1. Melatih Pikiran yang Tak Terbatas, Menekuni Asamskrta Dharma (Dharma yang Tak Terkondisi) 学无量心修无为法

Melatih Pikiran yang Tak Terbatas, Menekuni Asamskrta Dharma (Dharma yang Tak Terkondisi)

Agama Buddha benar-benar bagus, adalah agama tanpa perselisihan. Agama Buddha tidak mengejar ketenaran dan kekayaan, kalian harus memahami bahwa mengejar dan merebut ketenaran dan kekayaan sampai pada akhirnya akan menjadi merebut ketenaran yang kosong dan kekayaan yang kosong. Jika semuanya diinginkan, sampai pada akhirnya, apa yang akan kalian dapatkan? Jika kalian di rumah memiliki 50 stel baju, kamu pun hanya bisa mengenakan satu stel baju saja. Kalau kamu memang hebat coba kenakan 50 stel baju sekaligus? Meskipun kamu adalah seorang model pun, juga tetap harus ganti baju satu demi satu. Benda-benda yang kamu miliki bisa memberimu berapa banyak? Tubuhmu bisa makan berapa banyak? Bukankah hanya satu kali santap. Misalnya, kamu pergi ke restoran bufet – makan sepuasnya, saat baru masuk, kamu sudah lapar mata, makan 2-3 piring sekaligus, kemudian tidak sanggup makan lagi, memang berapa banyak yang bisa kamu makan? Maka orang yang membuka restoran makan sepuasnya memang memiliki kelapangan hati yang besar, bos yang tidak memiliki kelapangan hati, restorannya tidak akan bertahan lama. Tahukah kalian? Di Tiongkok ada seorang bos yang membuka restoran makan sepuasnya, saat dia melihat orang yang gemuk masuk, maka dia akan meminta orang ini coba jalan dari pintu ini atau berat badannya tidak boleh melampaui berapa banyak, kalau tidak, dia akan berkata, “Hari ini kalian tidak boleh masuk”, karena orang yang gemuk makan banyak, menurutmu, apakah bos ini bisa membuka restoran dengan seperti ini? Mengapa tidak kamu katakan saja kalau yang boleh masuk hanya yang bertubuh kurus dan kecil, padahal ada juga orang yang makannya tidak banyak, maka sebagai bos, kamu harus bisa mengendalikan keseimbangan pikiranmu. Jika dalam pikiranmu, bahkan tidak ada titik keseimbangan ini, lalu mengapa kamu membuka restoran makan sepuasnya. Dalam menekuni Dharma, yang dipelajari adalah suatu keseimbangan pikiran, jangan berpikir untuk mengejar ketenaran dan kekayaan yang kosong, karena yang dikejar dan diperebutkan semuanya adalah kosong. Selain itu, tubuh kita yang datang dan pergi, bukankah juga adalah kosong? Kalian beritahu saya apa yang bisa didapatkan dari perselisihan, kalian menekuni Dharma justru untuk belajar melepaskan segala jodoh, melepaskan yang palsu dan mempertahankan yang nyata. Mengapa dikatakan kekosongan yang nyata? Karena benda-benda yang kosong sesungguhnya nyata. Mengapa balon bisa melambung naik ke atas? Karena dia benar-benar kosong. Suatu benda yang semakin tidak bagus akan semakin berat, maka kita harus bisa menyeimbangkan tubuh dan pikiran diri sendiri.

