri, sedangkan perbuatan sendiri ini harus bisa kalian terima dan kalian tanggung. Kata-kata yang Master uraikan kepada kalian benar-benar adalah prinsip kebenaran ajaran Dharma dalam bahasa sehari-hari, hari ini kalian menanggung akibat perbuatan kalian sendiri, maka kalian harus bisa bersabar menanggungnya. Saya berikan kalian dua kata, kalian harus bisa “bersabar menanggungnya”, bukankah itu karena perbuatan kalian sendiri? Semuanya kalian sendiri yang melakukannya. Selain itu, masih ada satu cara lagi, pikirkan saat kamu sedang melakukan “bibit karma”, saat kalian sedang merasa senang, maka mentalitasmu akan menjadi lebih damai, saat menerima balasannya akan merasa lebih baik. Kata-kata saya sangat mendalam, dalam sampai masuk ke dalam hati banyak orang, kalian tahu kalau Master bisa mengetahui pemikiran orang lain. Oleh karena itu, kesadaran sempurna yang sejati adalah mampu melihat kebenaran dari segalanya, bisa melepaskan segalanya. Apakah kesadaran sejati? Yakni bisa melihat kebenaran dan melepaskan. Mengapa orang yang lanjut usia tidak mudah melihat kebenaran dan melepaskan? Karena mereka tidak memiliki tingkat kesadaran spiritual di sebelumnya, mereka telah mengalami banyak hal, maka tidak bisa melihat kebenaran dan melepaskan. Mengapa anak-anak muda gampang untuk bisa melihat kebenaran dan melepaskan? Banyak anak-anak muda yang tidak peduli terhadap segala hal, karena mereka tidak memiliki banyak pengalaman, merasa kalau dalam hal ini saya mati, ya sudah mati saja. Meskipun ini bukan “melihat kebenaran dan melepaskan” yang sesungguhnya dicapai setelah tersadarkan, namun juga merupakan suatu bentuk pelepasan dalam kesadaran manusia. Oleh karena itu, membina pikiran seharusnya dilakukan semenjak masih muda, jika menunggu sampai sudah berusia lanjut baru membina diri, maka sesungguhnya itu bagaikan sebuah lukisan yang sudah digambar tidak karuan. Kamu lihat, anak-anak muda bagaikan selembar kertas kosong, semakin dilukis semakin bagus, maka saya harap, kalian semakin tua semakin harus baik-baik membina diri.

Pikiranmu yang berada di tengah keadaan tertentu harus bisa diubah, dengan kata lain, di dalam keadaan seperti apapun kamu berada, pikiranmu harus bisa berubah. Hari ini keadaan saya sangat buruk, saya harus mengubahnya. Contohnya, hari ini kamu menghadapi banyak sekali pelanggan, sedangkan berdasarkan keadaanmu sendiri, kamu merasa tidak bebas, sedikit tidak senang, dan sedikit bermasalah saat berhubungan atau berbicara dengan orang lain tidak bebas dan tidak leluasa, maka sesungguhnya ini adalah sebuah ujian bagimu, namun kamu harus bisa melepaskan pemikiran ini, lalu mengubahnya menjadi positif. Jika ada orang yang mengatakan, “Saya merasa kamu sedikit aneh”, kalau begitu kamu harus benar-benar bersikap semakin baik terhadapnya, membuat orang lain merasa kalau kamu itu tidak aneh. Master ini sedang mengajarkan kalian bagaimana bersikap dan berperilaku yang baik dan benar, jangan mengira Master hanya mengajarkan kalian tentang ajaran Buddha Dharma. Ada banyak hal yang harus dihindari, seperti pepatah “menghindari kekuatan inti, dan menyerang bagian yang lemah”, dengan kata lain, terkadang kita harus menghindari kekurangan diri sendiri. Contoh, ada seorang anak perempuan, jika hari ini tumbuh sesuatu di dahinya, maka dia akan menutupinya dengan rambutnya. Jika seorang pria, tumbuh sesuatu di bagian sini, maka dia akan terus-menerus menutupinya dengan tangan, sesungguhnya semua ini adalah untuk menutupi kekurangan diri sendiri. Kalau begitu, bisakah kamu mencegah kekurangan ini supaya tidak muncul keluar?