Dalam membina pikiran, kita harus melatih pikiran yang tak terbatas. Menyeimbangkan tubuh dan pikiran sendiri, berarti harus memiliki mentalitas yang baik – positif. Misalnya, hari ini saya dikritik oleh Master, namun saya merasa senang. Mengapa? Ini tandanya Master masih mengingat dan memikirkan saya. Master hari ini masih bisa mengkritik saya, berarti di hati Master masih ada saya. “Master mempunyai dua ribuan murid, mengapa Beliau tidak mengkritik orang lain, namun mengkritik saya? Karena di hati Master ada saya, maka Beliau baru bisa mengkritik saya, ini juga demi kebaikan saya.” Jika kamu berpikir demikian, begitu hatimu stabil, kamu akan merasa senang, kalau tidak, setelah Master mengkritikmu, terus terngiang-ngiang dalam hati dan pikiranmu, maka akan menjadi suatu beban bagi dirimu, kamu tidak hanya tidak mengubah kekurangan diri sendiri, malah akan berpikir, “Bagaimana orang-orang di sekitar menilai saya?” Jika kamu memiliki keakuan, maka selanjutnya kamu akan merasa sedih, kamu akan menjadi keras kepala, bebanmu menjadi semakin berat, maka setelah acara bubar, begitu melihat orang lain berbicara, dalam hatimu akan berpikir, “Apakah dia memiliki kritikan terhadap saya, apakah dia merasa saya …” kalau begitu bukankah beban yang kamu tanggung semakin berat? Harus bisa melepas, siapa yang peduli masalahmu ini. Hanya Master yang mau mengkritikmu, bahkan ayah dan ibumu pun tidak akan memperhatikan. Orang tua zaman sekarang sangat pintar, selalu mengalah pada anak, karena jika membuat anak tidak senang, di masa tua nanti tidak akan ada yang mau merawatnya, maka walau anak melakukan kesalahan, malah masih mengatakan, “Bagus sekali, mama suka yang begini”, atau “Hehe, anakku, kamu harus lebih hati-hati, begini memang boleh, tetapi harus hati-hati.” Kalau kamu bertengkar dengan anak, maka anak akan melawanmu. Kalau Master tidak takut, coba saja kalian melawan dan ngambek pada Master, ada banyak orang yang mau mengikuti Master, ada milyaran orang yang menunggu diselamatkan Master, coba saja kalian pergi.
Oleh karena itu, Master beritahu kalian, pikiran yang tak terbatas, berarti harus memiliki toleransi yang besar. Dengan memiliki pikiran yang tak terbatas, maka segala pikiran-pikiran lain pun bisa dikendalikan. Bukankah pikiran – hati hanya satu? Mengapa dikatakan bisa mengendalikan segala pikiran lain? Seperti ketamakan, kecemburuan, kebencian, kegembiraan, kerisauan … pikiran apapun ada. Karena keseluruhan pikiran – hati adalah sebuah pusat komando, akan tetapi dia bisa terbagi menjadi beberapa pikiran, maka dinamakan pikiran yang terbuyarkan. Jika kamu mengendalikan dan meredam semua pikiran-pikiran lain, tidak membiarkan mereka mencuat keluar, maka “kapasitas” pikiranmu ini baru bisa menjadi besar. Misalnya, kecemburuan muncul, maka sama seperti bermain piano, begitu kamu menekan tuts piano yang ini, lalu tuts yang itu kembali naik ke atas, dan kamu kembali menekan yang itu, lalu tuts yang ini kembali naik lagi ke atas. Jika semuanya ditekan ke bawah, pada akhirnya berarti sudah tidak ada pikiran apapun, tidak ada pikiran berarti akan bahagia, tiada pikiran, betapa senangnya bila tiada pikiran. Masalah apapun, seperti orang lain memarahi saya, tetapi saya juga tidak tahu, siapa yang dia marahi? Setelah memarahi saya, memangnya saya akan kenapa.

Seseorang tidak boleh memiliki pikiran, jika punya pikiran, kamu akan menjadi lelah, “kecurigaan melahirkan iblis terselubung.” Saat ketamakan datang, pikiranmu akan ternodai dan tercemari, oleh karena itu, seseorang tidak boleh memiliki pikiran. Kalian semua harus bisa melepaskan pikiran, orang-orang sering mengatakan, “lebarkan hati-pikiranmu, tidak akan ada masalah”, “Aduh, tetapi saya belum bisa melepaskannya”, lalu terus digantungkan di sana, kalau memang kamu hebat, lepaskanlah. Misalnya, tentang penyakitnya ini, dokter sudah mengatakan bukan kanker, “Saya tidak percaya, kalian sedang membohongi saya.” Kalau memang hebat, sewaktu dokter memvonismu menderita kanker, tetapi kamu tidak berpendapat kalau itu adalah kanker. Coba saja kamu lihat, apakah kamu benar-benar akan menderita kanker, untuk bisa seperti ini harus memiliki tingkat kesadaran spiritual tertentu, bukan hanya bercanda dan sembarangan berbicara, harus benar-benar bisa menenangkan diri, harus memiliki energi positif, harus berbesar hati. Karena pikiran kita sepanjang waktu bergejolak naik dan turun, sebentar senang, sebentar lagi tidak senang. Terkadang saya melihat kalian murid-murid ini benar-benar kasihan sekali, kalian datang ke tempat Master ini, Master pun bisa melihatnya, pikiran kalian yang ini muncul, pikiran yang itu datang, walau kalian tidak mengatakannya, malah takut Master mengkritik kalian, sesungguhnya kalian memiliki banyak sekali pikiran yang bergejolak naik turun, memang tidak lelah? Seperti naik lift, naik dan turun, lama-kelamaan lift pun juga bisa rusak. Oleh karena itu, kita harus sering berpikir, “Oh, orang ini berbuat begini, itu urusannya, dia pasti memiliki alasannya sendiri”, begitu kamu berpikir demikian, maka toleransimu akan menjadi besar. Misalnya, awalnya kamu merasa sangat tidak senang, “Mengapa Tuan Hong berbuat seperti ini?” Lalu tiba-tiba kamu berpikir, “Tuan Hong sudah berusia begitu lanjut, dia berbuat demikian pasti ada alasannya. Baik, jangan marah.” Bukankah berarti kamu sudah melampauinya? Sesungguhnya, begitu kamu berpikir demikian, kamu tidak marah, lalu kamu akan merasa senang. Inilah kebesaran hati, seseorang yang bisa memaafkan orang lain, bisa berpikir demi orang lain, tidaklah mudah. Oleh karena itu, kita harus menggunakan “Asamskrta Dharma” – Dharma yang tak terkondisi untuk membebaskan diri. “Dharma yang tak terkondisi”, yakni saya tidak memiliki apapun, saya tidak memiliki pencapaian apapun, saya tidak melakukan apapun. Maka saat orang lain mengatakan kalau kamu “memiliki jasa kebajikan yang tiada taranya”, “Tidak, tidak, saya hanya melakukan sebagian kecil saja”, “Aiya, kamu benar-benar berdana”, “Tidak kok, tidak”… ini adalah yang tak terkondisi. Jangan terlalu memandang penting diri sendiri dalam segala hal, jangan terlalu mengutamakan diri sendiri, maka kamu akan hidup lebih lama dan lebih bahagia. “Mengapa tidak meminta saya melakukan hal ini? Dia manajernya atau saya yang manajer? Sama sekali tidak menanggap saya!” Ya sudah, ini berarti “ada kondisi”. Kamu mengira diri sendiri sangat hebat, namun sesungguhnya jika kamu bisa tidak terlalu mementingkan diri sendiri, “Memang apa yang saya punya, saya tidak masalah, kalian ingin bagaimana itu terserah kalian saja, kalian menempatkan saya di posisi manapun juga boleh”, kalau begitu betapa senangnya, dengan demikian bisa menguraikan banyak sekali kerisauan.