Mengubah segala pemikiran yang kita miliki, sesungguhnya terkadang menjadi, “satu pemikiran seperti naik ke Surga, satu pemikiran bagaikan turun ke Neraka”. Sebenarnya semua ini disebabkan oleh pemikiranmu yang sedang berubah, orang lain sama sekali tidak berubah, namun pikiranmu yang berubah. Seperti, dalam hatimu merasa, “Aduh, dia bersikap seperti apa terhadap saya.”, lalu kamu akan segera merasa, “Dia kok begitu kepada saya”, namun jika kamu merasa, “Saya tidak merasakan apa-apa”, maka sebenarnya memang tidak ada apa-apa. Pemikiran kita yang sedang berubah, jika “Saya ingin menjadi orang baik dan melakukan kebaikan”, maka kamu adalah orang baik yang melakukan perbuatan baik. Apabila kamu berpikir, “Mengapa saya menjadi orang jahat? Saya malu pada orang lain”, maka coba lihat saja, apakah kamu masih berani menatap orang lain? Kalau hari ini kamu melakukan kesalahan, kamu tidak berani melihat orang lain, itu karena kamu sendiri tahu bahwa kamu sudah melakukan kesalahan. Sesungguhnya ini karena pikiranmu sedang berubah, orang lain masih tetap sama, “Gunung tetap gunung yang sama, air masih air yang sama, matahari juga masih matahari yang sama, bulan juga tetap bulan yang sama.” Banyak orang mengatakan lirik lagu ini adalah “pemborosan kata-kata”, akan tetapi sesungguhnya dia menggambarkan konsep mentalitas pemikiran kita, tidak ada perubahan yang terjadi, namun pikiranmu sendiri yang sedang berubah.

Terkadang kita melihat sepertinya lingkungan luar yang mendatangkan banyak kesulitan bagimu (faktor dari luar yang menimbulkan banyak kesulitan bagimu), namun sesungguhnya itu hanyalah perubahan yang ditimbulkan oleh pemikiran liar dalam pikiranmu. Banyak kesulitan dan penderitaan di luar, semuanya karena pikiran kita yang sedang berubah. Hari ini hati saya merasa tidak senang, saya merasa sedih, sesungguhnya karena hati – pikiran kamu yang sedang berubah. Misalnya hari ini saya merasa tidak senang dengan orang ini, jika kamu merasa, ini tidak ada apa-apanya, lalu besok dia kembali senang, tidak lama kemudian kamu meneleponnya, dan memberikan barang kepadanya, besok dia kembali senang, coba bayangkan dalam pikiranmu, wajahnya yang senang, maka masalah ini akan segera berakhir. Masalahnya adalah pikiranmu yang sedang berubah, jika kamu merasa orang ini tiba-tiba tidak senang, sesungguhnya karena pikiranmu yang sedang berubah, “Aduh, bagaimana ini”, matamu tidak berani menatapnya, tidak berani meneleponnya, apapun tidak berani dikerjakan, bukankah berarti ada pemikiran liar dalam hatimu? Mengerti? Harus menggunakan pikiran untuk mengubahnya. Baik buruknya orang lain terhadap diri kita, juga saya sendiri yang memutuskannya dari kepalsuan ini. Jika Master ingin menilai apakah kalian baik atau tidak terhadap saya, maka saya juga menilainya dari kepalsuan ini. Saya merasa hari ini kamu sangat baik pada saya atau tidak baik terhadap saya, semua ini adalah perkiraan saya sendiri, semuanya adalah kosong. Sesungguhnya, orang lain baik atau tidak terhadapmu, itu adalah hal-hal yang nyata. Oleh karena itu, jangan ada pemikiran diskiriminatif atau pembedaan dalam pikiran kita. Apa bedanya? Semuanya sama. Harus terpikir adanya esok hari, besok akan menjadi lebih baik, hatimu juga akan merasa tenang. Kita harus memikirkan bagaimana memandang dan memahami kemelekatan akan perubahan tubuh rupa saya, karena tubuh rupa ini adalah perasaan saya, padahal sesungguhnya orang lain baik terhadapmu, hanya kamu tidak merasakannya, itu karena tubuh rupa saya sedang mengalami perubahan yang palsu, kamu tidak melihat bagaimana orang lain benar-benar baik terhadapmu. Misalnya kamu sudah tertidur, lalu orang lain menyelimutimu, kamu tidak merasakannya; orang lain setiap malam menuang air dan memasak nasi dengan baik, dan kamu setiap hari makan, tetapi kamu tidak merasakannya; suamimu setiap hari memberikan uang yang didapatkannya kepadamu, namun kamu juga tidak merasakannya, itu karena kamu sudah “mati rasa” – kebal, karena keakuan dalam ilusi kamu ini sudah tidak bisa merasakan kebaikan orang lain terhadapmu. Padahal sesungguhnya ini adalah Aku yang palsu dan tidak nyata. “Aku” ini tidak bisa menilai hal-hal yang nyata. Oleh karena itu, jika berdasarkan dirimu sendiri, bagaimana kamu bisa mengendalikan pikiranmu sendiri yang baik atau buruk? Hanya dengan berdasarkan “Aku” yang palsu ini, bagaimana kamu bisa tahu apakah orang ini baik atau buruk padamu? Mengapa kamu bisa merasa tidak senang? Karena kamu merasa orang lain sangat jahat terhadapmu, namun sesungguhnya penilaianmu ini tidak bisa tepat, hanya pikiran yang palsu dan liar ini yang sedang bergerak. Oleh karena itu, dalam pikiran kita tidak ada benar dan salah, hanya ada karma.