Dharma yang tak terkondisi bisa membebaskan diri kita dari harta, nafsu seksual, ketenaran, keinginan untuk makan dan keinginan untuk tidur. Tahukah kalian, bahkan tidur pun ada dosa karmanya, seseorang yang sepanjang hari hanya tidur dan tidak mau bangun juga merupakan suatu dosa halangan karma. Di Australia ada banyak sekali orang-orang yang obesitas, mereka sepanjang hari makan – tidur dan tidur – makan, coba lihat apakah mereka memiliki kebijaksanaan? Ada banyak diantaranya yang bahkan tidak bisa berbicara dengan jelas, karena dia sudah tidur berlebihan, kebanyakan tidur dan terus-menerus lesu merasa mengantuk, maka hal-hal seperti ini tidak boleh dilakukan. Dalam ajaran Buddha Dharma dikatakan, seseorang tidur sebaiknya dijaga dalam 8 jam, jika sudah berusia lanjut, dijaga dalam waktu 6 jam, orang yang kebanyakan tidur, maka “jam biologisnya” bisa berubah, selain itu saya beritahu kalian, jika hari ini merasa sangat lelah, di hari berikutnya ingin tidur lebih lama untuk menambal kekurangan ini sangat sulit, tidak akan bisa digantikan. Oleh karena itu, setiap hari jangan tidur kurang dari 8 jam, akan tetapi juga jangan melampauinya, jika sudah melampauinya itu malah akan mengantuk berlebihan – merasa lesu.

Di dunia ini, semakin kita mengejar sesuatu hal, maka akan membuat kita menjadi semakin tamak. Karena kamu semakin menginginkan sesuatu, maka ketamakan kamu akan semakin membesar. Hari ini sudah punya yang ini, besok masih mau yang itu, semuanya ini tidak ada habisnya. Semakin kamu mengejar dan menginginkannya, maka hal-hal yang kamu inginkan akan menjadi semakin banyak, mengerti? Semakin dikejar semakin banyak, tidak akan ada habisnya. Misalnya ada sebagian orang yang begitu melihat seorang wanita, lalu ingin memperistrinya. Aduh, mengejar wanita itu mati-matian, menghabiskan banyak uang untuknya, mengerahkan banyak tenaga, tunggu setelah terkejar, berselang beberapa waktu, kamu kembali menyukai anak gadis lain, matamu kembali terpaku pada diri orang yang lain, hal ini tidak akan ada habisnya. Apakah kalian mengerti? Inilah ketamakan manusia, dibawa sedari lahir dan tidak ada batasnya. Oleh karena itu, kita harus bisa mengendalikannya, semakin dikejar semakin banyak, pikiranmu sama sekali tidak akan bisa tenang, kalau pikiranmu tidak bisa tenang, maka kebijaksanaanmu dan konsentrasi pikiranmu akan hilang. Mengerti? Kalau begitu bagaimana kita bisa terbebaskan? Ada dua macam cara: cara yang pertama adalah “jian fa” – secara bertahap. Apa yang dimaksud dengan “jian fa”? “Jian fa” berarti kamu tersadarkan sedikit demi sedikit, memahami sedikit demi sedikit, yakni dalam menekuni Dharma dan membina pikiran, kamu perlahan-lahan memahami prinsip kebenaran yang ada di dalamnya. Mengerti? Yakni secara perlahan-lahan tercerahkan, secara bertahap tersadarkan, pelan-pelan terbebaskan. Cara yang satu lagi adalah “dun fa” – secara mendadak atau seketika. “Dun fa” berarti segera memahami, yakni seperti banyak orang yang saat mengikuti Master membina pikiran mengatakan, “Master, Pintu Dharma kamu ini bagus sekali, saya sudah mengerti, saya sudah sepenuhnya paham.” Berarti dia dalam seketika tersadarkan, maka dia akan terus membina diri mengikuti Master, maka dia bisa melepaskan dari seluruh belenggu yang mengikat dirinya. “Saya sudah tidak masalah lagi, sekarang saya belajar Pintu Dharma ini, saya sudah melepas, saya tahu bagaimana menjadi orang yang baik, saya tahu hal-hal apa yang seharusnya saya kejar di dunia ini, saya sudah bisa melepaskan segalanya.” Ini disebut sebagai “dun wu fa” – tersadarkan seketika.